Cara berpikir nasional dapat juga merupakan antitesis cara berpikir kedaerahan. Yakni, cara yang sangat mengutamakan kepentingan daerah tanpa memerhatikan kepentingan kehidupan nasional. Kasarnya dapat dikatakan: biarlah negara roboh, asal daerahnya makmur. Dalam rangka kehidupan nasional, cara berpikir demikian itu salah.Â
Cara berpikir kedaerahan atau regional demikian sebenarnya mempunyai dasar yang sama dengan cara berpikir indi vidual atau perorangan. Bedanya hanya yang satu diterapkan pada daerah sebagai bagian dari negara. Ini tidak berarti bahwa cara berpikir regional dan inividual itu harus mutlak mengabdi pada cara berpikir nasional schingga daerah dan perorangan terlantar demi kepentingan nasional.Â
Tindakan yang menguntungkan kepentingan daerah tanpa merugikan kepentingan nasional, perlu dilakukan. Meskipun demikian, jika perbuatan itu merugikan kehidupan nasional, wajib ditinggalkan.
Cara berpikir nasional dapat juga merupakan antitesis terhadap cara berpikir kepartaian atau golongan. Yang dimaksud dengan cara berpikir kepartaian dalam rangka kehidupan nasional adalah cara berpikit mengutamakan kepentingan partai atau golongan tanpa memerhatikan kepentingan kehidupan nasional. Cara berpikir kepartaian atau golongan sebenarnya bentuk peningkatan berpikir individual atau perorangan.Â
Bedanya hanya yang satu diterapkan kepada individu, yang lain kepada kelompok individu. Juga cara berpikir kepartaian dapat merugikan kehidupan nasional. Segala perbuatan yang merugikan kehidupan nasional demi keuntungan/ kepentingan kepartaian, wajib ditinggalkan.
Cara berpikir nasional adalah mutlak antitesis cara berpikir kolonial Ini hanya terjadi di daerah jajahan. Di negara merdeka, pertentangan ini tidak ada Selama kolonialisme itu berlangsung, pertentangan antara kolonialisme dan nasionalisme tetap ada karena kepentingan kolonialisme berlawanan dengan kepentingan nasio- nalisme. Demi kesuburan pertumbuhannya, kedua antipode ini saling menghapus. Gerak nasionalisme akan selalu tertekan selama ada kolonialisme di wilayah yang sama.
Sebaliknya, kolonialisme selalu mendapat tantangan dengan tindakannya. Oleh karena itu, kolonial- isme pasti berusaha menindas gerakan nasionalisme, paling sedikir berusaha menyerimpungnya agar dapat bergerak lebih bebas. Pada hakikatnya, kolonialisme pun adalah manifestasi kesadaran bernegara di negara lain.Â
Jadi, kolonialisme ditinjau dari kepentingan negara induk adalah nasionalisme yang diterapkan di negara orang lain demi kepentingan/keagungan negara induk. Akibat penghisapan kolonial isme terhadap takyat jajahan, dapat timbul kemerosotan moral sedemikian rupa sehingga rakyat jajahan itu merasakan ketidak mampuan untuk bangkit sebagai bangsa yang merdeka, bahkan karenanya malah mencintai kolonialisme itu sendiri, merasa senang hidup di bawah pimpinan kolonialis dan takut mengurusi negaranya sendiri.Â
Dalam hal yang demikian rakyat tetap merasa mentah untuk bernegara dan mengharap bimbingan para kolonialis untuk menuju kemarangan. Jika suatu bangsa telah dihinggapi merdeka-fobi, ini adalah tanda bahwa cekokan kolonialisme telah termakan benar kebangkitan nasional susah diharapkan karena bangsa itu telah kehilangan semangat. Tujuan nasionalisme di daerah jajahan adalah tunggal, yakni menghapus kolonialisme. Oleh karena itu, cara berpikir nasional juga hanya dipusatkan pada penghapusan kolonialisme, lain tidak.Â
Segala gerak dalam berbagai bidang kehidupan dijiwai oleh semangat menentang penjajahan karena penjajahan adalah musuh yang utama. Jika di daerah jajahan nasionalisme telah bangkit, nasionalisme dan kolonialisme saling mengintip untuk memeroleh kesempatan melumpuhkan lawannya. Pembangunan ekonomi dan pembangunan kebudayaan dimaksudkan sebagai senjata untuk menghadapi lawannya. Nasionalisme di alam penjajahan adalah manifestasi "keinginan" untuk bernegara dan mempunyai watak khas, yakni menghapus penjajahan,
Baik di alam merdeka maupun di alam penjajahan, cara berpikir nasional adalah etika kehidupan tiap nasionalis, meletakkan nilai pengabdiannya terhadap bangsa dan tanah airnya.Â