Seperti kita ketahui, moda transportasi udara dewasa ini menjadi andalan utama bagi perjalanan masyarakat dunia. dengan pesawat udara, jarak tempuh yang dulu dapat rasakan berhari-hari bahkan berbulan-bulan namun sekarang dapat dirasakan hanya dalam hitungan jam, bahkan jarak tempuh yang terjauhpun dimuka bumi ini tidak sampai memakan waktu 24 jam jika ditempuh dengan pesawat udara bahkan pesawat tercanggih saat ini yakni Syklon ( buatan inggris), yang rumornya pesawat tersebut dapat mengelilingi bumi hanya dalam waktu empat jam saja.
Kemajuan teknologi tersebut, tentunya di awali oleh tuntutan kebutuhan manusia yang menganggap akan berharganya sebuah waktu. Dengan memaksimalkan waktu yang ada, maka manusia berharap dapat memenuhi segala kebutuhan dan keinginan sesuai dengan harapannya secara cepat dan tepat.
Namun, yang menjadi permasalahan pada saat sistem transportasi ini baru berkembang adalah, kemajuan teknologi tersebut belum sejalan dengan kemajuan dan meratanya kehidupan masyarakat dunia di bidang ekonomi, terkhusus di negara negara berkembang khususnya di Indonesia.
Dulu, pesawat hanya dapat dinaiki oleh golongan masyarakat ekonomi menengah keatas, bahkan hanya orang-orang kaya saja yang dapat menikmati moda transportasi ini. seingat saya dulu tahun 1995 ketika saya pertama kali naik pesawat udara, harga tiket pesawat umumnya rata-rata paling rendah 400 ribu s/d 1 jutaan keatas dan cenderung bersifat statis untuk tiap tiap rute penerbangan. Jika kita melihat dan membandingkan dengan kurs rupiah pada saat itu, dimana uang 400 ribu sama dengan 4 juta saat ini dan 1 juta mungkin sama seperti 10 juta saat ini (2014) maka sungguh suatu kemustahilan bagi masyarakat golongan menengah dan menengah kebawah untuk dapat menikmati moda transportasi udara pada saat itu.
Namun sekarang, harga tiket pesawat tetap tidak berubah masih sama di kisaran itu hal ini menandakan bahwa semakin murahnya harga tiket yang di tetapkan tiap tiap maskapai. Hal itu tak lain disebabkan oleh tingkat persaingan bisnis transportasi udara semakin ketat. semakin banyak perusahaan-perusahaan transportasi yang mulai terjun di bisnis ini, dan juga disatu sisi melihat keadaan perekonomian negara-negara berkembang dimana modal mayoritas masyarakat, masih sangat terbatas dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Selain itu disatu sisi juga keadaan geografis negara Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke yang terdiri dari pulau-pulau dan memiliki luas yang sangat luas dimana hal tersebut merupakan suatu peluang yang besar yang dapat dilihat oleh tiap tiap perusahaan penerbangan. Sehingga mau tidak mau maskapai-maskapai tersebut mulai berlomba-lomba menerapkan kebijakan perang harga tiket pesawat demi meraih pasar golongan ekonomi masyarakat menengah dan menengah kebawah yang masih dianggap belum tersentuh oleh mereka.
Hal ini (kebijakan perang harga maskapai) tentu menjadi suatu berkah bagi kemajuan suatu bangsa, dimana salah satu faktor kemajuan suatu bangsa dilihat dari seberapa baik sistem transportasi yang tersedia dan dapat di akses oleh masyarakat di dalam di suatu negara. Sehingga hal tersebut berdampak terciptanya kelancaran proses distribusi kegiatan perekonomian masyarakat dan negara.
Dengan adanya sistem penetapan harga tiket pesawat bertingkat, yakni dimulai dari harga promo termurah sampai harga dikelas bisnis pada tiap-tiap maskapai, maka hal tersebut telah merevolusi perkembangan bisnis transportasi udara di negara-negara berkembang sehingga pertumbuhan pengguna transportasi udara semakin pesat dan tumbuh dengan sempurna sehingga otomatis berefek pada kemajuan peradaban suatu negara.
Namun terlepas dari itu semua, yang harus kita sadari, bahwa sistem transportasi di dunia ini, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan danteknologi, maka tidak menutup kemungkinan bahwa akan ditemukan teknologi-teknologi transportasi baru yang belum dapat masyarakat umum bayangkan saat ini.
Kita lihat saja kejutan-kejutan apalagi yang akan menghiasi peradaban manusia di bidang transportasi hingga akhir zaman.
Palembang, 19 Oktober 2014 (Belajar menjadi penulis)