Siapa yang tidak tahu dengan tanaman karet (Hevea brassiliensis)??? Pasti sudah tahukan sobat, Karena tanaman karet merupakan salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia. Peran karet dan produk olahannya terhadap ekspor nasional tidak dapat dianggap kecil mengingat tahun 2015 Indonesia merupakan produsen karet nomor dua terbesar di dunia dengan produksi 3,15 juta ton setelah Thailand dengan produksi sebesar 4,07 juta ton.
Pohon karet ibarat seperti pohon uang, bingung ya kenapa bisa disebut pohon uang. Jawabannya karena tanaman karet dapat terus disadap sampai usia tanaman 20 tahun jika perawatannya dilakukan dengan baik dan haranya tercukupi. Tanaman karet biasa disadap setiap 2 atau 3 hari sekali jika ingin kondisi tanaman tetap dalam kondisi baik. Kalau kalian menyadap karet setiap 1 hari sekali berarti kalian kejam, kok bisa dibilang kejam kenapa? Karena itu ibarat kita nyuruh orang kerja tapi tidak dikasih waktu buat istirahat dan makan.
Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) menimbulkan kerugian terbesar dalam budidaya tanaman karet (Hevea brassiliensis) karena kematian tanaman dan biaya yang cukup tinggi untuk pengendalian penyakit. Seperti namanya jamur akar putih menyerang pada bagian akar pada tanaman karet. Akar merupakan salah satu bagian vital bagi tanaman, seperti jantung pada tanaman karena sebagian besar kebutuhan tanaman seperti air dan hara disuplai melalui akar tanaman.
Salah satu hasil penelitian dari Balai Penelitian Getas adalah penggunan agen penengendali hayati dalam mencegah atau menekan serangan penyakit jamur akar putih. Balai Penelitian  Getas mengembangkan suatu produk berupa biofungisida yang berbahan aktif Trichodermadengan merk dagang "Triko Combi". Trichoderma mudah ditemukan dalam perakaran tanaman dan didalam tanah.
Penyakit ini dapat menyebabkan busuk pada akar atau pangkal batang tanaman. Trichoderma koningiidan spesies Trichoderma lainnya merupakan jamur tular tanah, yang sekali diberikan dan menetap didalam tanah akan selamanya menetap. Sehingga dalam hal ini pengendalian menggunakan jamur Trichodermatergolong sebagai pengendalian dengan jangka panjang.
 Adapun dalam kegiatan kultur biofungisida kita harus memiliki isolat jamur antagonis seperti yang saya gunakan yaitu Trichoderma atau yang lainnya yang nantinya akan dijadikan biang ataupun bahan aktif. Tahapan-tahapan dalam memperoleh isolat Trichoderma adalah persiapan media kultur, isolasi, pemurnian, dan perbanyakan. Keseluruhan kegiatan tersebut harus dilakukan pada lingkungan yang aseptik dan biasanya dilakukan pada LAF (Laminar Air Flow).
Tahapan dalam pembuatan biofungisida sendiri terbilang mudah jika kita sudah memiliki isolat Trichoderma. Berbagai media yang digunakan sebagai media tumbuh dan pembawa Trichoderma sudah banyak berkembang yaitu seperti jagung, menir, dan juga beras. Adapun teknik kultur fungisida yang banyak dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Masak menir atau jagung sampai setengah matang (10 menit).
2. Dinginkan pada suhu ruang.
3. Masukkan pada wadah plastik.
4. Masukkan biang Trichoderma yang sudah diambil dan diaduk dalam akuades steril kedalam media.
5. Kocok media yang sudah ditambahkan dengan biang Trichoderma.
6. Ikat wadah plastik agar tertutup rapat dan inkubasi dalam 1 malam pada ruang dengan suhu ruang tertentu.
7. Buka ikatan dan kering anginkan biofungisida diatas terpal agar tidak terlalu basah (dilakukan didalam ruang).
8. Tambahkan bekatul pada media kultur.
9. Biofungisida siap dipasarkan atau diaplikasikan.
Trichoderma disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Trichoderma dapat menghambat pertumbuhan serta penyebaran racun jamur penyebab penyakit bagi tanaman. Jadi tidak hanya jamur akar putih saja yang dapat dihambat pertumbuhanya masih banyak lagi seperti Fusariumdan masuh banyak lainnya. Kerenkan sobat manfaat jamur Trichoderma bagi tanaman sekali dayung 2 sampai 3 pulau terlampaui. Selain memperoleh manfaat Trichoderma sebagai biofungisida tapi juga memperoleh manfaat yaitu Trichoderma sebagai pengurai sisa-sisa tanaman karena Trichoderma tergolong dalam jamur endofit tanah, dimana Trichoderma mampu mengolah bahan organik ditanah sehingga nantinya mudah diserap tanaman sebagai hara. Dengan tidak menggunakan fungisida kimia secara tidak langsung kita ikut menjaga kelestarian lingkungan.
Untuk cara aplikasi biofungisida ini juga terbilang mudah yaitu dengan menggali lubang disekitar perakaran tanaman dan tinggal langsung menaburkannya dan kemudian lubang kembali diisi tanah, dosis pertanaman cukup 25 gram per tanaman. Biofungisida Trichoderma bersifat menekan pertumbuhan Jamur Akar Putih bukan mematikannya, sehingga disarankan diaplikasikan dari fase pembibitan sebagai upaya pencegahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H