Perkembangan akan dialami secara terus menerus oleh manusia, dari masa kecil hingga beranjak dewasa. Manusia akan tumbuh dan berkembang dengan segala peristiwa-peristiwa dan kondisi yang dialaminya, dengan tingkah laku dan pola pikir yang akan selalu mempengaruhinya dalam kehidupan.
Dengan peristiwa dan kondisi yang dialaminya dari waktu ke waktu, maka terciptalah sebuah sosok yang menggambarankan diri di masa lalu, yang biasanya disebut dengan Inner Child. Istilah tersebut kemudian seakan menggambarkan sebuah karakter dan perilaku kekanak-kanakan yang pasti ada dalam kehidupan individu manusia.
Inner Child adalah sekumpulan kondisi emosional yang lahir dari pengalaman masa kecil seseorang yang menetap dalam dirinya, bahkan mengikuti dirinya hingga tumbuh berkembang menjadi manusia dewasa. Setiap pengalaman dan peristiwa yang dirasakan oleh seseorang di waktu kecil, membentuk kepribadian seseorang hingga menuju ke fase kedewasaan.
Gambaran dari inner child membentuk sudut dari diri manusia yang tidak ikut tumbuh menjadi dewasa, namun sudut itu tetap menjadi sifat kanak-kanak. Kemudian sudut tersebut terus melekat dalam kondisi emosi dan ingatan seseorang manusia yang pernah dia alami sejak kecil, baik itu ingatan baik maupun ingatan buruk.
Ingatan baik menimbulkan energi dan sikap positif, yang terbawa oleh manusia hingga dewasa. Energi positif ini biasanya berisikan hal yang menyenangkan, seperti contohnya rasa kasih sayang orang tua yang luar biasa saat kita kecil, bermain dengan teman sebaya dengan penuh kegembiraan, dan lain-lain hal yang positif.
Sedangkan ingatan buruk bisa menimbulkan energi dan sikap negatif dalam diri manusia, yang bisa menyebabkan luka batin dan trauma yang akan terus membekas hingga dewasa. Contoh dari energi negatif seperti, kekerasan yang dilakukan seseorang, kehilangan orang yang dicintai, tindakan pelecehan, dan lain-lain hal yang negatif.
Sayangnya yang sering diingat oleh seorang manusia adalah ingatan buruk, sebagai pengingat kepahitan masa lalu. Sehingga dalam kehidupan seseorang manusia, inner child sering dikaitkan dengan trauma yang timbul dari permasalahan masa lalu yang hingga saat ini belum terpecahkan solusinya.
Maka dari itu seseorang lebih sering menyebut istilah itu sebagai inner child yang terluka. Maksud dari inner child yang terluka adalah sebuah luka traumatis yang terjadi ketika masa kecil yang terus mengikat pada alam bawah sadar manusia, kemudian luka itu akan memberikan dampak yang berpengaruh pada kesehatan mental manusia tersebut di masa depannya.
Luka dan trauma yang tidak disadari oleh seseorang mungkin bisa terlupakan begitu saja, namun sebenarnya luka dan trauma itu tidak akan hilang dalam dirinya alias menetap dalam diri. Luka dan trauma tersebut akan terus bersembunyi dan mengikuti perkembangan manusia, kemudian mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku manusia tersebut.
Penyebab Inner Child yang Terluka
- Perceraian orang tua. Orang tua adalah dua orang yang kita cintai, kita lahir dan tumbuh oleh kasih sayang mereka. Namun, ada sebuah kendala yang membuat mereka memilih berpisah, itulah yang membuat seseorang anak menyimpan perasaan sedih. Mungkin didepan kaca terlihat biasa saja, namun seseorang anak akan mengingat kejadian itu sebagai kejadian pahit dalam hidupnya.
- Kematian orang yang tercinta. Kematian adalah hal yang menyakitkan, apalagi orang terdekat itu adalah anggota keluarga seperti ayah, ibu, atau kakak/adik. Meskipun dituntut untuk mengikhlaskan, namun dalam diri seseorang pasti akan sulit atau tidak mudah unthk mengikhlaskan kepergian orang yang dicintai.
- Bullying. Perundungan selalu menjadi masalah dalam hidup, kekerasan dan penindasan kepada manusia dengan kesengajaan akan menyebabkan seseorang mengalami gangguan mental yang akan selalu membekas.
- Suatu penyakit. Seseorang yang memiliki penyakit kadang memiliki rasa anxiety (kecemasan) yang tidak menentu, kadang rasa cemas datang begitu saja di waktu kapan saja. Kemudian ada juga panic attack yang menyebabkan rasa takut muncul begitu saja, meskipun tidak ada suatu ancaman.
Dampak dari Inner Child yang Terluka
- Selalu menyalahkan diri sendiri (self-blame). Rasa tidak puas kepada diri sendiri mendorong seseorang menyalahkan diri mereka sendiri, selain itu gagal mencapai sebuah tujuan juga menyebabkan seseorang merasa dirinya selalu gagal.
- Susah move on. Seseorang yang terlanjur senang terhadap suatu hal mungkin sulit untuk berpindah, mereka kesulitan melupakan hubungan dan sulit berdamai dengan masa lalunya.
- Tidak akrab dengan keluarga. Hal ini sering dialami oleh seseorang yang memiliki keluarga broken home, mereka akan berpisah tempat tinggal dan ikut dengan salah satu orang tuanya. Jika hubungannya merenggang dan tidak dapat teratasi, maka bisa saja menyebabkan seseorang tersebut menjadi tidak akrab dengan orang tua satunya.