Mohon tunggu...
Ahmad Faisal
Ahmad Faisal Mohon Tunggu... Penulis - Indonesian Writter

Political Science FISIP Unsoed Alumnus. I like reading, writting, football, and coffee.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Hati Nurani Politik: Antara yang Baik dan yang Buruk

9 Februari 2019   12:39 Diperbarui: 30 Maret 2019   14:23 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya teringat pada zaman sekolah dasar. Dulu, mata pelajaran PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) adalah pelajaran paling mudah untuk mengasah logika kemanusiaan kita. Dalam setiap soal ujian nya pasti ada pilihan hal baik dan hal buruk. Kita dipastikan memilih jawaban yang mengarah ke hal-hal baik. 

Paling-paling soal nya saja yang mengecoh dengan kata 'kecuali', dan sebagainya. Tetapi pada intinya kita diarahkan untuk memiliki logika kebaikan agar nantinya ketika kita sudah beranjak dewasa kita menjadi orang baik. 

Tetapi, seiring beranjak dewasa kita menjadi lupa akan pelajaran pada waktu kita sekolah dulu, atau bisa jadi kita melupakannya/mengabaikannya. Nafsu politik yang haus akan kekuasaan membutakan hati nurani kita sehingga kita lupa soal kemanusiaan. Benar saja kata para CEO yang sudah sukses di dunia bisnis, bahwa musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri. Kita harus mampu menaklukan diri kita sendiri sehingga kita bisa memiliki pandangan yang baik pula. 

Manusia pada hakikatnya memiliki hati nurani yang baik, hanya saja kebanyakan tertutup oleh kepentingan-kepentingan. Pada saat hidup menguji nya dengan masa kepepet, barulah orang sadar bahwa yang dilakukan adalah salah. Dalam konteks politik saat ini, sebetulnya kalau kita berpikir ada yang tidak sesuai dengan kaidah kemanusiaan, kita harus berani keluar dari belenggu kelompok itu. 

Saya selalu percaya bahwa pada akhirnya kebaikan akan menang. Pada saat kita tidak mengetahui suatu hal nantinya Tuhan akan menunjukkan bagaimana sebenarnya sesuatu itu terjadi. Ingat lah bahwa ada hukum sebab-akibat (karma), sebaiknya kita sebisa mungkin berusaha melakukan hal-hal baik saja. 

Di dunia politik sekarang ini, contoh konkrit nya adalah kasus yang menimpa mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (BTP). Saya termasuk orang yang meyakini secara moral BTP waktu itu tidak salah dalam perkataannya yang mengaitkan pekerjaannya sebagai gubernur dengan ayat Alquran. Hanya posisinya saja yang tidak diuntungkan dengan kondisi politik, hukum, dan isu agama pada waktu itu. 

Jika kita melihat lawan-lawan politiknya, beberapa malah menghujat dan berusaha menjatuhkan sejatuh-jatuhnya BTP seperti orang yang hina. Meskipun pada akhirnya dipenjara, tetapi saat keluar dari penjara dia merasa benar-benar segar karena telah menaklukan dirinya sendiri, menaklukan ego nya. 

Dia bahkan tidak membalas hujatan yang dilakukan oleh lawan politiknya sama sekali. Saya meyakini bahwa ini adalah bentuk BTP yang meneladani sosok Gus Dur pada saat beliau dijatuhkan posisinya sebagai Presiden pada waktu dulu menjabat. Dibelakang beliau ada banyak pendukung nya yang siap membela mati-matian, tetapi Gus Dur justru memilih untuk lengser saja karena tidak mau terjadi pertumpahan darah. 

Begitu juga BTP yang tidak ingin pendukungnya konflik dengan lawan politik nya. Sekarang, satu per satu lawan politik nya justru masuk penjara karena kasus yang kurang lebih mengarah pada hal serupa tentang ujaran kebencian seperti yang dilakukan oleh Buni Yani dan Ahmad Dani. Beberapa menghadapi kasus nya meskipun tertatih dan akhirnya masuk penjara, ada juga yang kabur entah kemana. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun