Mohon tunggu...
Ahmad Edi Prianto
Ahmad Edi Prianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - 👨‍🎓 Social Welfare Science

Hanya individu biasa yang hidup ditengah lapisan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenal Filosofi Jawa: "Akeh Durung Mesti Cukup, Sethithik Durung Mesti Kurang"

16 April 2023   14:40 Diperbarui: 1 Mei 2023   08:45 4500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (KOMPAS.com)

Apakah kita pernah terbayang, mengenai kehidupan yang serba membingungkan? Kadang kita berfikir "perasaan diriku sudah mencukupi, tapi kok rasanya masih ada yang kurang ya?" Atau kadang juga kita berfikir "ahh tidak apa-apa, ini sudah lebih dari cukup untuk diriku". Ada kalanya suasana hati selalu bertanya, mengenai cukup atau tidaknya suatu hal yang ada dalam kehidupan kita.

Sifat dasar manusia adalah selalu merasa kurang, bagaimanapun kondisi hidup tetap ada saja perasaan kurang. Bahkan semakin banyak sesuatu yang kita dapat, tapi entah kenapa rasanya seperti kurang cukup. Sampai kadang kita berusaha mencari jalan keluar dari kondisi kekurangan, yang sebenarnya bukan merupakan kekurangan. Ada saja celah, bahwa kita selalu merasa dalam keadaan yang kurang mencukupi.

Adanya perasaan selalu kurang tersebut, bisa jadi disebabkan oleh ketidakmampuan seseorang membedakan mana sebuah keinginan dan  mana sebuah kebutuhan. Mungkin dalam segi kebutuhan, seseorang memang perlu memenuhi suatu hal.

Namun dalam segi keinginan, seseorang pasti memiliki banyak keinginan-keinginan yang  ingin diraih. Padahal seharusnya keinginan bersifat tidak harus, sedangkan kebutuhan bersifat perlu.

Jika kita memiliki sifat yang menganggap diri kita selalu merasa kurang, mungkin kita bisa mengambil pembelajaran dari salah satu folosofi jawa, yaitu "Akeh Durung Mesti Cukup, Sethithik Durung Mesti Kurang" yang dapat membantu kita untuk menemukan rasa syukur terhadap sesuatu hal.

Jika diterjemahkan, "Akeh Durung Mesti Cukup" berarti banyak belum pasti cukup dan "Sethithik Durung Mesti Kurang" berarti sedikit belum pasti kurang. Secara filosofis, sebenarnya pitutur ini lebih gampang dikaitkan dengan penghasilan, harta, dan kondisi materi seseorang.

Makna bebas dari pitutur jawa tersebut menerangkan bahwa, penghasilan (harta) yang banyak belum tentu mencukupi berbagai keinginan kita. Namun sebaliknya, penghasilan (harta) yang bernilai sedikit justru belum tentu membuat kita merasa kekurangan.

Filosofi jawa tersebut bukan hanya membantu kita menemukan rasa syukur, melainkan juga sebagai pedoman kehidupan sehari-hari.

Dalam kaidahnya, filosofi jawa ini sangat erat dengan perkara hidup dan nilai-nilai luhur yang dipegang oleh orang-orang jawa dalam menjalani sebuah kehidupan.

Akeh Durung Mesti Cukup

Kata "Banyak" menurut KBBI berarti besar jumlahnya, dengan artian sesuatu hal yang dikaitkan tersebut nilainya tidak sedikit. Sedangkan "Cukup" bisa dikaitkan dalam hal kepuasan hati dalam menerima, dengan artian sesuatu yang sifatnya sudah memadai (tidak perlu ditambah lagi).

Secara logika, kebutuhan seharusnya tidak boleh lebih besar daripada keinginan atau gengsi kita. Tak jarang kita selalu mengeluh merasa kurang dengan penghasilan diri sendiri, karena terlalu sering memaksakan diri menginginkan, mendapatkan dan memperoleh sesuatu yang nilainya tidak sesuai dengan penghasilan dan kebutuhan kita.

Beberapa dari kita pasti pernah merasakan, betapa beratnya menjalani hidup karena selalu mementingkan keinginan atau gengsi daripada menurunkan ego diri.

Filosofi jawa ini menggambarkan kita sebagai makhluk tidak sempurna yang seharusnya bisa lebih mengkontrol diri, sehingga kita bisa menurunkan sifat egois dalam diri. Kebahagiaan tidak selamanya diukur dari seberapa banyak sesuatu hal yang kita dapatkan.

Banyak, memang menentukan keunggulan terhadap suatu nilai jumlah. Namun, banyak tidak bisa menentukan kita kepada kebahagiaan dan penerimaan hati pada diri kita. Seperti misalnya, banyak orang dengan kondisi ekonomi kaya tetapi mereka tidak bisa menikmati kekayaannya.

Sebanyak apapun penghasilan kita, jika tidak dibarengi oleh rasa bersyukur atas apa yang kita miliki, maka kita tidak akan pernah merasa cukup dan puas atas apa yang kita miliki.

Sethithik Durung Mesti Kurang

Kata "Sedikit" menurut KBBI berarti tidak banyak, dengan artian sesuatu hal yang kaitkan jumlahnya lebih rendah. Sedangkan "Kurang" bisa dimaknai sebagai sesuatu yang sifatnya belum mencukupi.

Rezeki akan selalu ada untuk orang yang senantiasa terus berusaha dan bersyukur, tidak semua penghasilan besar dapat memberikan keikhlasan hati yang besar.

Mereka yang memiliki penghasilan sedikit atau kecil, sejatinya lebih bisa bersyukur daripada mereka yang berpenghasilan besar. Mereka yang berpenghasilan kecil, akan selalu memaknai kondisi mereka dengan kesederhanaan dan kebahagiaan. Karena rezeki baik itu bukan berarti hidup kaya berlimpah harta, melainkan hidup berlimpah kebahagiaan.

Meskipun penghasilan mereka belum mencukupi, namun mereka tidak pernah merasa khawatir. Bagi mereka yang berpenghasilan sedikit, rezeki mereka sudah ada yang mengaturnya.

Kalaupun penghasilan mereka besar, jika hidupnya jauh dari kebahagiaan, apa senangnya? Orang-orang yang memamerkan kebahagiaannya di media, belum tentu kehidupannya sebahagia yang mereka pamerkan.

Bagi mereka yang hidupnya berkecukupan, kondisi cukupnya selalu dinilai sebagai sebuah anugerah. Mereka tidak terlalu mementingkan jumlah, namun lebih mementingkan kesederhanaan apa yang akan mereka ciptakan kedepannya.

Lagi-lagi, bersyukur adalah kunci dari semua permasalahan. Dengan bersyukur hati kita akan lebih terbuka untuk bersifat lapang dada, karena dengan lapang dada kita dapat menerima segala situasi dan keadaan dengan ketulusan hati.

Dengan bersyukur, maka diri kita akan lebih dekat dengan rasa cukup. Sedikit apapun penghasilan kita, jika dirasa cukup pasti bisa memenuhi kebutuhan kita dalam hidup.

Filosofi "Akeh Durung Mesti Cukup, Sethithik Durung Mesti Kurang" mengajarkan kepada kita, apa itu arti penting dari bersyukur. Pengakuan kepada nikmat hidup yang diberikan tuhan itu penting, karena hal itu bisa menghindarkan kita dari rasa kufur nikmat.

Untuk mencapai kebahagiaan, tidak diperlukan kuantitas atau jumlah dari penghasilan kita. Untuk mencapai kebahagiaan, tidak perlu menjajaki setiap keinginan diri kita.

Selama kecukupan membawa kita kedalam kesederhanaan, maka hidup kita akan selalu bahagia. Kesederhanaan tidak akan membawa kemelaratan, tapi kesederhanaan sudah pasti bisa membawa kita ke fase hidup yang lebih tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun