Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas Oseanografi oleh Ahmad Faramarz G, mahasiswa Departemen Teknik Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (DTK FTK ITS) Surabaya.
Bangunan laut memudahkan manusia dalam berbagai aktivitas rekayasa mulai dari garis pantai hingga laut lepas. Modifikasi dan berbagai jenis struktur ini didesain di garis pantai seperti dinding laut, jetty, breakwater, dan lainnya. Kita dapat melihat contoh bangunan laut ketika kita berkunjung ke beberapa pantai di Indonesia, seperti Seawall (dinding laut) di Pantai Nguyahan di Yogyakarta, yang dibuat oleh para ahli dengan bermacam tujuan, utamanya mencegah atau mengurangi cipratan/limpasan air laut dan banjir di tanah belakang garis pantai akibat badai dan gelombang. Maka dari itu, seawall dibuat sejajar dengan garis pantai agar melindungi pantai dari pengikisan tanah atau erosi.
Seawall pada dasarnya terbuat dari beton, susunan batu besar, gabion, turap baja dan kayu, serta konstruksi padat lainnya yang masih memungkinkan seperti kayu, kaca fiber, hingga karung pasir berisikan rami dan sabut. Komposisi yang digunakan disesuaikan keadaan pantai agar tidak merusak organisme yang hidup di sekitarnya. Selain bahan penyusun, bentuk dan struktur Seawall memiliki bentuk yang bervariasi tergantung pada gaya yang akan diterimanya, aspek lokasi, iklim, kondisi organisme dan biota, posisi pantai, dan morfologi bentuk lahan. Dengan pertimbangan sebanyak ini, biaya yang dibutuhkan semakin banyak, para engineer kadang lebih memilih untuk mengelola manajemen pantai, bahkan hingga reklamasi pantai (beach replenishment).
Mekanisme yang dilakukan seawall bukan meredam energi gelombang laut yang datang, melainkan memantulkan kembali sehingga mengakibatkan penggerusan di bagian bawah seawall. Meski bagian tumit tergerus, risiko erosi akibat gelombang yang datang dapat dikurangi, meskipun dalam hal ini seawall memiliki 2 kelemahan. Pertama, telah disebutkan, bahwa gelombang laut yang dipantulkan akan menyebabkan gerusan di bawah dinding dan erosi pasir di bagian depan seawall. Kedua, dengan terhalangnya pasir di depan seawall, erosi akan lebih cepat pada daerah yang tidak terlindungi.
Tipe kedua, curved/stepped seawall, dinding melengkung atau berundak dapat menghentikan energi gelombang, mengirimnya kembali ke laut, dan mencegah permukaan air meluap melebihi dinding dengan dinding yang lebih tebal di bagian bawah. Dengan risiko yang sama seperti tipe pertama, tipe kedua menghasilkan pantulan energi gelombang yang lebih rendah dan turbulensi yang lebih rendah.
Meninjau pada jurnal "Analisis Preferensi Visual Lanskap Pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta untuk Pengembangan Pariwisata Pesisir Menuju pada Pengelolaan Wilayah Pesisir Berkelanjutan", data-data yang diperlukan dalam perencanaan konstruksi bangunan laut meliputi lima hal:
1. Peta lokasi studi,
2. Data arah dan kecepatan angin, dalam hal ini dapat kita gunakan diagram mawar angin (Windrose)
3. Peta bathimetri, menunjukkan detail kedalaman laut dari garis pantai,