Dedy, S.Sos saat memberikan arahan kepada anggotanya, di sebelah Monumen Nasional Jakata pusat pada akhir 2009 lalu. kawan-kawan Kompasianer musti baca tulisan saya sebelumnya Tinggalkan CPNS, Pilih Ngurus Serikat buruh. Telah lebih dari satu tahun Dedy Hartono, S.sos. memimpin Serikat Pekerja Ramayana Lestari Sentosa (SP RALS). Namun pada saat yang sama, perjuanganya masih dilihat sebelah mata oleh PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk, perusahaan ritel lokal terbesar yang memiliki ribuan buruh dan ratusan toko tersebar diseluruh Nusantara. pimpinan Paulus Tumewu seorang konglomerat, juga merupakan salah seorang terkaya Indonesia urutan 14 versi forbes. Perjuangan Bung Dedy. S.Sos, dkk memimpin Serikat Pekerja, demi kesejahteraan pekerja Ramayana sejak awal memang sudah mengalamai banyak rintangan dan pengorbanan. Hal tersebut sudah disadari dan fikirkan sebelumnya. dimana, dia harus meninggalkan PNS-nya, waktu untuk anak dan istrinya jadi berkurang dan kepentingan pribadi lainya yang musti ditinggalkan. hal yang sama, juga dialami oleh beberapa pemimpin aktivis buruh lain yang pernah saya temui. Khusus di PT. Ramayana, keadaanya memang aneh (sikap Management terhadap Serikat Pekerja) sama juga terjadi di Indomart dan Alfamart. Perusahaan-perusahaan ritel ini, sama sekali tidak ramah terhadap Serikat pekerja. Mereka, masih menganggap Serikat Pekerja adalah biang Kerok dan patut diperangi. buktinya, di Perusahaan yang disebutkan dimuka tadi tingkat kesejahteraan pekerjanya luar biasa memprihatinkan. Undang-ungdang ketenagakerjaan seakan-akan tidak dipakai-untuk tidak menyebut dikenal-diperusahaan ini. Berbeda dengan di beberapa industri sejenis misalnya Hero supermarket. meskipun perusahaan asing, tapi kerjasama yang diberikan oleh manegement Hero terhadap Serikat Pekerja dan terhadap kesejahteraan seluruh Pekerja patut diacungi jempol. demikian halnya di Lotte Mart, yang juga milik Asing. Hal yang sama terjadi di Tiptop Supermarket, satu-satunya swalayan Lokal yang ramah terhadap Serikat Pekerja. Sebenarnya, tulisan ini bukan bermaksud membuka borok beberapa Supermarket. tapi sekedar membuka fakta, supaya masyarakat luas bisa melihat betapa nasib pekerja di Supermarket/swalayan masih jauh dari kata sejahtera. mulai dari gaji yang pas-pasan, jam kerja yang tidak sesuai dengan aturan, dan seabrek permasalah industrial yang sebenarnya tidak sesuai dengan amanat undang-undang dan aturan. hal inilah yang menjadikan motivasi bagi Dedy dkk untuk tetap semangat dan bertahan di Serikat Pekerja. sehingga dia harus meninggalkan dan membuang jauh-jauh keinginan untuk menjadi PNS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H