Mohon tunggu...
Ahmad Fauzi
Ahmad Fauzi Mohon Tunggu... Pengacara - Menulis apasaja, Berharap ada nilai manfaat dan membawa keberkahan. Khususnya, untuk mengikat Ingatan yang mulai sering Lupa.

Berusaha menjadi orang yang bermanfaat untuk sesama. Santri, Advokat bisa hubungi saya di email : ozyman83@gmail.com, HP/WA : 085286856464.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Nurani Soyomukti, Mantan Aktivis Jalanan Penggerak Pendidikan Literasi dan Perlindungan Anak

7 Januari 2016   08:50 Diperbarui: 7 Januari 2016   09:49 1292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesibukan selanjutnya adalah ketika Karangtaruna yang diketuainya masuk 8 besar lomba Karangtaruna Berprestasi Tingkat Jawa Timur. Berbagai tes wawancara dan tes lapangan dari tim Juri dari Jatim membuat Nurani harus banyak di desa. Juga harus bagi waktu. Kuliahnya kelabakan akhirnya tidak dilanjutkan. Meskipun ia juga masih sering kontak dengan aktivis sastra yang ada di kampus setelah tidak berstatus sbagai mahasiswa. Iapun memutuskan untuk undur diri dari mengajar di sekolahnya—meskipun hingga kini kepala sekolah di sekolah itu semakin akrab dengan Nurani.

Selanjutnya pada tahun 2010, forum Arisan Sastra diformalkan jadi organisasi yang kemudian ia beri nama   Quantum Litera Center (QLC), lembaga pengembangan budaya literasi (baca-tulis) Nurani sebagai Ketuanya. Selain itu, dia mengajar sebagai Dosen Ilmu Komunikasi FISIP di Universitas Islam Blitar. Awalnya ia diundang bedah buku di kampus tersebut. Lalu pihak pimpian menawarinya untuk mengajar. Hingga Nurani juga mengundurkan diri setelah ia terpilih dalam seleksi sbagai anggota Komisioner di KPU Kabupaten Trenggalek. 

Sejak mengadakan acara festival Literasi selama 3 hari pada tahun 2011 yang berisi kegiatan lomba menulis, bedah buku, pentas sastra,  bazar buku, pameran lukisan dan fotografi, QLC dibawah kendali Nurani menjadi satu-satunya lembaga yang punya peran penting di Trenggalek. Penerbitan buku, diskusi budaya, festival literasi, diklat menulis, bedah buku, dolan bareng dan berbagai kegiatan literasi lainnya merupakan buah dari visi-misi Nurani untuk menyadarkan masyarakat di jalur literasi.

Penerbitan buku berhasil memfasilitasi para penulis muda yang belajar dari pemula. Upaya penerbitan buku adalah hal yang paling efektif untuk meningkatkan budaya membaca dan menulis. Beberapa buku yang sempat populer misalnya adalah  berjudul “Senja Temaram di Pantai Blado” (Kumpulan Cerpen, QLC 2012), “Kembalilah Siswa-Siswa Semesta: Antologi Puisi Pendidikan” (Qlc—Treggalek, Juli 2013). kemudian buku berjudul “Sajak Untuk Guruku: Antologi Puisi Pendidik” (Qlc—Trenggalek, Desember 2014) dan baru-baru ini juga terbit buku berjudul “Rengkek-Rengkek: Senarai Catatan Dan Kisah (Per)Jalan(An) Di Kota Trenggalek” (Qlc—Trenggalek, Cetakan I 2015). Buku yang terakhir ini juga diulas di Koran Jawa Pos di akhir Desember 2015 lalu.

Dari Aksi Jalanan ke Aksi Literasi

Bagi saya, Nurani adalah salah satu tokoh muda yang punya talenta yang luar biasa, bahkan patut dijadikan panutan kaum muda lainnya. Segudang prestasi dari lomba menulis diraihnya sejak ia kuliah. Di tahun 2007 dia juga memenangkan Juara Umum I Lomba Menulis Esai Pemuda yang diadakan Kemenpora yang membuatnya diundang untuk ikut  acara peringatan Sumpah Pemuda di kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Pikiran-pikirannya yang revolusioner dan progresif tercermin dalam tawaran idenya pada setiap buku maupun tulisan-tulisannya yang tersebar di berbagai media. Ciri khas tulisannya menggunakan pendekatan Kritis kekiri-kirian. Ini tidak lepas dari latar belakang aktivitasnya sewaktu menjadi aktivis gerakan Mahasiswa dan keterlibatannya dalam organisasi-organisasi  masyarakat yang progresif dan kiri.

Hal yang membedakan Nurani dengan dengan kebanyakan aktivis muda lainnya adalah bahwa dia punya kemampuan dan ketekunan menulis. Hal inilah yang kemudian juga sangat membantu organisasinya saat melakukan propaganda dan kampanye sebuah isu yang menjadi perjuangan organisasi. Sebetulnya, beberapa bukunya merupakan “catatan-catatan berserakan” yang ia tulis sejak menjadi Mahasiswa. Hal yang pernah dia akui sendiri dalam salah satu tulisanya.

Saya melihat Nurani telah melakukan apa yang pernah diujarkan oleh Pramoedya Ananto Toer bahwa “tulislah apa saja suatu saat pasti berguna”, buktinya adalah hingga kini Nurani tidak hanya menjadi penulis yang mengurung diri di kamar atau ruangan ber-Ac untuk memproduksi ide dan gagasan besarnya, ia bahkan bersama komunitas yang ia bangun bersama kawan-kawannya di lapangan misalnya “Arisan Sastra” dll telah mengkampanyekan budaya baca dan tulis (Literasi) secara konsisten.

Karya Nurani Soyomukti mengupas isu pendidikan setidaknya tercermin dari beberapa bukunya antara lain : “Pendidikan berperspektif Globalisasi” yang dia tulis pada 2008 dan diterbitkan oleh Arruz Media, Yogyakarta 2008. Disamping itu, ia juga menulis buku berjudul “Teori-Teori Pendidikan: Tradisional, Liberal, Marxis-Sosialis, Posmodernis” (Maret 2010, Arruzzmedia, Yogyakarta); kemudian “Metode Pendidikan Marxis-Sosialis: Antara Teori Dan Praktik” (Arruzzmedia-Yogyakarta, Desember 2008, lalu buku berjudul”  Kembalilah Siswa-Siswa Semesta: Antologi Puisi Pendidikan” (Qlc—Treggalek, Juli 2013). kemudian buku bertema Pendidikan terbarunya berjudul “Sajak Untuk Guruku: Antologi Puisi Pendidik” (Qlc—Trenggalek, Desember 2014).

 ["Gambar ini adalah sebagian kecil buku-buku yang pernah ia tulis"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun