Bagaimana tidak, jika biasanya penderita depresi terlihat tidak berenergi, tidak suka dengan kesenangan, dan menarik diri dari lingkungan sekitarnya tetapi penderita Smiling Depression akan terlihat biasa-biasa saja dihadapan orang lain disekitarnya.
Antara Rasa Malu dan Senyuman Palsu
Nyata memang, kebanyakan penderita depresi seringkali merasa malu dengan keadaan yang sedang dialaminya. Bukan tanpa sebab, hal tersebut dilatarbelakangi oleh stigma dan sudut pandang yang kurang baik mengenai gangguan depresi dari beberapa lapisan masyarakat.
Gangguan depresi terkadang dinilai sebagai penyakitnya orang-orang yang bermental lemah, sehingga stigma tersebut menganggap bahwa gangguan depresi seakan-akan menjadi penyakit yang sangat memalukan untuk beberapa orang.
Rasa malu mendorong seseoarang penderita depresi untuk membungkam dan menutup dirinya dari orang lain, bukan hanya dari sahabat, teman-temannya, dan orang di lingkungan sekitarnya, seseorang penderita depresi bahkan tidak segan-segan untuk menyembunyikan penyakit yang dideritanya tersebut dari keluarga dekatnya sendiri.
Akibatnya, gangguan depresi tersebut berubah menjadi gangguan mental yang memberi dampak yang tidak bisa terdeteksi. Alih-alih terlihat sedih, rasa malu akan membuat seseorang penderita ganggun depresi merahasiakan penyakitnya tersebut sehingga menjadi Smiling Depression.
Disebut smiling, karena penderita jenis gangguan depresi ini terlihat baik-baik saja dimata orang lain. Seseorang akan ikut gembira, jika lingkungannya sedang dalam situasi gembira.
Seseorang akan merasa senang, jika lingkungannya sedang dalam situasi senang. Lingkungan yang gembira dan senang, pasti didalamnya terdapat kesan yang positif dengan penuh tawa dan kebahagiaan.
Namun berbeda dengan penderita Smiling Depression, mereka akan tertawa dan bahagia meskipun pada aslinya hanya dibalik senyuman palsu.
Senyuman palsu atau false smile adalah perasaan yang dibuat-buat oleh seseorang untuk menutupi rasa yang dialami dirinya sesungguhnya.
Senyuman palsu menjadi langkah bagi orang-orang yang malu menggambarkan perasaannya kepada orang lain, sehingga seseorang yang melakukan senyuman palsu akan berusaha untuk tetap berpura-pura tersenyum bahagia dihadapan orang lain meskipun sesungguhnya hati dan perasaannya sedang hancur dan sedih.
Untuk penderita Smiling Depression hal ini bukan lagi menjadi suatu tantangan, akan tetap hal ini sudah menjadi aktivitas atau rutinitas bagi seseorang untuk mejadi menjadikannya kebiasaan dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.