Mohon tunggu...
Ahmad Faisal
Ahmad Faisal Mohon Tunggu... Penulis - Indonesian Writter

Political Science FISIP Unsoed Alumnus. I like reading, writting, football, and coffee.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Di Dalam Sebuah Perenungan

29 Juli 2018   09:04 Diperbarui: 29 Juli 2018   09:26 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: Candi Cetho, Kabupaten Karanganyar.

Jatah libur cuti kerja kali ini saya memutuskan untuk pergi ke Kota Solo. Sebuah kota kecil di Provinsi Jawa Tengah. Awalnya agak bimbang untuk memilih kota mana yang akan dikunjungi. Ada banyak kota yang menarik perhatian saya untuk lebih dari sekedar liburan ala orang pada umumnya. Saya lebih suka memaknai sesuatu tidak selalu dalam sudut pandang orang awam.

Rekan-rekan kerja saya yang kebanyakan sudah senior dan berkeluarga tentu saja menghabiskan waktu bersama keluarga nya, suami/istri beserta anak-anaknya. Berhubung saya belum berkeluarga, saya masih bisa bebas pergi ke mana saja. Tentu saja dengan izin orang tua dan selama hal yang dilakukan tidak untuk hal-hal yang negatif.

Ada beberapa momen menarik yang saya tangkap selama perjalanan menuju atau pada saat pulang dari Solo. Saya juga lebih suka menyebut liburan saya sebagai trip karena jangka waktu yang singkat. Kurang lebih 2-3 hari. Saya merasakan bahwa perjalanan adalah waktu yang tepat untuk melakukan kontemplasi selain pada saat berdoa. 

Rasanya dengan melihat banyak tempat dan banyak orang dengan aktivitasnya masing-masing memberikan nuansa positif pada diri, bahwa hidup itu harus selalu bersyukur dan optimis. Itulah mengapa kita perlu sesekali berlibur untuk melakukan trip sebagai sarana menyegarkan pikiran. Tidak harus mahl dan dengan budget yang besar. Segala sesuatu akan lebih asyik ketika kita mengemasnya secara simpel.

Antara Kewajiban dan Kesadaran

Saat melakukan perjalanan dari Stasiun Sidareja menuju Stasiun Purwosari di Solo, saya menggunakan Kereta Api Pasundan jurusan Bandung-Surabaya. Mendapatkan tempat duduk dengan seat 3-3, saya agak terkejut karena kursi 14 C yang telah saya temukan di gerbang 3 sedang diduduki oleh penumpang lain yang tertidur pulas. Tanpa bermaksud mengganggu, saya memilih duduk di seat yang berhadapan dengan kursi yang seharusnya saya tempati. Kebetulan kosong 1 seat.

Sembari saling melanyai teman duduk yang semuanya laki-laki, saya ketahui satu orang di sebwlh kiri saya adalah penumpang yang akan turun di Jombang. 

Di sebelah kanan saya begitu sibuk dengan ponselnya, sehingga saya tidak tai tujuannya. Pun dengan orang yang tertidur pulas di seat yang seharusnya saya duduki. Saat terbangun dia hanya bolak-balik gelisah karena tidak sampai-sampai tujuan sehingga perlu ngopi atau ngemil. Dua orang lainnya yang ada di depan saya, adalah mahasiswa yang kuliah di Jawa Timur. Saya ketahui itu karena di jaketnya ada embel-embel nama kampus. Mereka turun di Surabaya.

Yang menarik perhatian saya adalah ketika waktu Dzuhur tiba. Dua orang mahasiswa di depan saya meminta izin sembari menawarkan kami-kami yang satu gerombolan seat untuk makan. Mereka berdua membuka bekal nasi bungkusnya masing-masing dan menyantapnya. Saya sekilas tersenyum dan mempersilahkan kemudian kembali tertidur.

Setelah selesai makan, keduanya secara bergantian beranjak ke belakang untuk cuci tangan, pikir saya. Ternyata mereka juga sekalian mengambil wudlhu untuk selanjutnya melaksanakan solat dhuhur. Saya kagum dengan mereka karena tidak begitu mudah melupakan solat wajib. Tidak seperti saya yang masih sebagai hamba amatiran. 

Saya lebih memilih berniat untuk Jamak Ta'hir di waktu ashar ketika sudah sampai di Solo karena masih ada waktu ketika turun di Purwosari. Sedangkan mereka berdua harus menjamak-qosor solat dhuhur dan ashar karena sampai di Surabaya kurang lebih jam 9 malam. Mau tidak mau harus solat di kereta. Sampai di sini saya merasa tersentuh karena karena hal yang menjadi kewajiban mereka tidak tinggalkan. Langsung saja saya berniat meng-upgrade pengetahuan tentang Keislaman saya yang sudah belasan tahun lalu saya pelajari di kitab kuning hampir tiap malam sehabis isya saat mengaji.

Hal lain yang membuat saya takjub adalah di kursi seberang sebelah kanan tempat saya duduk, saya melihat dua pemuda laki-laki yang saya kira mereka adalah teman dengan satu tujuan stasiun yang sama. Keduanya memegang buku bacaan. "Sjahrir", begitu judul di sampul buku milik salah satu pemuda itu. Mengingatkan saya pada masa kuliah yang gemar membaca buku pemikiran para pendiri negara ini. 

Saya sesekali mengamati kedua pemuda itu, yang saya ingat, bila kita sesekali membaca buku di sela waktu tidur di dalam perjalanan, berbeda dengan mereka. Saya rasa mereka adalah kebalikannya. 

Membaca buku adalah yang pertama, sehingga hal itu seperti tidur hanya menjadi selaan ketika membaca buku. Saya selalu mengapresiasi orang yang membaca buku di tempat umum. Saya yakin, orang yang membaca buku di tempat umum bukanlah orang yang sok gaya-gayaam agar terlihat keren. I don't care about it. May menenteng buku bacaan saja sudah mending, menurut saya. Paling tidak, dengan memegang buku saja kita sudah mau untuk menjaga buku sebagai sumber pengetahuan. Apa pun bukunya. Karena di tempat saya tidak pernah dijumpai orang kamu mebaca buku di tempat-tempat publik. Beda lokasi beda juga kebiasaannya.

Kedua hal di atas bagi saya menjadi sebuah kewajiban dan kesadaran untuk tiap individu yang paham untuk apa hidup ini. Beribadah adalah kewajiban dan kita perlu sadar bahwa kita perlu beribadah. Bukan untuk syarat, tapi memang hakikat kita hidup adalah untuk beribadah, melakukan penyembahan terhadap Sang Pencipta dalam segala bentuk peribadahan. Pun dengan membaca buku. 

Membaca adalah bentuk kesadaran bahwa kita bodoh. Orang bodoh harus belajar agar bukan hanya menjadi pintar, tetapi juga tahu makna. Membaca buku yang seharusnya menjadi kewajiban pada saat sekarang ini belum terwujud di setiap kalangan. Toh juga kita membaca untuk diri kita sendiri. Syjur-syukur ilmu nya bisa kita sebar kepada orang lain. Maka, sebagai manusia yang bodoh, kita wajib sadar dan sadar akan kewajiban kita di dunia ini. Untuk beribadah dan belajar.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun