Mohon tunggu...
Ahmad Dendy Heriyawan
Ahmad Dendy Heriyawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PGSD UPR 2021

Mahasiswa PGSD UPR 2021 yang hobby menulis, bisnis jamur tiram dan mengedit video.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Peluang Usaha Jamur Tiram di Kalimantan Tengah

17 September 2024   23:17 Diperbarui: 17 September 2024   23:25 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1 Ahmad Dendy Heriyawan Mahasiswa PGSD UPR Semester 7 & Petani Jamur Tiram Di Kalimatan Tengah.

Jamur tiram adalah salah satu jamur bisa dikonsumsi oleh orang sebagai sayuran alami yang rendah lemak. Jamur tiram juga merupakan jamur yang bisa dan mudah dibudidayakan di indonesia. Umumnya di indonesia petani jamur membudidayakannya menggunakan media serbuk kayu.

Jamur tiram sebenarnya memiliki banyak jenis yang semuanya memiliki persamaan pada media yang digunakan, tetapi berbeda pada bibit jamur tiram yang digunakan oleh petani jamur.

Jenis Jamur tiram yang biasanya dibudidayakan diindonesia itu meliputi Jamur tiram putih, jamur tiram coklat, jamur tiram merah/pink, jamur tiram kuning. Namun dari sekian banyak jenis jamur tiram, biasanya yang familiar dibudidayakan yaitu jenis jamur tiram putih, karena jenis jamur ini memiliki tekstur yang tidak keras dan enak jika diolah berbagai jenis makanan.

Potensi jamur tiram sendiri di indonesia cukup luas dan sangat menjanjikan terutama di daerah kalimantan tengah yang memang prosfek untuk usaha budidaya jamur tiram ini masih luas. Permintaan jamur tiram di kalimantan tengah juga semakin meningkat terutama di kota-kota besar seperti palangka raya, sampit, pangkalan bun, muara teweh, dan buntok.

Daerah-daerah tersebut terkenal karena harga penjualan jamur tiram yang sangat melonjak tinggi pada kisaran Rp.30.000-Rp.50.000/KG dari petani jamur tiram. Sedangkan untuk harga eceran jamur tiram itu bisa tembus di harga Rp.60.000/KG.

Sehingga dari sini peluang jamur tiram di daerah kalimantan tengah itu masih menjanjikan, karena antara permintaan dan pasokan jamur yang di produksi tidak seimbang yang mengakibatkan melambungnya harga jamur tiram yang ada di kalimantan tengah.

Namun, jika hanya melihat dari harga kita belum bisa memastikan apakah usaha jamur tiram di daerah kalimantan tengah ini cukup menjanjikan atau sangat-sangat menjanjikan. Oleh karena itu kita harus menganalisis peluang jamur tiram melalui modal awal yang diperlukan dan omzet penjualan yang didapatkan.

Untuk itu kita bisa menganalisis modal awal yang diperlukan untuk membuka usaha jamur tiram di daerah kalimantan tengah itu kisaran Rp.10.000.000-Rp.15.000.000 dengan jumlah baglog 2000, sehingga menghasilkan jamur tiram perhari kisaran 5-8 KG dan harga jual kisaran Rp.30.000-Rp.50.000. Tetapi kita hanya memerlukan panen terendah harian dan harga termurah dari penjualan perkg jamur tiram di kalimantan tengah. Jadi, anggaplah perhari kita menghasilkan 5 KG dengan harga penjualan Rp.30.000,-. Sehingga rumus hitungannya :

Jumlah Panen Terendah (5 KG) X Harga Penjualan Terendah (Rp.30.000)= Rp.150.000/Hari

Berdasarkan hitungan di atas omzet perbulan rata-rata Rp.4.500.000-Rp.5.000.000. Jika dihitung-hitung laba bersih yang  dikurang modal pembuatan maka didapatkan kisaran Rp.2.500.000-Rp.3.500.000/Bulan. Ini hanya termasuk modal pembuatan baglog atau media tumbuh jamur tiram saja, untuk modal keseluruhan baik modal alat-alat dan kumbung jamur itu akan dihitung 10% dari omzet perbulan sebagai biaya penyusutan alat/aset tetap.

Berdasarkan analisis usaha di atas secara umum usaha budidaya jamur tiram di daerah kalimantan tengah itu cukup menjanjikan dan jika dikembangkan dengan skala besar, maka dapat mencukupi permintaan pasar akan jamur tiram yang semakin hari semakin meningkat.

Hanya saja didalam usaha budidaya jamur tiram sendiri bukanlah hal yang mudah dilakukan, tentunya ada tantangan dan hambatan di dalam menjalankannya. Oleh karena itu, seorang petani jamur harus kreatif dan inovatif dalam mengatasi hal tersebut. Tentunya harus sering melakukan riset serta belajar dari petani jamur di daerah lain untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tetapi kita harus semangat dan harus terus belajar supaya kita bisa mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan yang kita harapkan.

Mungkin sekian analisis usaha yang dapat saya paparkan, kurang dan lebihnya saya mohon maaf dan tunggu artikel dari saya di lain kesempatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun