Mohon tunggu...
Ahmad Edi Prianto
Ahmad Edi Prianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - 👨‍🎓 Social Welfare Science

Hanya individu biasa yang hidup ditengah lapisan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fat-shaming, Ternyata Orang Gemuk Juga Terdiskriminasi

5 April 2023   10:57 Diperbarui: 5 April 2023   11:05 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Orang Gemuk, Sumber Image : Shutterstock

Saat ini Fat-shaming justru banyak dilakukan di media sosial, orang-orang akan mempermalukan mereka yang berbadan gemuk secara online bukan lagi secara lisan saja. Bahkan, terdapat banyak iklan-iklan pengecil tubuh, yang melontarkan narasi yang berlebihan terhadap kondisi orang gemuk. Orang-orang memanfaatkan media sosial untuk pencapaian mereka yang menyalahi nilai sosial, hanya untuk sebuah achievement kemudian orang-orang tersebut merendahkan manusia lain yang berbeda dengannya.

Bukan hanya dari media sosial, parahnya Fat-shaming juga rentan terjadi di kalangan keluarga dan teman-teman mereka sendiri. Keluarga dan teman-teman orang gemuk biasanya akan memberikan tekanan-tekanan terhadap mereka dan akan memperhatikan setiap gerak-geriknya dalam suatu hal, entah itu saat mengambil makanan atau saat melakukan sebuah aktivitas olahraga.

"Kayaknya kamu tambah gendut ya?, Kayaknya kamu harus lebih memperketat dietmu ya?, Olahragamu jangan gitu, itu tidak membuatmu kurus, kamu tidak mau kurus?". Itu adalah beberapa hal, yang malah akan membuat orang gemuk tertekan dan kehilangan jati dirinya.

Stigma negatif tentang orang gemuk bahkan sudah menjurus ke banyak hal salahsatunya ranah pekerjaan. Orang gemuk dinilai sulit mendapatkan pekerjaan. Diskriminasi mengenai berat badan tidak hanya sekedar Fat-shaming atau Body-shaming, orang gemuk juga sulit memperoleh sebuah pekerjaan. Bahkan sudah ada penelitian yang mengatakan bahwa kesempatan kerja orang gemuk cenderung lebih rendah 27 % daripada orang yang memiliki tubuh ideal.

Alasanya banyak, mulai dari kurang cekatan, susah bergerak, tidak bisa mengontrol diri, hingga disebut pemalas. Penilaian tersebut adalah kesalahan besar, karena dalam kehidupan ini bentuk tubuh bukanlah sesuatu yang bisa di judge untuk menentukan kepribadian seseorang. Ada juga faktor yang dianggap sebagai pengganjal orang gemuk dalam memperoleh pekerjaan, yaitu "Dibutuhkan karyawan/karyawati dengan berat badan ideal atau menarik".

Bukan suatu hal yang lumrah, bahwa orang gemuk dianggap tidak menarik untuk berhubungan dengan klien atau orang lain dalam sebuah pekerjaan. Padahal, yang terpenting dalam pekerjaan bukanlah bentuk tubuh, melainkan semangat bekerja yang tinggi.

Pada intinya, Fat-shaming bukanlah kunci yang diharapkan oleh orang gemuk untuk memotivasi dirinya dalam memperbaiki tubuhnya. Adanya Fat-shaming justru membuat mereka tidak berubah dan malah membuat mereka makan lebih banyak lagi, karena sudah terlanjur dicap tidak berguna dan tidak dibutuhkan.

Dalam kondisi psikologis, adanya Fat-shaming justru akan membuat korbannya lebih buruk. Akibatnya bukan hanya kondisi fisiknya yang bermasalah, kesehatan mentalnya juga akan ikut bermasalah. Dan kesehatan mental seseorang bahkan lebih penting, karena mental yang sehat dapat menuntun diri untuk lebih berkembang dengan suasana hati yang baik.

Mengingatkan orang gemuk mengenai kondisinya, bukanlah sebuah kejahatan atau perbuatan negatif. Namun, gunakan cara-cara yang lebih positif untuk melakukan pendekatannya. Ajaklah mereka berolahraga tanpa harus memberi mereka target khusus, ajaklah mereka diet untuk alasan kesehatan dibandingkan dengan alasan menguruskan diri. Dan yang terpenting adalah tetap beri mereka empati, terima kondisi mereka apa adanya karena itu penting untuk menjaga kepercayaan diri orang gemuk. Hindari Fat-shaming, hindari diskriminasi oleh siapapun dan untuk siapapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun