Ketika memasuki masa pendidikan tentu sudah harus melibatkan orang lain dalam membentuk karakter. Makin tinggi tingkat pendidikannya, maka makin butuh kolaborasi antar orang yang satu dengan yang lain, dalam pembentukan karakter seseorang tersebut.Â
Hal ini sangat benar ketika Kemendikbudristek menggandeng lintas sektor dalam rangka kolaborasi program penguatan karakter, seperti yang sudah dilakukan dalam siaran pers di www.kemdikbud.go.id tertanggal 10 Februari 2023
Dalam siaran pers tersebut sebanyak 17 Kementerian atau lembaga yang dilibatkan dalam penguatan karakter siswa-siswi.Â
Pada dasarnya, memang tidak bisa penguatan karakter dilakukan oleh satu pihak saja. Hal ini tidak bisa sukses jika sektor-sektor lain atau lembaga-lembaga lain tidak mau berkolaborasi atau tidak dilibatkan. Penguatan karakter melibatkan instansi atau lembaga lain.
Seperti contoh; siswa-siswi di tingkat SMK. Ketika anak di sekolah sudah dilakukan penguatan karakter, tetapi pada saat siswa-siswi SMK tersebut melakukan kegiatan praktek kerja industri (prakerin) atau praktek kerja lapangan (PKL) ke dunia usaha ternyata disana banyak dilakukan hal-hal yang tidak bagus, karena tidak ada pengawasan tentu hal ini setelah kembali dari tempat PKL maka pendidik atau guru akan kembali lagi membentuk dari awal (0). Begitu juga sebaliknya ketika di sekolah belum dilakukan pendidikan karakter, Pada saat PKL atau prakerin siswa harus masuk ke Dunia Usaha/Industri, maka di dunia industri akan kewalahan menangani siswa tersebut.
Dari contoh ini sudah jelas, untuk menguatkan karakter siswa, perlu dilakukan kolaborasi antar instansi atau lembaga atau Kementerian yang mempunyai kepentingan.
Kepentingan yang lebih besar, lebih umum daripada itu semua yaitu pembentukan karakter untuk generasi penerus bangsa artinya penguatan ini dilakukan untuk kepentingan nasional. Jangan sampai generasi penerus bangsa mempunyai mental, kebiasaan yang bobrok, kejiwaan yang kurang bagus, sehingga mengakibatkan tatanan kehidupan di masa depan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tentu menjadi lebih bobrok dan mempunyai akhlak yang tidak bagus.Â
Dalam siaran pers tersebut, sekretaris jenderal Kemendikbudristek Ibu Suharti mengatakan "kolaborasi antar sektor sangat penting termasuk dalam hal penguatan karakter." Lebih jauh dikatakan oleh Beliau "pertemuan lintas Kementerian atau lembaga dan para pemangku kepentingan di luar pemerintah diharapkan akan menghasilkan sinergisitas program yang dapat dilaksanakan secara bersama-sama."
Dari sini beliau menyadari bahwa tidak mungkin penguatan karakter dapat dilakukan oleh Kemendikbudristek sendirian. Butuh kolaborasi antar lembaga, seperti yang sudah dijelaskan oleh penulis. Tidak mungkin pembentukan dan penguatan karakter dilakukan oleh satu lembaga, karena banyak kepentingan di dalam mewujudkan karakter yang baik.
Untuk itu seharusnya penguatan dan pertunjukan karakter berlaku secara nasional bukan hanya oleh Kemendikbudristek, tetapi sudah lintas Kementerian, lintas lembaga, bahkan harus melibatkan para lembaga di luar pemerintahan; seperti Lembaga swasta dan lain sebagainya.Â
Lebih baik lagi penguatan karakter dicontohkan langsung oleh para pemimpin Indonesia, mulai dari presiden, pembantu presiden (para menteri, wakil menteri, KSP dan anggotanya), Pimpinan lembaga dan anggotanya, Gubernur dan para pembantunya, Bupati/Wali Kota serta para pembantunya.