Sampai tanggal 2 November 2020, jumlah kasus Corona di Indonesia mencapai 418.375 dengan jumlah kematian mencapai 14.146. Belum ada tanda-tanda penurunan infeksi harian dan virus sudah menyebar kemana-mana. Hal ini yang dikhawatirkan Indonesia bisa seperti Amerika Serikat dimana terdapat 9.692.528 orang terpapar Corona dan 238.641 orang meninggal dunia. Mengapa demikian?
Ada alasan yang mendukung. Alasan tersebut adalah pemerintah terkesan tidak mengangani pandemi dengan serius dan lebih mengutamakan pemulihan ekonomi dibandingkan kesehatan.
Bukti yang mendukung adalah pemerintah memberikan cuti bersama seperti pada Maulid Nabi Muhammad tanggal 28-30 Oktober 2020 yang membuat kasus Corona berpotensi melonjak karena mobilitas penduduk tinggi dan kerumunan terjadi dimana-mana seperti yang terjadi di Amerika Serikat, Spanyol, dan Prancis serta membuat kebijakan tidak berbasis sains seperti kebijakan adaptasi kebiasaan baru di saat kasus Corona melonjak dan belum memenuhi standar yang ditetapkan WHO, penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru tidak sesuai yang ada di lapangan, serta terlalu membanggakan presentase kesembuhan tanpa memperhatikan positivity rate dan infeksi harian sehingga membuat masyarakat abai protokol kesehatan.
Selain itu, kedisiplinan masyarakat Indonesia dalam menjalankan protokol kesehatan masih rendah. Mengutip dari detikhealth, menunjukkan bahwa ada 17 persen warga negara kita yang merasa tidak mungkin terpapar COVID-19 atau setara dengan 44,9 juta orang. Itu berarti, presentase masyarakat yang abai terhadap protokol kesehatan masih cukup tinggi sehingga penularan semakin meluas.
Tidak hanya itu, positivity rate Indonesia juga tinggi. Mengutip dari https://ourworldindata.org/grapher/covid-19-positive-rate-bar, jumlah positivity rate Indonesia sebesar 14,10% jauh lebih tinggi daripada Amerika Serikat sebesar 6,00% dan standar WHO sebesar 5%. Itu berarti jika tes Indonesia bisa sebanyak Amerika Serikat (150.849.009 tes) maka kemungkinan jumlah orang yang terpapar Corona di Indonesia sebanyak 21.269.710 (jauh lebih tinggi dari laporan resmi).
Ini kemungkinan bisa terjadi mengingat jumlah tes di Indonesia sangat rendah sehingga banyak kasus yang belum terdeteksi yaitu hanya 16.639/1 juta penduduk jauh lebih rendah dibandingkan Amerika Serikat sebesar 454.818/1 juta penduduk sehingga sebenarnya Indonesia sudah seperti Amerika Serikat bahkan bisa menggantikan Amerika Serikat menjadi negara dengan jumlah penderita COVID-19 terbanyak di dunia.
Hal ini didukung karena jumlah penduduk kedua negara tersebut sama-sama terpadat di dunia. Jumlah penduduk Indonesia berada di peringkat 4 sebanyak 268.074.600 orang dan Amerika Serikat berada di peringkat 3 sebanyak 334.431.000 orang berdasarkan Wikipedia.
Lalu langkah apa yang harus dilakukan agar Indonesia tidak menjadi Amerika Serikat berikutnya. Langkah tersebut adalah.
Pertama, membentuk karakter leadership baik karena karakter tersebut menentukan keberhasilan atau tidaknya dalam mengendalikan Corona. Negara seperti Selandia Baru, Taiwan, Australia, Vietnam, Singapura, dan Korea Selatan berhasil mengendalikannya  karena mempunyai pemimpin dengan karakter leadership yang baik.
Kedua, membuat kebijakan berbasis sains dan data serta transparan dan akurat karena keberhasilan dalam mengendalikan Corona dan kedisiplinan masyarakat dalam menaati protokol Kesehatan tergantung kebijakan tersebut.