Mohon tunggu...
AHMAD FAAZA HUDZAIFAH
AHMAD FAAZA HUDZAIFAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Studi Islam

Saya seorang mahasiswa asal Palembang, Sumatera Selatan yang suka menulis konten-konten keagamaan dan puisi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Talal As'ad Mengulik Kritiknya Terhadap Pemikiran Agama Geertz

3 Januari 2025   21:05 Diperbarui: 3 Januari 2025   21:05 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Talal Asad adalah seorang mualaf yang dikenal luas di kalangan sarjana dan intelektual Muslim. Karya-karyanya dalam bidang antropologi telah menuai banyak pujian sekaligus kritik. Ia menempuh pendidikan di Pakistan dan Inggris, hingga meraih gelar doktor dari Oxford University pada tahun 1968. Saat ini, ia menjabat sebagai Profesor Antropologi Terkemuka di Graduate Center of the City University of New York. 

Tulisan ini akan membahas salah satu karya Talal Asad yang berjudul Genealogies of Religion: Discipline and Reasons of Power in Christianity and Islam (1993). Fokus pembahasan adalah genealogi agama serta perdebatan terkait pendefinisian agama. Dalam karyanya, Talal Asad secara kritis mengulas gagasan Clifford Geertz, terutama terkait pendekatan Geertz terhadap simbol dan agama. Menurut Talal, asal-usul agama adalah produk sejarah yang terbentuk dalam konteks budaya modernitas dan sekularisasi. Ia juga menelaah berbagai definisi agama dengan pendekatan yang kritis. 

Berikut adalah poin-poin utama kritik Talal Asad terhadap pemikiran Geertz: 

1.  Pemaknaan Simbol   

Talal menegaskan bahwa pendekatan Geertz terhadap simbol tidak cukup hanya berfokus pada studi tentang orisinalitas dan fungsi simbol dalam mencari makna. Ia berpendapat bahwa argumen Geertz kurang relevan karena simbol harus dilihat sebagai representasi dari realitas sosial dan psikologis. 

2.  Disposisi yang Dibawa Simbol   

Talal mengkritik pandangan Geertz yang menyatakan bahwa simbol dapat membawa penganut agama pada disposisi tertentu, seperti tendensi, kapasitas, propensi, keterampilan, kebiasaan, kecenderungan, dan kontrol diri. 

3.  Simbol dan Motivasi Religius   

 Menurut Talal, simbol tidak selalu menciptakan suasana hati (mood) dan motivasi (motivation). Bahkan jika simbol menghasilkan suasana hati dan motivasi, hal itu tetap menjadi simbol. Ia menekankan bahwa suasana hati atau emosi religius tidak dapat digeneralisasi karena setiap individu memiliki pengalaman yang unik. 

4. Konstruksi Agama sebagai Kategori Antropologi   

Talal menyoroti bahwa tidak ada definisi agama yang dapat disepakati oleh semua pihak. Hal ini bukan karena agama memiliki syariat yang berbeda-beda, melainkan karena definisi agama itu sendiri merupakan produk kesejarahan yang dibentuk oleh berbagai wacana diskursif. 

5. Agama dan Tubuh Sosial   

Talal membantah pandangan bahwa agama sebagai sistem kepercayaan hanya berfungsi untuk menciptakan suasana hati. Menurutnya, agama meresap ke dalam tubuh seseorang melalui aspek-aspek sosial. 

6. Bias Protestan dalam Definisi Geertz   

Talal mengkritik definisi agama yang diajukan oleh Geertz sebagai bias terhadap perspektif Protestan dan cenderung memiliki tendensi universal. Pendekatan ini, menurut Talal, sangat konstruksionis. 

7. Relasi Kuasa dalam Studi Agama   

Talal menekankan pentingnya melihat bagaimana relasi kuasa beroperasi dalam studi agama, alih-alih hanya fokus pada definisi agama. Ia berargumen bahwa pemahaman agama tidak bisa dilepaskan dari konteks kekuasaan yang membentuknya. 

8. Agama sebagai Pilihan   

Bagi As'ad, agama adalah opsi atau pilihan, berbeda dengan sains yang tidak menawarkan fleksibilitas serupa. 

Talal As'ad juga menegaskan bahwa tulisannya bukanlah tinjauan kritis terhadap ide-ide Geertz tentang agama. Sebaliknya, ia ingin membahas konsep agama dalam konteks sejarah, seperti di Indonesia dan Maroko. 

Menurutnya, teori Geertz hanya dapat digunakan sebagai titik awal untuk menggali sejarah dan teori tentang hubungan antara agama dan kekuasaan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun