Menyerah, mungkin hal ini sering kita rasakan ketika kita sedang mengalami suatu kegagalan dalam berusaha. Rasanya seperti keputus-asaan yang sangat berkelanjutan. Ketidakmampuan diri menerima keadaan sering kali membuat seseorang menyerah dan memilih kalah.
Hal tersebut bukan tidak mungkin juga terjadi didalam lingkungan keluarga, dimana seseorang anak mengalami kegagalan dalam berusaha memenuhi harapan dalam hidupnya. Dan pada akhirnya, seseorang anak tersebut memilih untuk menyerah dan memicu munculnya luka mental dan emosional pada anak tersebut. Hal itu terjadi karena seseorang anak yang memiliki rasa keputus-asaan akan cenderung lebih rentan menyerah.
Jika hal itu terjadi, maka peran orang tua sangat penting untuk memberikan perhatian yang positif kepada anaknya. Kasih sayang orangtua merupakan cinta pertama yang diterima oleh anak dari orangtuanya, dan kasih sayang ini sering kali menjadi pola pikir bagi anaknya untuk memberikan dan menyalurkan kasih sayangnya kepada orang lain di sekitarnya.
Orang tua mana yang tega melihat anaknya putus asa? Orang tua mana yang senang melihat anaknya gagal dalam menggapai impiannya? Orang tua mana yang melakukan kesengajaan untuk membiarkan dan menelantarkan kondisi emosional anaknya?
Berbagai cara pasti dilakukan oleh orang tua kepada anaknya, entah itu secara terang-terangan ataupun diam. Secara halus, ataupun dengan ketegasan. Dengan nasehat dan ucapan yang membangun, ataupun dengan bantuan lainnya. Yang pasti, tidak ada orang tua yang ingin anaknya putus asa, merasa tidak mampu, dan menyerah dengan kata kalah.
Mungkin Belum Rezekinya!
"Mungkin Belum Rezekinya", siapa yang tidak pernah mendengarkan orang tua yang berkata hal itu kepada anaknya? Mungkin beberapa dari kita menganggap perkataan itu receh, bualan semata, ucapan basa-basi, dan omong kosong, tetapi kata-kata tersebutlah yang memang menggambarkan perasaan orang tua yang mendorong anaknya untuk tidak boleh secepat itu menyerah.
Bakti anak kepada orang tuanya adalah berbuat kebaikan kepada orang tuanya, diantaranya adalah merawat, menghormati, mengawasi dan menunjang kehidupan orang tuanya di hari tua mereka. Sebaliknya, bakti orang tua kepada anaknya adalah mendidik, memberi contoh, dan melindungi anaknya dari segala bentuk sifat dan hal yang negatif.
Melindungi anak dari rasa keputus-asaan dan ketidakmampuan diri merupakan salah satu contoh kepedulian orang tua, maka mengucapkan "Mungkin Belum Rezekinya!" kepada anak suatu hal yang penting dilakukan orang tua ketika mendapati anaknya mengalami suatu kesulitan, hambatan, ataupun kegagalan dalam sebuah proses mencari rezeki atapun usaha lainnya.
Tentu bukan untuk menyerah, apalagi merasa kalah. Ucapan "Mungkin Belum Rezekinya!" tersebut memiliki makna yang sangat luas. Bukan hanya sebagai sebuah bentuk keikhlasan, ucapan tersebut juga memiliki arti sebagai kekuatan besar yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya.
Keistimewaan dari ucapan "Mungkin Belum Rezekinya!" juga bisa dimaknai seperti "Mungkin bukan hari ini, mungkin bukan juga besok, tapi sebentar lagi rezeki pasti akan datang membawa keberkahan dalam kehidupan kita", atau mungkin bisa juga memiliki makna seperti "Tidak apa-apa. Kau akan baik-baik saja. Mungkin kamu merasa ingin menyerah saat ini, Tapi kau akan lebih kuat dari ini kedepanya. Aku percaya padamu nak, Kau sudah melakukan yang terbaik".
Menghargai perjuangan anak adalah salah satu contoh mendidik kedewasaan kepada anak, hal ini memberi sang anak waktu dan ruang untuk mengeksplorasi kondisi emosional anak. Menghargai perjuangan anak juga memberikan sisi positif pada anak, sehingga sang anak merasa didengar, divalidasi, dan diberdayakan untuk melewati segala bentuk tantangan dan rintangan yang akan dirinya lalui sampai muncul perkembangan emosional yang sehat pada diri anak.
Selain itu anak juga wajib memberikan ruang terbuka pada orang tua, luangkan waktu untuk bercerita dan mengadu tentang apa yang dirasakannya. Bukan diam, kemudian menyimpan segalanya sendirian. Curhat kepada orang tua itu penting, apalagi untuk menjaga hubungan antara anak dan orang tua dan berbagi perasaan tentang segala hal dengan lebih dekat.
Diam memang sebuah bentuk kedewasaan emosional, tetapi diam juga memiliki dampak negatif yang cukup rentan untuk emosional seseorang. Karena keterbiasaan seseorang untuk memilih diam akan memunculkan masalah yang menyakiti diri sendiri, seperti stress, kecemasan, depresi dan sebagainya. Dan ketika masalah tersebut tidak bisa terselesaikan, justru akan membuatnya bergelut dengan segala pikiran negatif sendirian hingga hal itu akan malah menjauhkan dirinya dari sebuah bentuk pemecahan masalah.
Menjalin hubungan baik antara anak dan orang tua adalah sebuah contoh penghargaan terhadap perasaan dan cara berkomunikasi yang sehat. Menghormati dan menghargai segala bentuk batasan anak dan orang tua mengajarkan sang anak untuk menghormati dan menghargai perasaan orang lain. Bersikap saling melindungi adalah sebuah bentuk menumbuhkan kekuatan emosional yang erat, sehingga tidak ada yang bersifat lemah dalam hal memilih pertumbuhan.
Membebani anak dan bersikap masa bodoh terhadap tantangan dan rintangan yang sedang dilewati sang anak adalah sebuah bentuk kesesatan dalam hubungan antara anak dan orang tua. Meskipun tugas anak adalah memberikan hak orang tua di masa tuanya, tetapi membebani anak dengan sesuatu beban yang bersifat keharusan adalah tindakan yang tepat.
Ucapan-ucapan positif dari orang tua kepada anaknya sangat diperlukan untuk mentalnya, bahkan baik untuk kesehatan mental sang anak. Mungkin memang sekedar ucapan, tapi ucapan tersebut justru akan menumbuhkan rasa kepercayaan diri anak.
Sekarang coba kita rasakan, ketika orang tua atau anak mengucapkan ucapan positif semacam "Kerja bagus nak!" , "Semangat kerjanya ayah!" , "Kamu pasti bisa nak!", dan "Ibu hebat!" apa yang akan kita rasakan selain rasa senang, rasa bangga, dan rasa yang dihargai. Pada akhirnya ucapan itu akan memacu kita untuk lebih percaya diri untuk melawan keputus-asaan. Salah satunya diantaranya tidak terlepas dari ucapan "Mungkin Belum Rezekinya!", sebagai bentuk menghargai perjuangan sang anak.
Rezeki sudah di atur oleh sang pencipta, tugas kita adalah berikhtiar atau berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai apa yang kita inginkan. Terkadang kita beruntung, dan terkadang kita kurang beruntung. Itulah definisi hidup, yang akan terus berputar.
Berusaha tentu tidak cukup hanya sekali, maka dari itu ada istilah "Coba Lagi" dalam diri kita. Maka ketika diantara kita mengalami kegagalan, maka cobalah berusaha kembali. Bukan menyerah dan berputus-asa, karena "Mungkin Belum Rezekinya!" bukanlah sebuah ucapan kekalahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H