Mohon tunggu...
Ahmad Edi Prianto
Ahmad Edi Prianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - 👨‍🎓 Social Welfare Science

Hanya individu biasa yang hidup ditengah lapisan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fat-shaming, Ternyata Orang Gemuk Juga Terdiskriminasi

5 April 2023   10:57 Diperbarui: 5 April 2023   11:05 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jaman dahulu orang gemuk identik dengan sebutan orang yang memiliki kehidupan makmur, namun pada jaman sekarang orang gemuk sering diidentikan dengan berbagai penyakit. Iya, seseorang yang memiliki badan gemuk pasti memang beresiko mengalami berbagai penyakit yang menakutkan seperti masalah pencernaan, asma, diabetes, bahkan penyakit jantung. Tetapi selain masalah fisik, orang gemuk juga bisa mengalami masalah psikologis seperti depresi dan stress akibat tekanan sosial, stigma negatif, dan diskriminasi.

Bukan hanya penyandang disabilitas, bukan hanya orang dengan gangguan kejiwaan (ODGJ), bukan hanya orang dengan HIV/AIDS (ODHA) saja yang merasakan stigma negatif dan diskriminasi. Orang yang memiliki tubuh gemuk juga seringkali mendapatkan diskriminasi, karena kondisi badannya yang dinilai buruk.

Salah satu bentuk diskriminasi yang dirasakan oleh orang yang berbadan gemuk adalah Fat-shaming. Istilah Fat-shaming biasanya  berupa tindakan untuk memberikan kritikan terhadap kehidupan orang yang bertubuh gemuk. Bahkan bukan hanya mengkritik, orang yang melakukan Fat-shaming terkadang juga dinilai melecehkan mereka-mereka yang memiliki kelebihan berat badan.

Kritikan yang dilancarkan oleh seseorang yang melakukan Fat-shaming biasanya berbicara mengenai kebiasaan orang gemuk dalam mengontrol makanan dan kurangnya olahraga, mereka yang melancarkan kritik mencoba memotivasi orang gemuk untuk makan dengan porsi yang sedikit dan memperbanyak olahraga dengan tujuan menurunkan berat badan.

Namun yang terjadi, biasanya orang mengkritik dicampur adukan dengan sikap melecehkan kondisi mereka yang gemuk. Mereka yang mengkritik seringkali menggunakan bahan kritikan yang malah bersifat melecehkan, seperti menyamakan orang gemuk dengan hewan, menyamakan orang gemuk sebagai disabilitas, memberikan stigma bahwa orang gemuk lebih banyak yang  mengalami resiko kematian daripada orang yang memiliki berat badan ideal, dan lain-lain.

Alih-alih membantu orang gemuk termotivasi untuk menurunkan berat badan, tindakan Fat-shaming malah menimbulkan banyak masalah bagi orang gemuk. Mereka bahkan mendapatkan banyak masalah psikologis, seperti kecemasan, kegelisahan, stress hingga depresi. Bukannya termotivasi, mereka justru akan selalu kepikiran dengan kondisinya yang dinilai tidak terkontrol.

Stigma dan diskriminasi terhadap mereka yang memiliki badan gemuk, justru menimbulkan masalah dan trauma baru bagi mereka. Mereka malah akan lebih menjauh untuk memikirkan kondisinya, mereka juga akan menjauhi untuk kembali berolahraga. Bahkan mereka akan mau berolahraga jika berada ditempat yang mereka anggap aman dan tidak banyak manusia-manusia lain.

Pernahkan kalian melihat-lihat dan memperhatikan orang gemuk saat mereka berolahraga di sebuah taman? Pernahkan kalian melihat porsi makanan yang dipesan oleh orang gemuk di sebuah restoran? Nah, kondisi itulah yang biasanya membuat mereka merasa malu. Kalian pasti tidak beranggapan negatif, tapi biasanya orang gemuk memiliki kondisi yang membuat mereka tertekan dan tekanan itulah yang timbul dari pengaruh Fat-shaming.

Stigma negatif terkait berat badan adalah masalah yang harus diperhatikan secara serius. Stigma negatif mengenai orang gemuk justru akan membuat mereka canggung dan takut untuk mencari sebuah perawatan kesehatan. Dan pada akhirnya, hal itu malah membuat orang gemuk terjebak dalam banyak masalah.

Kerap kali, diskriminasi seperti Fat-shaming justru akan merusak kepercayaan diri orang yang memiliki tubuh gemuk. Dan ketika kepercayaan diri itu hancur, mereka pasti akan lebih susah untuk keluar dari zona nyamannya. Mereka jadi kurang damai dengan kondisi tubuhnya dan akan terus mencari kesalahan dalam diri mereka, bahkan yang bukan merupakan kesalahan akan mereka nilai juga sebagai kesalahan.

Diskriminasi tersebut, pada akhirnya akan mengancam kesehatan mental orang gemuk. Depresi, mereka akan memisahkan diri  dan mengasingkan diri mereka. Stress, perasaan tertekan akibat sebuah tuntutan sosial dan dan mereka tidak bisa mengendalikan situasinya. Kecemasan, perasaan bersalah yang tidak terarah, apapun yang dilakukan akan dinilai salah karena perasaan cemas yang berlebihan. 

Dan jika mereka tidak memiliki kondisi mental yang bagus untuk menyikapi ancaman kesehatan mental tersebut, terkadang malah akan memunculkan sebuah pikiran untuk melakukan bunuh diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun