Mohon tunggu...
Ahmad Dzaky R.G
Ahmad Dzaky R.G Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY

jangan melihat siapa yang menulis, tapi lihatlah isi tulisannya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dinamika Representasi Gender dalam Media Massa

8 Januari 2024   11:13 Diperbarui: 8 Januari 2024   11:45 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Era globalisasi serta pesatnya perkembangan teknologi informasi, media massa memiliki peran yang begitu penting dalam membentuk sebuah pandangan serta sikap Masyarakat terhadap berbagai macam isu, salah satunya adaalah isu kesetaraan gender. Budaya patriarkhi yang berkembang dalam Masyarakat belum juga mengakui setiap masyarakat yang berjenis kelamin laki laki serta Perempuan memiliki kewajiban dan hak yang sama. budaya yang telah tertanam sejak kecil serta lingkungan keluarga yang memiliki pengaruh besar terhadap membentuk perilaku serta tumbuh kembang. Hal inilah yang tentunya membuat serta memunculkan ketimpangan gender atau ketidak adilan terhadap jenis kelamin tertentu. Selain itu media massa juga berperan besar dalam mengubah cara pandang atau persepsi. Pesan yang disampaikan media massa mendorong penyebarluasan nilai-nilai sosial yang di yakini oleh masyrakat. Pesan yang di sampaikan dalam sebuah media massa salah satunya yaitu adalah iklan sebagai contohnya dalam iklan tersebut kita melihat seorang model wanita dalam iklan pembersih baju sebagai ibu rumah tangga sebagai penonton iklan pasti kita akan membayangkan dia menyipkan pakaian suaminya untuk ruang publik. Sebagai penonton iklan tersebut kita dapat menerima sebuah pesan bahwa Perempuan itu hanya tinggal dirumah saja serta menggunakan penghasilan suami untuk rumah tangga. Ini tentunya bisa memberikan banyak dampak negatif pada hubungan interpersonal, Masyarakat menjadi berpanadangan bahwa laki laki serta Perempuan memiliki peran serta hak yang tak seimbang. Jika di dalam sebauh iklan menunjukkan hubungan yang seimbang akan menciptakan persepsi yang begitu positif dalam pemahaman dan interaksi antar gender

Di dalam media massa khusunya iklan Perempuan telah menjadi bagian serta berperan untuk menarik khalayak dengan daya tarik fisik dibandingkan maskulinitas nilai sebuah prouduk. Sebuah produk harusnya memiliki fungsi yang umum bergeser menjadi sebuah konsep gender, feminitas serta maskulinitas. Hal ini menjadi arena untuk membuat komoditi atau sebuah produk memiliki nilai (Sari, 2020). Adanya ketimpangan gender atau bias gender terjadi karena adanya subordinasi, marginalisasi serta stereotipe kekerasan terhadap Perempuan serta beban  kerja ganda di Masyarakat ( Fakih, 2001). Keadilan gender saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain, ketika muncul sebuah anggapan bahwa peran yang di lakukan oleh satu jenis kelamin lebih baik dari yang lain. Misalnya laki laki lebih pantas untuk menjadi pemimpin ketimbang Perempuan. Selain itu adanya marjinalisasi misalnya ada seorang anak Perempuan di arahkan untuk sekolah agar menjadi guru, serta perawat. Hal ini yang terkadang memunculkan anggapan bahwa pekerjaan pekerjaan tersebut dinilai lebih rendah di bandingkan pekerjaan lain yang bersifat maskulin. Perempuan juga di hadapkan dengan beban ganda yaitu pekerjaan yang di terima salah satu jenis kelamin lebih besar di bandingkan jenis kelamin lainnya, misalnya seorang ibu rumah tangga bekerja di sebuah sektor publik ia juga harus memikul beban pekerjaan lain seperti pekerjaan rumah tangga sehingga pekerjaan itu menjadi bertembah. Kondisi ini terjadi karena laki laki tidak menganggap pekerjaan rumah tangga juga harus di kerjakan oleh laki laki. Gender dalam media massa seringkali tidak seimbang dengan stereotip gender yang masih dominan. Tentunya hal ini bisa memberikan dampak yang begitu negatif terutama pada kesetaraan gender di Masyarakat. Menurut penelitian yang di lakukan oleh Kartika (2019), representasi gender yang tidak seimbang dalam media massa dapat mempengaruhi pembaca apatis terhadap isu kesertaraan gender. Selain itu media massa terlebih iklan yang begitu menggambarkan laki laki sebagai pemimpin yang dominan serta Perempuan sebagai pendukung atau objek dapat memperkuat norma -- norma patriarkhi yang memandang laki laki sebagai superior. Tentunya hal ini bisa meciptakan lingkungan sosial dimana Perempuan mendapatkan kesulitan dalam kehidupan terlebih pada sektor pekerjaan serta mengalami kesulitan untuk diterima sebagai pemimpin dalam sebauh pekerjaan, sebagai dampak lanjutan, kurangnya kesetaraan gende ini juga dapat menimbulkan stereotip gender dalam budaya popular karena naratif naratif yang di bangun oleh media massa terlebih iklan dapat menciptakan citra yang dapat mengurangi kompleksitas dan keberagaman gender.

Berdasarkan data yang di keluarkan UNDP serta dipublikasi oleh BPS pada tahun 2019 Indeks Ketimpangan Gender, posisi Indonesia ada di posisi tertas di Asean yakni 0,48 yang artinya capaian Pembangunan gender di Indonesia belum optimal (Dihni, 2021). Dari data di atas media massa di Indonesia menunjukkan bahwa representasi gender masih cenderung tidak seimbang yang berati perkembangan persamaan gender di Indonesia masih terbilang cukup rendah. Adanya faktor kebudayaan, agama serta konstrusi sosial itu sendiri membuat persamaan gender tersebut menjadi masi rendah. Di Masyarakat dalam lingkup suku perempuan atau laki laki masih dalam pembagian peran peran tertentu berdasarkan budaya mereka masing -- masing. Menjadi suatu hal yang sangat di sayangkan karena seperti yang kita ketahui di Indonesia perkembangan media masaa seperti tv, iklan, radio serta surat kabar sangat begitu cepat. Namun sayang hal ini berbanding terbalik dengan pemahaman Masyarakat mengenai persamaan gender. Disini wanita sering di gambarkan dalam sebuah peran yang pasif, objektif, sementara pria/laki-laki seringkali di gambarkan dalam sebuah peran yang dominan serta kuat. Tentunya ini sangatlah berdampak karena tidak adanya keseimbangan yang terlihat dalam persepsi serta sikap masyarakat terhadap kesetaraan gender. Penelitian yang di lakukan oleh Nurhayati (2020) menemukan bahwa media massa memiliki peranan yang penting dalam memberikan motivasi untuk kampanye kesetaraan gender. Oleh karena itu disini media massa berperan begitu besar dalam memperhatikan reprsentasi gender dalam kontennya agar dapat mendorong serta mempromosikan kesetaraan gender. Karena media massa memiliki pontensi besar sebgai agen  perubahan sosial dalam mempromosikan atau mengampanyekan kesetaraan gender.

Untuk memperjuangkan kesetaraan gender, media perlu di ajak serta di libatkan dalam pelatihan atau pentingnya kesadaran gender dalam sebuah media massa. Dengan demikian mereka dapat menciptkan sebuah konten yang lebih inklusif serta mendorong pembaca untuk terlibat dalam kesetaraan gender. Selain itu, penerapan kebijakan redaksi juga menjadi langkah penting dalam memastikan gender yang seimbang dalam sebuah konten media massa.

Disini peran media begitu besar dalam memberikan pengaruh kepada Masyarakat dalam mempromosikan kesetaraan gender. Dengan memperhatikan kesetaraan gender di dalam kontennya, media massa bisa menjadi agen perubahan yang efektif dalam memperjuangkan kesetaraan gender. Kita sebagai pembaca juga bisa menjadi aktif dalam memilih, mendukung serta ikut mempromosikan konten yang mendukung representasi yang adil dan tidak diskriminatif. Jika menemukan konten yang memunculkan stereotip kita bisa memberikan masukan positif, selain itu mendukung kampanye atau Gerakan yang mendorong kesetaraan gender.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun