Mohon tunggu...
Ahmad Fatch
Ahmad Fatch Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Belajar menjadi manusia yang bermanfaat, paling tidak berbagi cerita dalam bentuk tulisan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Fenomena Flexing Politik

4 Maret 2023   22:25 Diperbarui: 4 Maret 2023   22:46 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Fenomena Flexing Politik

Ahmad Fatch, 4 Maret 2023

Istilah Flexing Politik

Tahun politik sangat menggiurkan bagi para peminat kekuasaan, sehingga bisa jadi menggunakan flexing dalam berpolitik. Istilah flexing berasal dari bahasa Inggris yang artinya memperlihatkan kekuatan atau kekuasaan. 

Dalam konteks politik, istilah flexing sering digunakan untuk menggambarkan tindakan intimidasi, ancaman, atau tindakan keras lainnya yang dilakukan oleh pihak yang memiliki kekuasaan atau pengaruh dalam suatu situasi atau konflik. 

Tindakan tersebut dilakukan untuk menunjukkan kekuatan atau mempertahankan posisi atau kepentingan tertentu. Istilah ini sering dikaitkan dengan politik dan kekuasaan, terutama dalam situasi yang berpotensi mengancam stabilitas politik atau kepentingan kelompok atau individu tertentu.

Fenomena flexing dalam dunia politik

Fenomena flexing dalam dunia politik dapat diartikan sebagai tindakan atau perilaku yang menunjukkan kekuatan, kekayaan, atau kemampuan seseorang atau kelompok dalam mempengaruhi atau memanipulasi keadaan politik. 

Istilah ini biasanya digunakan untuk menggambarkan tindakan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang ingin menunjukkan dominasi atau keunggulan mereka atas pihak lain dalam dunia politik.

Beberapa contoh dari fenomena flexing dalam dunia politik adalah:

  • Pemimpin yang menunjukkan kekayaan dan kemewahan untuk menunjukkan dominasi atas rakyatnya. Misalnya, pemimpin yang membangun rumah mewah atau memperlihatkan mobil mewah untuk menunjukkan kekuasaannya.
  • Penggunaan media sosial untuk memperlihatkan dukungan publik. Contoh, politisi yang memposting foto dirinya dengan kerumunan besar di media sosial untuk menunjukkan dukungan publiknya.
  • Perilaku yang agresif atau provokatif untuk menunjukkan keberanian atau kekuatan. Misalnya, politisi yang melakukan penghinaan atau ancaman kepada pihak lain untuk menunjukkan keberaniannya.

Namun, dalam dunia politik, tindakan yang bersifat flexing seringkali menuai kritik dan kontroversi karena dapat memicu ketegangan dan konflik antara pihak-pihak yang terlibat. 

Oleh karena itu, penting bagi para pemimpin politik untuk menggunakan kekuatan dan kemampuan mereka secara bijaksana dan bertanggung jawab agar tidak menimbulkan ketegangan yang merugikan publik.

Flexing politik dapat merugikan citra

Selain itu, fenomena flexing politik juga dapat merugikan citra dan reputasi pihak yang terlibat dalam tindakan tersebut. 

Tindakan yang terlihat mengintimidasi atau memaksa dapat mengurangi tingkat kepercayaan dan dukungan dari masyarakat, pada gilirannya dapat mengancam stabilitas politik dan posisi kekuasaan yang dimiliki oleh pihak tersebut.

Oleh karena itu, para pemimpin politik seharusnya menggunakan pendekatan yang lebih konstruktif dan komunikatif dalam mengatasi konflik atau perbedaan pendapat yang muncul dalam politik. 

Dengan berkomunikasi secara efektif dan mencari solusi yang adil dan berkelanjutan, pemimpin politik dapat mencapai tujuan politik mereka tanpa harus mengintimidasi atau menunjukkan kekuatan mereka secara kasar kepada pihak lain.

Dalam konteks politik yang demokratis, kekuasaan dan pengaruh dalam politik seharusnya didasarkan pada dukungan dan kepercayaan yang diberikan oleh rakyat. 

Oleh karena itu, penting bagi para pemimpin politik untuk terus memperkuat hubungan mereka dengan masyarakat dan memperjuangkan kepentingan rakyat secara bertanggung jawab dan transparan. 

Dengan demikian, fenomena flexing politik dapat diminimalisir dan stabilitas politik dapat terjaga dengan baik.

Jangan mudah percaya pada tampilan

Kita tidak boleh mudah percaya terhadap informasi atau klaim sepihak yang diberikan oleh pihak-pihak tertentu, terutama dalam konteks politik. 

Dalam dunia politik, seringkali terjadi penyebaran informasi yang tidak benar atau manipulatif untuk mempengaruhi opini masyarakat atau mencapai tujuan politik tertentu.

Oleh karena itu, sebagai warga negara yang cerdas dan bertanggung jawab, kita seharusnya melakukan verifikasi dan validasi terhadap informasi yang kita terima dari berbagai sumber. 

Kita juga sebaiknya menghindari sikap mudah terprovokasi atau terpengaruh oleh tindakan-tindakan yang tidak bertanggung jawab atau tidak bermoral dalam politik.

Dengan demikian, kita dapat mengambil keputusan yang tepat dan berdasarkan fakta dalam dunia politik, serta memilih pemimpin yang benar-benar berkualitas dan bertanggung jawab terhadap kepentingan masyarakat.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun