Mohon tunggu...
Ahmad Edi Prianto
Ahmad Edi Prianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - 👨‍🎓 Social Welfare Science

Hanya individu biasa yang hidup ditengah lapisan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Games Pilihan

Sempat Diblokir Kominfo, Ini 5 Alasan Mengapa Dota 2 Masih Eksis di Indonesia

24 Mei 2023   15:52 Diperbarui: 24 Mei 2023   15:59 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Twitter @TretanMuslim, @tirta_cipeng, @OmDennis

Tahun 2022 lalu, komunitas game di indonesia tiba-tiba menggemparkan jagat internet. Hal itu terjadi lantaran pada dini hari tanggal 30 Juli tepatnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) tanpa pandang bulu memblokir 3 (tiga) platform game online asal luar negeri yang menjadi media penyambung bagi gamer-gamer di indonesia. Platform game online tersebut adalah Epic Games, Origin, dan Steam.

Pemblokiran tersebut terjadi lantaran kebijakan baru dari Kementerian Komunikasi dan Informatika mengenai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE), yang mengharuskan seluruh penyedia layanan digital untuk mendaftarkan platformnya. Kebijakan PSE sendiri merupakan sistem dan prosedur elektronik yang memiliki fungsi untuk menyebarkan, menganalisis, menyimpan, dan mengumpulkan suatu informasi elektronik untuk menjamin keamanan ruang dan data dalam lingkup digital.

Akibat dari pemblokiran itu, banyak gamer di indonesia yang tidak bisa mengakses game yang ingin dimainkan dalam platform tersebut. Terlebih gamer pengguna platform game besutan Valve Corporation, yaitu Steam. Tidak bisa dipungkiri bahwa platform Steam memang memiliki basis dan pengguna yang cukup tinggi di Southeast Asia (SEA), khususnya di Indonesia. Banyak dari para gamer yang mengeluh tidak bisa log in (masuk) ke dalam akun Steam-nya, yang menyebabkan para gamer tidak bisa memainkan permainannya yang berada di dalam platform game digital tersebut.

Hal ini mengundang amarah dan komentar-komentar pedas dari para pengguna platform Steam, khususnya pemain game Counter-Strike Global Offensive (CSGO), Grand Theft Auto V (GTA V) Online, dan Defence of The Anciet 2 (Dota 2) yang masih banyak dimainkan di Indonesia.

Khusus Dota 2, game ini masih memiliki ruang di hati para gamer yang ada di Indonesia. Dota 2 masih menjadi game bergenre Real Time Strategy yang menjadi primadona, bagi para pecinta game Multiplayer Online Battle Arena (MOBA) komputer. Namun, akibat pemblokiran terssebut beberapa gamer mengeluh tidak bisa masuk ke dalam Steam, beberapa lagi mengeluh tidak bisa masuk ke menu utama game, bahkan pemain yang sudah masuk dalam menu game sejak hari sebelumnya (belum keluar dari aplikasi dota) mengeluh tidak bisa mendapatkan lawan bertanding di menu find match.

Pemain-pemain game yang marah melontarkan beberapa komentar dan kemarahan di beberapa media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter yang menyesalkan kebijakan Kominfo tersebut. Buntut kemarahan itu, tagar #blokirkominfo seketika menjadi tranding twitter di Indonesia. Hingga beberapa publik figur ikut mengomentari pemblokiran platform Steam, dan mencuitkan kritikan dengan menandai akun sosial media resmi milik Kominfo.

Sumber: Twitter @TretanMuslim, @tirta_cipeng, @OmDennis
Sumber: Twitter @TretanMuslim, @tirta_cipeng, @OmDennis
Untung saja pada tanggal 2 Agustus 2022, Kominfo akhirnya membuka blokiran karena Kominfo telah mengkonfirmasi bahwa Valve sudah mempunyai niat untuk mendaftar PSE. Meskipun membutuhkan waktu beberapa hari sejak pemblokiran, setidaknya para gamer steam khususnya Dota 2 bisa kembali bernafas lega. Karena, sebelumnya mereka hanya bisa mengakses game dengan bantuan Virtual Private Network (VPN). Kemudian pada tanggal 12 Agustus 2022, Valve Corporation secara resmi mendaftarkan Steam, CSGO, dan Dota 2 di laman PSE yang telah disediakan Kominfo.

Sebagai game yang masuk dalam deretan game online terbaik, Dota 2 memiliki kancah esport yang terbilang sangat luas dengan pemain-pemain yang tersebar di seluruh dunia. Para pemain disatukan dalam sebuah liga regional, dan kemudian dipertemukan kembali secara internasional lewat ajang turnamen major yang berisikan para jawara di setiap liga regionalnya.

Meski Dota 2 merupakan game online komputer yang cukup berumur atau bukan hal baru, tetapi dukungan dan cinta dari komunitas-komunitasnya sangatlah besar. Disetiap permainannya, Dota 2 selalu memberikan pengalaman bermain yang tidak bisa terlupakan. Bukan lagi amatiran, Dota 2 memang layak disebut sebagai game dan esport yang terbaik diseluruh industri game online.

Sebagai game yang memiliki sistem kompetitif yang terbaik di pasaran game online komputer, nama Dota 2 masih menjadi salah satu game yang cukup eksis sampai saat ini. Hingga, game yang  berusia 1 (satu) dekade ini masih mampu untuk bersaing dengan game-game MOBA lainnya.

Meskipun saat ini Dota 2 di Indonesia bisa diakui kalah pamor dengan game-game mobile, namun kepopuleran game ini semakin naik dari tahun ke tahun. Masih banyak pemain-pemain yang tetap setia dengan game yang satu ini, karena merasakan bahwa game tersebut sudah menjadi bagian dari hidupnya untuk sekedar pelepas penat dan refreshing. Bagi pemain yang sudah berhenti bermain game ini, kebanyakan dari mereka juga masih mengikuti alur kompetitif Dota 2.

Dota 2 masih menjadi perhatian banyak publik, bahkan dalam debat calon presiden dan calon wakil presiden tahun 2019 lalu, bapak Joko Widodo (Jokowi) secara khusus memberi pertanyaan mengenai industri esport yang salah satunya disebut ialah Dota 2. Hingga anak bapak Jokowi yaitu Kaesang Pangarep melontarkan guyonan/lelucon, yang menyebutkan bahwa Match-Making Rank (MMR) Dota bapak Jokowi menyentuh angka 5,6k yang notabenenya merupakan MMR yang lumayan cukup tinggi di Dota 2.

Sumber:Twitter @kaesangp
Sumber:Twitter @kaesangp
Lalu, apa sih yang membuat Dota 2 masih menjadi game yang banyak dimainkan di Indonesia? Kenapa masih tetap menjadi game yang populer dan eksis meskipun kalah bersaing dengan game mobile? Berikut ini adalah 5 alasan mengapa Dota 2 masih tetap eksis di Indonesia :

1. Bukan game berlabel "Pay to Win"

Dota 2 adalah game steam yang berlabel gratis alias "Free to Play", semua kalangan dari berbagai belahan dunia bisa mengakses dan mendownloadnya secara gratis di platform digital tersebut. Disisi lain, Dota 2 juga bukan merupakan game yang mengandalkan pembelian item premium untuk meningkatkan performa dalam gamenya. Yap, Dota 2 bukan game "Pay to Win".

Meskipun terdapat berbagai fitur pembelian skin dan item, namun  skin dan item tersebut tidak menambahkan optional tambahan dalam game. Skin dan item tersebut hanya untuk mengganti elemen visual tanpa menambah damage apapun di dalam game tersebut. Bahkan, pemain Dota 2 bisa membeli skin gratis lewat battle point yang bisa dikumpulkan melalui find match. Jadi Dota 2 dipastikan 100 persen bukan game yang Pay to Win, karena itu untuk meraih kemenangan di dalam game ini diperlukan skill yang baik bukan skin dan item yang menarik.

2. Sistem low priority untuk pemain toxic

Setiap game online pasti memiliki pemain dengan berbagai karakter, ada pemain yang bersikap positif, sabar, legowo, hingga bersikap toxic. Tidak bisa dipungkiri, Dota 2 adalah game yang menyatukan beberapa individu yang tidak saling kenal dalam sebuah pertandingan. Beruntungnya bagi pemain yang mendapatkan teman bermain yang memiliki jiwa positive mental attitude (PMA), namun pasti ada saja momen ketika pemain mendapatkan teman bermain yang bermental buruk atau toxic.

Disitulah Dota 2 menyediakan fitur skor perilaku untuk player, yaitu Behavior Score. Didalam fitur tersebut tersimpan penilaian dari teman-teman bermain yang menilai pemain tersebut dalam fitur report. Jika perilaku pemain cenderung positif dan bagus, maka skor perilakunya juga bernilai bagus. Jika perilaku pemain mencerminkan mental toxic, maka skor perilakunya akan bernilai buruk. Pemain yang memiliki skor buruk, bisa membuat dirinya terjebak dalam sistem low priority.

Didalam sistem low priority, pemain akan dikelompokan dengan sesama pemain yang bermental toxic akibat masalah yang dicarinya sendiri. Sistem tersebut diciptakan untuk memberikan hukuman bagi pemilik akun yang bermain merugikan dalam komunitas permainan, namun sistem ini bukanlah permanen karena low priority hanya diterapkan dengan sementara untuk memberikan efek jera bagi pemain toxic.

3. Gameplay yang terus berkembang (update)

Pemain-pemain Dota 2 pasti sudah tidak heran lagi bahwa game ini sering sekali melakukan update untuk perkembangan permainan, bukan hanya update kecil tetapi Dota 2 juga beberapa kali melakukan major update (update besar-besaran).

Valve selaku pengembang dinilai sangat aktif dalam memberikan pengalaman bermain yang baru untuk pemain dan penikmat permainannya. Mulai dari perbaikan bug (fix bug), perilisan event dan patch terbaru, pengembangan meta, hingga penambahan hero atau item dalam game yang baru.

Hal itu jelas menjadi kelebihan bagi game Dota 2, karena perkembangan update yang baik mengartikan bahwa game tersebut masih diperhatikan oleh developer game. Update-update terbaru juga membuat para pemain tidak gampang bosan dengan Dota 2, karena jika game tersebut telah update maka otomatis pemain juga dituntut untuk mempelajari gameplay yang terbaru.

4. Game dengan hadiah terbesar dalam sejarah esport

Tidak ada yang bisa menyangkal, Dota 2 merupakan game dengan total hadiah atau prizepool terbesar didunia game online. Hal itu terjadi dalam turnamen Dota 2 "The International", yang total hadiahnya bisa menyentuh puluhan juta dollar USD. Ya, bukan hanya ribuan dollar tapi puluhan juta dollar. Bisa dibanyangkan saja hanya untuk sekedar permainan, tetapi hadiah yang dipersembahkan nilainya bukan hal yang main-main.

Dalam The International  (TI) ke-11 yang berlangsung di Singapore tahun 2022 total hadiah yang digelontorkan oleh Valve senilai $18.930.775 USD, yang nilainya setara dengan Rp. 294,4 Miliar Rupiah. Namun, TI tahun itu belum bisa memecahkan rekor hadiah TI sebelumnya, yaitu TI 9 tahun 2019 dan TI 10 tahun 2021.

Pada TI 9 yang berlangsung di China, total hadiahnya senilai $34.330.068 (setara Rp. 486,7 Miliar Rupiah). Sedangkan TI 10 yang berlangsung di Rumania, total hadiahnya senilai US$40.018.195 (setara Rp. 570 Miliar Rupiah). Tidak bisa dipungkiri, bahwa Dota 2 memang sangat pantas disebut game online dengan sistem kompetitif yang terbaik dalam sejarah dunia esport.

5. Banyak teman online dari berbagai negara dan meningkatkan skill komunikasi

Komunitas Dota 2 tersebar di berbagai negara dan benua, yang dipisahkan dalam sebuah server regional. Dipastikan ketika pemain melakukan find match, mereka tidak akan mendapatkan tim dengan full pemain senegara. Jadi dalam Dota 2 kita dituntut untuk menyatukan chemistry dengan orang asing yang sebelumnya tidak dikenal, namun hal itu justru bernilai baik untuk diri pemain.

Jika dipandang dari segi yang baik, Dota 2 banyak sekali memberikan teman bermain yang berasal dari berbagai daerah dan negara. Jika menemukan teman se-frekuensi bahkan Dota 2 menyediakan fitur add friend, dan mereka bisa bermain sama-sama secara party.

Jika didalam game pemain bertemu dengan banyak pemain asing, tentu bahasa pemain tidak bisa serta merta menggunakan bahasa daerah. Jadi mau tidak mau, pemain bisa belajar sedikit demi sedikit bahasa international seperti bahasa inggris. Itulah nilai plus dari sebuah game online, tidak hanya bermain game tapi meningkatkan minat belajar bahasa internasional. Untuk membentuk chemistry yang baik antar pemain, maka pemain harus memiliki skill komunikasi yang baik pula.

Itulah 5 alasan, yang menyebabkan Dota 2 masih eksis di Indonesia sampai hari ini.

Dota 2 merupakan game fenomenal yang memiliki gameplay unik, dan pengalaman bermainnya membuat banyak orang selalu tertarik untuk memainkannya. Meskipun begitu menarik, tentu pemian tetap harus mengingat kehidupan nyatanya terlebih dahulu. "Jangan bermain sampai lupa waktu ya"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Games Selengkapnya
Lihat Games Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun