Jika mencaci dan menghina sesama adalah perbuatan mulia, kenapa satupun agama tidak menganjurkan, bahkan semua melarang.
Nabi-nabi yang pernah diutus ke bumi, yang dijamin kebenarannya oleh Tuhan, adalah pribadi yang tak pernah memberikan contoh mencaci apalagi menghina terhadap sesama kaum beriman.
Jika hoax dan menurutmu "mengajak kearah perubahan" adalah kebaikan dan harus dilakukan, bukankah sejarah telah cukup mengajarkan, bahwa hoax justru daya rusaknya lebih tragik dan massal?
Wahai, saudaraku kembalilah seperti dulu. Saling mencinta dan berbuat baik antar sesama. Tinggalkan utusan-utusan Dajjal dan iblis yang memakai Topeng kaum Agamawan, tapi mengajak saling benci dan  membenarkan perpecahan.
Carilah ulama', Agamawan yang membuatmu mendengarnya lebih tenang. Membuatmu menemukan kebenaran, tanpa harus menyalahkan Lian. Membuatmu jadi pribadi asyik nirsangar. Dan tentunya, menjadikan pribadimu tanpa rasa takut, kecuali hilangnya Rahmat dan kasih sayang Tuhan.
Wahai,saudaraku. Bukankah yang paham dan mengerti bagian mana yang baik dan bagian mana yang buruk adalah nurani sendiri? Yang menuntunmu kejalan Ridho Tuhan dan menjadikanmu lebih baik dan menjaga kebaikan? Sudahi merasa paling benar, sudahi merasa paling beriman. Karena Tuhan tidak akan melihatmu dari perasaan, apalagi wajah dan pakaian yang kamu kenakan.Â
Tapi Tuhan hanya melihat laku dan perbuatanmu, apakah menjadi bagian orang-orang baik dan menjaga kebaikan ataukah sebaliknya, ikut merusak dan menjadi bagian dari perusak zaman yang memang sudah tua dan karatan.
Bekasi, 12 Desember 2018
Hamba pendosa yang rindu kedamaian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H