Penulis 1: Ahmad Fauzi Nur Safarudin (2407814)
Penulis 2: Dr. Anggraeni Dewi, M. Pd.,M. H
Krisis moral di kalangan generasi muda Indonesia menjadi sorotan utama di berbagai kalangan masyarakat. Fenomena ini tidak hanya mempengaruhi perilaku individu, tetapi juga berdampak luas terhadap masa depan bangsa. Berbagai tindakan kriminalitas, seperti tawuran antar pelajar, perundungan, dan penyalahgunaan narkoba, semakin meningkat dan menunjukkan bahwa generasi muda saat ini menghadapi tantangan besar dalam hal etika dan moral. Menurut Prof. Dr. Arief Rachman, seorang pakar psikologi pendidikan, "Krisis moral anak bangsa dapat menyebabkan turunnya kualitas karakter generasi muda, yang pada akhirnya akan berdampak buruk terhadap kemajuan Indonesia di masa depan". Oleh karena itu pada hal ini pendidikan Pancasila sangat dibutuhkan dalam membentuk karakter anak muda bangsa.
Pendidikan Pancasila sebagai Solusi
Di tengah kondisi yang memprihatinkan ini, pendidikan Pancasila diharapkan dapat berperan penting dalam membentuk karakter bangsa. Pendidikan Pancasila tidak hanya mengajarkan nilai-nilai dasar negara, tetapi juga menanamkan sikap dan perilaku yang baik kepada siswa. Melalui pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai Pancasila, diharapkan generasi muda dapat memahami pentingnya moralitas dan etika dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana dijelaskan dalam penelitian oleh Ardiansyah et al. (2021), salah satu langkah yang harus dilaksanakan untuk mengatasi krisis moral adalah dengan menanamkan pendidikan karakter yang kuat. Pendidikan karakter ini mencakup pengenalan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila, sehingga siswa dapat memiliki pegangan moral yang jelas dalam menghadapi tantangan zaman.
Dampak Globalisasi dan Kurangnya Pengawasan
Globalisasi juga berkontribusi pada krisis moral yang dialami oleh generasi muda. Dengan akses informasi yang tidak terbatas melalui internet, budaya asing yang negatif sering kali lebih mudah diterima dibandingkan dengan nilai-nilai lokal yang positif. Hal ini menyebabkan penurunan rasa hormat kepada orang tua dan norma-norma sosial lainnya. Selain itu, kurangnya pengawasan dari orang tua dan lembaga pendidikan turut memperburuk situasi ini. Fahmy Alaydroes dari Fraksi PKS menegaskan bahwa "rapuhnya pendidikan moral dan akhlak semakin menjadi-jadi ketika anak-anak kita tidak mendapatkan contoh atau teladan".
Peran Keluarga dan Masyarakat
Pendidikan moral tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga keluarga dan masyarakat luas. Menurut Dr. Andi Mallarangeng, "Anak-anak yang mengalami krisis moral cenderung kurang fokus dan disiplin dalam belajar". Oleh karena itu, dukungan dari orang tua dan lingkungan sekitar sangat penting untuk membentuk karakter positif pada anak-anak. Dalam hal ini pun masyarakat juga perlu berperan aktif dalam memberikan contoh perilaku baik dan mendukung upaya pendidikan karakter di sekolah-sekolah. Dengan kolaborasi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat, diharapkan generasi muda dapat dibekali dengan nilai-nilai positif yang akan membentuk mereka menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Dapat disimpulkan bahwa krisis moral di kalangan generasi muda Indonesia adalah masalah serius yang memerlukan perhatian segera dari semua pihak. Pendidikan Pancasila sebagai salah satu solusi harus diterapkan secara konsisten untuk membentuk karakter bangsa yang kuat. Dengan mengedepankan nilai-nilai moral dan etika dalam pendidikan, kita dapat berharap bahwa generasi mendatang akan lebih siap menghadapi tantangan zaman serta berkontribusi positif bagi kemajuan bangsa.