Salah satu yang menarik dari Pameran Pendidikan Islam Internasional (International Islamic Education Exhibition) yang diselenggarakan oleh kementerian Agama RI di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City Serpong, Tangerang beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada 21 hingga 24 November 2017 bagi saya adalah stand Asosiasi Ma'had Aly yang berada di paling pojok sebelah kanan.
Menarik, karena Ma'had Aly merupakan ma'had (pesantren) unggulan setingkat perguruan tinggi (Universitas). Maka, santri ma'had aly juga bisa disebut sebagai "mahasantri", dan lulusan ma'had aly adalah setara dengan sarjana perguruan tinggi islam pada umumnya. Bedanya, lulusan ma'had aly disesuaikan dengan konsentrasi ma'had. Misalnya konsentrasi fiqh, hadist, tafsir, sejarah islam dll.
Menurut Aly hasan, salah satu mahasantri ma'had Aly Asydiqiyyah, Jakarta yang saat itu berjaga distand Asosiasi Ma'had Aly Indonesia. Bahwa kementerian Agama RI telah mengeluarkan SK terhadap beberapa ma'had Aly yang ada diseluruh Indonesia. Tahap pertama, ada 13 Ma'had Aly, kemudian disusul 14 Mah'had Aly pada Agustus 2017 yang lalu. Sehingga saat ini ada 27 Ma'had Aly yang tergabung kedalam Asosiasi Ma'had Aly Indonesia.
Masih menurut Aly Hasan. Ma'had aly tertua adalah Ma'had Aly Pondok Pesantren Salafiyyah Syafiiyah, Situbondo, Jawa Timur. Dimana, diketahui pengasuh generasi awal adalah tokoh dan pahlawan nasional yang pada 2016 yang lalu baru dinobatkan---sekaligus merupakan salah satu pendiri Nahdhotul Ulama"----yaitu, Almagfurlah KH. R. As'ad Syamsul Arifin. Dan di pesantren ini jugalah, saat ini satu satu-satunya ma'had Aly yang sudah membuka program magister Fiqh dan Ushul Fiqh, setingkat S2 di perguruan tinggi Agama Islam pada umumnya.
Dalam sebuah wawancara dengan salah satu mahasantriwatinya (Baca : Ma'had Aly Kebon Jambu), hilayatul Auliya'. Kami dikenalkan beberapa karya pengasuh. Yang juga merupakan salah satu tokoh inisiator Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI). Menurut Auliya', ma'had Aly tempat dimana dia belajar barusaja dikukuhkan SK-nya oleh kementerian Agama RI. dan hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari kontribusi yang telah dilakukan oleh ulama'-ulama perempuan yang tergabung dalam Kongres Ulama' Perempuan Indonesia (KUPI). Jelasnya.
Auliya menjelaskan, bahwa posisi Perempuan tidak boleh dinomorduakan dalam berkiprah dalam masyarakat dan social, Mesti ada perlakuan yang adil sesuai tuntutan agama. Sehingga fokus pesantren kami adalah bagaimana mengkontekstualisasikan pemahaman teks mengikuti perkembangan zaman tanpa harus melanggar prinsip-prinsip agama. Jelasnya penuh semangat.
Disamping soal ma'had Aly diatas, sebenarnya masih banyak sekali hal menarik dalam pameran pendidikan Islam paling spektakuler pada akhir tahun ini. antara lain Seminar Internasional Tahunan tentang Studi Islam (Annual International Conference on Islamic Studies, AICIS), Deklarasi Jakarta, Apresiasi Pendidikan Islam (API), Seminar Internasional tentang Studi Pesantren, dan Pentas Seni Pelajar dan Mahasiswa. Pameran berlangsung di Indonesia Convention Exhibition (ICE), satu tempat yang menjadi destinasi industri MICE (meetings, incentives, conferences, exhibitions) di Indonesia.
Expo ini, juga dimeriahkan oleh sekitar 200 stand pameran yang disediakan untuk peserta, yang terdiri dari lembaga-lembaga pendidikan dan mitra baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Menurut Panitia pelaksana, tujuan pameran ini adalah untuk menampilkan pendidikan Islam Indonesia agar lebih dikenal dengan baik oleh masyarakat secara luas. Sehingga dengan adanya pameran ini, diharapkan pengunjung mendapatkan banyak informasi mengenai khazanah pendidikan Islam di Indonesia dengan lebih komprehensif.
Sementara itu, Pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Agama RI, punya tujuan strategis untuk mempromosikan potensi-potensi yang dimiliki oleh Pendidikan Islam Indonesia dan khususnya Pesantren Indonesia, yang punya peran strategis utuk turut serta menciptakan perdamaian dunia.
Sebagaimana mafhum, bahwa Kekayaan khazanah (Islam) Nusantara telah sejak lama mewarnai khazanah keislama dunia. Terdapat banyak penelitian soal islam ala Indonesia misalnya Thomas Stamford Raffles (1781-1826) dengan karyanya History of Java, Clifford Geertz (1926-2006) dengan teori antropologinya dalam the Religion of Java, dan Benedict Anderson (1936-2015) dengan teori politiknya dalam Imagined Communities: Reflections on the Origin and Spread of Nationalism, bahkan akhir-akhir ini, Islam ala Indonesia telah dilirik oleh dunia internasional untuk dijadikan salah satu alternatif solusi menciptakan perdamaian dunia.