Mohon tunggu...
AHMAD FAAZA HUDZAIFAH
AHMAD FAAZA HUDZAIFAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Studi Islam

Saya seorang mahasiswa asal Palembang, Sumatera Selatan yang suka menulis konten-konten keagamaan, khususnya agama Islam.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Semiotika Al Quran dan Tawaran Ian Richard Netton

29 Juni 2023   15:04 Diperbarui: 2 Juli 2023   14:15 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gagasan surah as a unity memandang surah al-Qur'an merupakan satu kesatuan utuh, yang bagian atau ayat-ayatnya saling terkait secara koheren. Pada masa awal kemunculannya, teori ini cukup membuat heboh di kalangan para penggiat studi al-Qur'an dan Tafsir. Karena kesan yang didapat memang al-Qur'an seolah-olah tidak terkait karena seperti ayat-ayat kisah yang terpencar di beberapa surat.[1] 

Gagasan ini, menginspirasi tulisan berjudul, "Towards a Modern Tafsir of Surat al-Kahf Structure and Semiotics" dengan tujuan membuktikan al-Qur'an merupakan narasi yang memiliki satu kesatuan yang berkesinambungan satu sama lainnya. Pemilihan surat al-Kahfi sebagai objek penelitian, didasarkan pada beberapa hal. 

Di antaranya, Surat al-Kahfi merupakan surat yang berisi beberapa potongan narasi/kisah (cerita-cerita) terpanjang dalam al-Qur'an (Selain surah Yusuf). Kisah-kisah yang dominan ialah Kisah 'Para Sahabat Gua' (Ab al-kahf) dan kisah pertemuan mistis antara Ms dan Khidr (Orang Bijak), Dzlqarnayn, serta Ya'juj dan Ma'juj. Asumsinya, cerita ini ada kekacauan yang diberi solusi dengan harmoni.

Ian Richard Netton[2], seorang Professor Emeritus dalam bidang Studi Islam dari Universitas Exeter yang dikenal sebagai penggiat pendekatan semiotika dalam mengkaji al-Qur'an sebagai penulis artikel tersebut. Artikel ini, pertama-pertama, ingin mengkaji struktur surat al-Kahfi dan mengkomparasikannya dengan struktur surat yang sangat berbeda yaitu surat Yusuf. Kedua, melakukan identifikasi theologeme dan arketipe surat al-Kahf. 

Beberapa analisis struktural dan semiotika juga digunakan untuk membangun tiga topoi yang demi mendapatkan pemahaman yang lebih dalam terkait surat tersebut. Terinspirasi dari pemikiran semiotika Umberto Eco, Netton berusaha menggali makna dari Surat al-Kahfi dengan menggunakan pendekatan Strukturalis dan Semiotika yang ia kolaborasikan sendiri. 

Mula-mula, Netton melihat bahwa Surat al-Kahfi sengaja menghadirkan cerita yang memperlihatkan suatu keteraturan dan keharmonisan pada narasi cerita yang ditampilkan. Misalnya, dalam kisah Nabi Khidr dan Nabi Musa, peristiwa Nabi Khidr tentang perahu, anak kecil, dan tembok rumah dianggap sebagai peristiwa yang kacau balau. Namun, penjelasan terakhir yang diberikan oleh Nabi Khidr atas tindakannya menunjukkan sebaliknya, keserasian-harmoni.[3]

Melalui pendekatan semiotika dan strukturalis, Netton membagi surah Al-Kahfi ke dalam beberapa unit berdasarkan arketipe (pola dasar). Pendahuluan yang berisi tentang pujian dan peringatan, dalam ayat 1-8. Kisah tentang penghuni gua (Ashabul Kahfi), ayat (9-26), janji tentang surga neraka (32-44), perumpamaan kebun anggur (32-44), kefanaan dunia, kekuasaan, dan tanda-tanda Allah (45-59), kisah tentang Nabi Musa dan Nabi Khidr (60-82), kisah tentang Dzul Qarnain dan Ya'juj dan Ma'juj (83-101), janji tentang surga neraka dan perintah-perintah untuk Nabi Muhammad (102-110). 

Kemudian, ia menganalisis simbol-simbol dalam surah dengan mengungkap theologemes (unit-unit terdalam) dan fungsi arketipenya. Menurutnya, arketipe (Jenis-jenis manusia) berdasarkan surah al-Kahf adalah sleeper, proto-muslim, hero, mistikus dan anti-hero.

 Arketipe pertama adalah sleeper (pemuda yang tertidur di Gua) diperankan oleh Ashabul Kahfi. Theologeme yang menyertai  arketipe ini ialah gua.  Gua merupakan resonansi penting dalam tradisi Islam. Gua juga merupakan tempat Rasulullah pertama kali menerima wahyu Al-Quran. Dalam sejarah Islam, gua juga merupakan tempat sembunyi Rasulullah dan Abu Bakar sehingga selamat dari pengejaran kaum kafir Quraisy. 

Gua menyimbolkan tempat keamanan dan proteksi Allah yang dalam perlindunganNya seseorang dapat tidur dengan aman. Fungsi ashabul kahfi sebagai arketipe adalah menjelaskan manifestasi kasih sayang Allah dan kekuasaan-Nya. Arketipe kedua ialah proto-Muslim yang diperankan oleh Ashabul Kahfi dan pemilik kebun kurma yang beriman.  Sedangkan theologeme-nya menurut Netton ada pada gua dan kebun kurma.  Gua menyimbolkan tempat di mana nilai Islam berperan baik, lalu kebun kurma menunjukan tempat monotheisme seharusnya tegak dengan baik. [4]

 Arketipe ketiga ialah prototipe hero/pahlawan yang diperankan oleh Nabi Musa dan Dzul Qarnain.  Menurut Netton, Nabi Musa dan Dzul Qarnain merupakan seorang penjelajah dan selalu mendapatkan ujian demi ujian. Kisah Dzul Qarnain melambangkan orang pilihan Allah yang memperlihatkan kualitas protektif Allah.  Kekuatan protektif Allah merupakan motif utama dalam kisah Ashabul Kahfi dan Dzul Qarnain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun