Pernahkah kamu ragu-ragu?
Benar-benar ragu untuk mementukan langkah dalam sebuah fase dalam hidupmu. Atau kamu pernah bingung menentukan sebuah keputusan dari dirimu? "lebih baik aku lanjut apa kembali ya?", "gas aja atau skip aja nih, aduh bingung dan takut banget?", "maju takut salah, mundur takut kecewa, pusing banget!!!" Ya, tidak dipungkiri bahwa rasa ragu-ragu telah membawa kita pada pilihan yang penuh cobaan. Ada yang takut keputusannya gagal, takut keputusannya keliru, hingga takut keputusannya tidak sesuai harapan.
Wajar, sebagian dari orang pasti berpikir mengenai apa resiko yang akan dialaminya kedepan. Ada banyak hal yang akan melukai mental ketika kamu tidak siap untuk menghadapinya, keputusasaan, ketidakberdayaan, penyesalan yang berlarut-larut, kekecewaan, depresi, stress, dan kecemasan yang akan terus melekat dalam diri. Hal ini menggambarkan bahwa keraguan bukan hanya menyerang pikiran kamu, melainkan juga bisa menyerang kondisi mental kamu.
Keraguan kita adalah masalah besar dalam hidup kita, keraguan membuat kita kehilangan hal baik yang mungkin dapat kita peroleh karena takut untuk mencoba dan menjalaninya. Mau bagaimana lagi, kita tidak pernah tahu bila ragu-ragu mungkin saja adalah sebuah reflek alami dari kita yang merasa bahwa keadaan kita tidak aman. Tetapi seringkali keraguan mendatangkan suara bujukan yang menghalangi kita untuk melakukan yang terbaik.
Kecenderungan untuk meragukan kompetensi, dan nilai pada diri kita sendiri adalah hal yang dapat melemahkan mental kita. Kemudian, timbullah rasa ketidakpastian mengenai satu atau berbagai aspek dalam dirinya yang membuat kesehatan mental kita goyah. Dan pada akhirnya yang muncul dalam pikiran kita hanya ada kalimat "aku tidak cukup baik","aku tidak mampu melakukan hal itu", sampai "pasti gagal lagi, aku benci gagal".
Kita terkadang memang sangat khawatir jika dihadapkan dalam sebuah pilihan atau keputusan, karena hasilnya hanya ada 2 (dua) hal yaitu hasil negatif dan hasil positif. Akan tetapi, alarm tidak aman manusia pasti selalu memikirkan hasil negatif. Terlepas dari mana datangnya keraguan pada diri sendiri, perasaan negatiflah yang berdampak pada bidang kehidupan lainnya.
Dari Mana Munculnya Keraguan?
Pertama, Peristiwa Traumatis
Keraguan bisa muncul dari pengalaman dan peristiwa traumatis pada masa lalu kita, sebagai suatu luka batin yang melekat sejak kita kecil hingga tumbuh dewasa.
Peristiwa traumatis terkadang tidak memiliki tanda yang terlihat mencolok, tetapi sangat serius menyebabkan reaksi emosional yang sangat besar dampaknya.
Peristiwa traumatis menuntun kita untuk takut mendapatkan resiko dan reaksi serupa dengan yang sebelumnya pernah kita rasakan, takut dihakimi, takut dihujat, takut mengecewakan orang lain, hingga munculnya rasa kecemasan yang intens.
Kedua, Suasana Hati yang Bersifat Sementara
Mengambil keputusan dan pilihan secara cepat, mendadak, dan sekejap mungkin bisa membuat kita disebut orang yang jenius dan cekatan, tetapi hal itu berbanding terbalik bagi seseorang yang mengambil sebuah keputusan dari perubahan suasana hati yang bersifat sementara.
Bukan tanpa sebab, mengambil keputusan secara mendadak dan sekejap tanpa berbikir panjang adalah reaksi-reaksi emosional yang bersumber dari suasana hati yang berubah dalam sementara.
Reaksi emosional yang tak terkendali dan bersifat sementara menciptakan sebuah kecemasan, dan saat kita cemas terkadang kita gugup sehingga mengambil langkah instan tanpa memilirkan hal lain kedepannya. Kemudian ketika sadar dengan hal itu, muncullah keraguan-keraguan dalam diri kita yang pada akhirnya malah membuat diri kita semakin terpuruk.
Ketiga, Efek Gaslighting dari Orang Lain di Sekitar Kita
Berbeda dengan 2 (dua) hal sebelumnya yang berasal dari internal yaitu diri kita sendiri, poin kali ini datang dari faktor eksternal yaitu orang lain sebagai pelaku.
Gaslighting adalah sebuah bentuk manipulasi yang dilakukan orang lain kepada korbannya (misalkan kita), dengan berusaha untuk mengambil kuasa dan mengontrol diri kita untuk menjatuhkan dan menyesatkan pikiran kita sebagai korbannya.
Tujuannya adalah untuk menciptakan keraguan dari kita sebagai korban agar terus menyalahkan diri kita sendiri, mempertanyakan pikiran kita sendiri, dan pada akhirnya tidak percaya pada kepercayaan diri kita alias meragukan diri sendiri.
Pelaku gaslighting selalu memutarbalikkan fakta, sehingga seolah-olah kita adalah orang yang selalu salah dan mereka adalah orang yang selalu benar. Jika berteman dengan orang yang memiliki ciri-ciri gaslighting, kita wajib waspada!.
Lebih Baik Kembali, Apa Maknanya?
- Meningkatkan Kepercayaan Diri
Memupuk kepercayaan diri menciptakan keyakinan pada diri sendiri, keyakinan bahwa kita mempunyai kemampuan untuk menghadapi tantangan hidup, berhasil, dan berkemauan untuk bertindak sesuai dengan tujuan hidup kita.
Kepercayaan diri bukanlah suatu sifat yang bersifat bawaan yang menetap, melainkan kemampuan yang dapat diperoleh dan ditingkatkan seiring waktu.
Oleh karena itu meningkatkan rasa kepercayaan diri memang butuh proses dan waktu yang cukup tidak sedikit, tetapi kepercayaan diri bermanfaat untuk waktu yang tidak sedtikit (lama) pula.
Menjadi percaya diri berarti kita harus paham dan dapat menangani rasa emosional dari apa pun yang kita hadapi. Termasuk juga dengan mengenali setiap emosi, termasuk emosi yang sifatnya sulit, bukan malah menghindarinya.
- Jangan Tergesa-gesa Mengambil Keputusan
Sebelum mengambil sebuah keputusan, ada baiknya kita menganalisis setiap proses dan situasi yang akan dihadapi kedepannya. Kemudian, kita juga harus mengidentifikasi segala keputusan yang akan diambil. Tujuannya agar kita tidak mengambil keputusan secara tergesa-gesa.
Jangan memaksakan setiap hal dengan serba cepat, karena keputusan yang dibuat-buat dan terburu-buru sering kali menimbulkan penyesalan. Mempertimbangkan sesuatu keputusan dengan bijaksana, akan menghasilkan hasil yang bijaksana pula.
- Matangkan Keputusan dan Kembali Setelah Siap
Lebih baik kembali bukan berarti kita menyerah, tetapi kita kembali untuk mempersiapkan sebuah keputusan kedepannya yang benar-benar kita anggap final bukan fatal, yang kita anggap baik bukan buruk, dan yang kita anggap rasional bukan irasional.
Mematangkan suatu keputusan atau pilihan menjadi langkah aman bagi kita yang sedang berada dalam fase bingung, bimbang, dan ragu dalam menentukan.
Lebih baik kembali adalah sebuah makna yang menggambarkan bahwa kita harus menghilangkan dulu perasaan ragu dalam diri kita, kemudian melaju kembali dengan segala kesiapan, resiko, dan tantangan dalam keputusan yang telah kita ambil kedepannya.
Jika masih gagal, kita harus siap dengan segala resiko kegagalannya dan berusaha lagi dengan penuh kehati-hatian. Jika berhasil kita harus siap dengan segala tantangan dan rintangan yang akan dilalui didepannya.
Ingat, lebih baik kembali bukan bermakna menyerah, tetapi sebagai sebuah strategi untuk mematangkan keputusan dan melawan segala jenis keraguan dengan penuh kesiapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H