Mohon tunggu...
Ahmad Edi Prianto
Ahmad Edi Prianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - 👨‍🎓 Social Welfare Science

Hanya individu biasa yang hidup ditengah lapisan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melawan Stigma dan Diskriminasi Penyandang Disabilitas

20 Maret 2023   12:50 Diperbarui: 20 Maret 2023   13:13 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara kita, indonesia, adalah negara yang cukup besar memiliki jumlah penyandang disabilitas. Mereka yang memiliki keterbatasan, mereka yang berkebutuhan khusus, dan mereka yang memiliki bakat dan perilaku spesial, senantiasa akan hidup berdampingan dengan manusia normal. Penyandang disabilitas merupakan mereka yang memiliki keterbatasan dan banyak mengalami hambatan untuk ikut-serta secara menyeluruh dengan manusia lainnya berdasarkan kesamaan hak hidup.

Dalam perkembangannya, banyak sekali stigma yang menggambarkan bahwa para penyandang disabilitas lebih condong  memperoleh suatu bentuk tindakan diskriminatif yang membuatnya semakin terpinggirkan. Dan ketika stigma diskriminatif itu terus melekat, maka penyandang disabilitas tetap tidak akan bisa mendapatkan akses untuk maju dan berkembang. Jika bergerak saja mendapatkan masalah, bagaimana mereka bisa mengembangkan diri.

Penerimaan terhadap penyandang disabilitas dirasa masih kurang, masyarakat sekitar masih memiliki sikap acuh terhadap kondisi orang lain. Penyandang disabilitas mengalami keterpurukan, karena kurangnya perhatian masyarakat yang kurang sadar dalam hal kehidupan bermasyarakat. Diskriminasi yang dirasakan penyandang disabilitas meliputi beberapa permasalahan, seperti contohnya masalah sosial dan masalah pendidikan. Stigma negatif mengenai penyandang disabilitas bahkan bukan hanya muncul dari lingkungan didup sekitarnya saja, malah terkadang juga datang dari keluarga.

Pada masalah sosial, penyandang disabilitas sulit mendapatkan penerimaan di lingkungan sosialnya. Hal itu terjadi akibat kurangnya kesadaran masyarakat terhadap hak-hak disabilitas yang mempunyai kesamaan hak dengan masyarakat umum lainnya.

Sebenarnya secara moral dan etika, banyak diantara kita sudah memiliki rasa empati kepada penyandang disabilitas, tapi ada contoh empati yang justru membuat mereka merasa seperti  terpinggirkan. Dalam melakukan suatu hal di lingkungan sosial kita seperti gotong-royong ataupun suatu perkumpulan, kita pasti lebih sering meminta penyandang disabilitas untuk tidak ikut campur dengan alasan empati. Seharusnya biarkan saja mereka berbaur dengan kita, ajaklah mereka menjadi bagian dari kegiatan tersebut sesuai dengan kemampuannya. Hal tersebut mungkin lebih baik dilakukan, karena secara tidak langsung mereka akan dianggap lebih berguna di lingkungan sosial mereka.

Pandangan lain yang bisa dirasakan secara tidak langsung bahwa penyandang disabilitas tidak mendapat ruang terbuka adalah pada masalah pendidikan. Dalam hal pendidikan, penyandang disabilitas terpaksa dikotakan dalam sekolah khusus bahkan tempat rehabilitasi. Hal itu membuat keterbatasan sosial penyandang disabilitas untuk berinteraksi dengan anak normal. Lantas karena kondisi tertutup itulah, anak normal menjadi asing dan menganggap penyandang disabilitas sebagai individu yang aneh.

Akibatnya, stigma tersebut bisa melahirkan rasa diskriminatif dalam mental mereka seperti mendapatkan bullying. penyandang disabilitas dianggap tidak mampu melakukan apapun tanpa mendapatkan bantuan. Padahal, banyak bakat dari penyandang disabilitas yang lebih memiliki kemampuan khusus yang tak kalah dengan anak normal lainnya.

Untuk mewujudkan rasa aman untuk penyandang disabilitas dan upaya melawan diskriminasinya, masyarakat sebagai civil society harus mengangkat prinsip semangat toleransi baik dalam ruang individu maupun dalam lingkup komunitas/kelompok. Masyarakat yang memiliki toleransi tinggi akan menghasilkan kesadaran terhadap stigma dan diskriminasi yang dikaitkan dengan penyandang disabilitas. Toleransi tersebut akan menimbulkan rasa persaudaraan yang akan melahirkan timbulnya rasa kasih sayang dan kebersamaan.

Pemerintah harus tetap dan terus berkomitmen untuk melindungi hak-hak penyandang disabilitas sebagai bentuk pemenuhan terhadap hak asasi manusia bagi mereka. Dengan meningkatkan standar hidup penyandang disabilitas, maka akan mudah bagi negara ini untuk menjadi Negara  Inklusi dan Ramah Disabilitas.

Dalam hal pendidikan, saat ini telah banyak program kelas inklusi yang dijalankan oleh sekolah umum atau sekolah reguler. Hal ini menjadi sangat penting, karena dengan hal itu bisa menjadikan sistem pendidikan di sekolah umum menjadi Sekolah Ramah Anak sebagai prinsip yang mengembangkan konsep Education for All (Pendidikan untuk Semua). Diharapkan dengan banyaknya sekolah umum yang menyedikan kelas inklusi akan menjadi penghancur tembok pembatas yang telah memisahkan anak disabilitas dan anak normal lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun