Tepat hari ini, tanggal 13 Desember 2018 Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA genap berusia 81 tahun. Usia yang tidak bisa dibilang muda--untuk mengindari mengatakan berusia sangat tua--lagi. Sejak kelahirannya pada 13 Desember 1937-2018, nyatanya hingga saat ini masih eksis dan statusnya masih merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Dalam masa-masa awal, keberadaan LKBN Antara sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari peran dan kiprah beberapa tokoh dan pahlawan Pergerakan Kemerdekaan RI, dan yang paling menonjol adalah nama besar Adam Malik. Seorang pahlawan Nasional yang dikenal punya kemampuan diplomasi Luar Negeri yang handal, yang juga merupakan mantan wakil Presiden ketiga setelah Muhammad Hatta dan Hamengkubuwono IX.
LKBN Antara waktu itu (Baca: Pra kemerdekaan RI) masih menjadi semacam kantor berita "tandingan" untuk mengimbangi berita-berita sepihak yang dibuat dan disebarkan oleh kantor berita milik bangsa penjajah. Sebut saja misalnya, "Aneta", kantor berita milik Belanda, yang tentunya memberitakan peristiwa dalam konteks kepentingan mereka (Baca: Pemerintahan Belanda, sebagai bangsa penjajah waktu itu)
Keberadaan LKBN Antara paling tidak menjadi bagian tidak terpisahkan dari sejarah perjuangan kemerdekaan saat itu. Sehingga wajar, melalui proses yang panjang, baru pada 1962 LKBN antara diresmikan menjadi Kantor Berita resmi Indonesia yang langsung berada dibawah Presiden Republik Indonesia pertama yaitu Soekarno.
Dan mengalami perubahan lagi, pada tahun 2007, saat pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono, menjadi Perusahaan Umum (Perum) LKBN Antara. Dengan harapan Perum LKBN Antara mampu bertahan sesuai tuntutan zaman dan mengembangkan fungsi dan tugasnya sebagai Kantor Berita resmi milik Negara Indonesia.Â
Untuk zaman now, jika dibandingkan dengan Beberapa Lembaga Kantor Berita Internasional, seperti Al-Jazeera, CNN, BBC dan sejenisnya, tentu LKBN Antara terlihat tertinggal. Atau mungkin saja, terlampau jauh ketinggalan.Â
Jangankan dengan Kantor Berita Internasional yang disebutkan, untuk bersaing dengan media-media mainstream yang baru (dalam konteks diakses dan dikenal  langsung lebih dekat oleh publik), seperti macam Detik.com, Kompas.com, Tempo.com dll  kemungkinan LKBN Antara tidak berkutik.
Mungkin saja, salah satu problemnya adalah SDM di LKBN Antara yang konon didominasi orang-orang lama yang "kadung mapan" dengan pola dan cara-cara lama pula. Karena pada umumnya, Perusahaan yang berusia tua, biasanya soalnya adalah pada sumber daya manusianya. Semoga dugaan saya ini keliru, sehingga kalaupun masalahnya bukan soal ini, kedepan LKBN Antara akan lebih mudah mengembangkan dirinya tanpa persoalan internal yang berkepanjangan, tanpa musti dikawatirkan.
Sebagaimana kasus yang dialami oleh salah satu BUMN di bidang penerbitan dan percetakan, yang karena tidak bisa menyesuaikan dengan masa kekinian, menjawab akan perubahan zaman, seperti PT. Balai Pustaka yang hingga kini bernasib "mati segan, hidup pun tak takmampu bangkit lagi".
Dibutuhkan dan dituntut bagi LKBN Antara agar berinovasi tanpa henti. Paling tidak, untuk bertahan dan tidak  ditinggal oleh Lembaga Berita yang biasa mengakses dari LKBN Antara. Atau jika tidak, biarlah zaman dan sejarah yang akan berbicara dengan caranya sendiri. Tren masa kini adalah zaman dunia digital milenial. Menurut saya, Publik tidak/belum melihat LKBN Antara menguasai segmentasi ini.
Selain Inovasi, LKBN Antara dituntut lebih dekat dan membasis dengan publik dan Nitzen. Setidaknya, model dan inovasi macam "Kompasiana" milik dan ala Kompas Gramedia group bisa dijadikan pelajaran dan referensi berharga. Karena memang zamannya sudah berubah dan sama sekali publik/Nitzen beralih pada yang sifatnya langsung dan serba instan.
Tapi, bagaimanapun, LKBN Antara adalah bagian dari sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Menjaga LKBN Antara juga menjaga sejarah bangsa ini. Untuk pertama kalinya, saya mengucapkan selamat HUT yang ke 81 LKBN Antara.Â
Semoga panjang umurnya dan mampu bertahan dan tetap menjadi Kantor Berita Nasional untuk memberikan informasi yang akurat, obyektif dan cepat kepada masyarakat Nasional maupun Internasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H