DI SEBUAHÂ kantor pemerintahan yang penuh kesibukan, hadir seorang staf baru bernama Dita. Wanita muda dengan senyum yang memikat dan sikap profesional ini membawa angin segar bagi seluruh pegawai di sana, termasuk Pak Rafi, kepala OPD yang terpandang. Pak Rafi, pria berusia 50 tahun dengan karisma kuat dan reputasi sebagai pemimpin tegas, sebenarnya memiliki kehidupan yang stabil. Ia sudah menikah, memiliki anak, dan memiliki perjalanan karier yang tak tergoyahkan.
Namun, kehadiran Dita mengusik ketenangan batinnya. Awalnya, Pak Rafi hanya menganggap Dita sebagai bawahan baru yang cakap dan penuh semangat. Dita tak hanya cekatan, tetapi juga selalu ramah kepada siapa pun. Ia mudah bergaul, namun tetap menjaga batas profesional. Hal ini membuat Pak Rafi semakin terpesona, bahkan secara diam-diam berharap bisa berinteraksi lebih banyak dengannya.
Seiring waktu, perhatian Pak Rafi pada Dita semakin besar. Setiap hari, ia mencari alasan untuk berbicara dengannya, bahkan hal-hal kecil sekalipun. Jika dulu ia dikenal sebagai sosok yang kaku dan sulit dijangkau, kini ia lebih sering terlihat tersenyum dan santai ketika berada di sekitar Dita. Para staf mulai menyadari perubahan itu, beberapa dari mereka berbisik-bisik, curiga ada sesuatu yang tak biasa di antara Pak Rafi dan Dita.
Pada suatu hari, kantor mengadakan acara makan siang bersama di luar untuk merayakan kesuksesan sebuah proyek. Dita dan Pak Rafi kebetulan duduk bersebelahan. Percakapan di antara mereka terasa akrab dan penuh tawa, seolah-olah mereka telah saling mengenal lama. Meskipun suasana tersebut tidak disadari oleh mereka, para kolega di sekitar mulai memperhatikan kedekatan keduanya.
Seusai acara makan siang, Pak Rafi menawarkan untuk mengantar Dita pulang, dan Dita dengan senang hati menerimanya. Di dalam perjalanan, mereka berbicara lebih banyak, membahas kehidupan, mimpi, dan bahkan masalah-masalah pribadi yang sebelumnya tak pernah mereka ungkapkan kepada siapa pun. Perbincangan itu begitu mendalam hingga akhirnya, tanpa mereka sadari, mereka terjebak dalam suatu perasaan yang tidak seharusnya ada.
Sejak hari itu, hubungan mereka semakin intens. Mereka mulai sering bertukar pesan di luar jam kerja, bahkan bertemu di tempat-tempat yang jauh dari kantor. Pertemuan mereka semakin intim, dan perasaan di antara mereka tumbuh tanpa terkendali. Meski tahu ini salah, baik Dita maupun Pak Rafi tak mampu melepaskan diri dari ikatan yang semakin menguat.
Pada suatu malam, ketika keduanya bertemu di sebuah kafe sepi, Dita tak bisa menyembunyikan kegelisahannya.Â
"Pak, saya merasa kita sudah terlalu jauh... hubungan ini... tidak benar," bisik Dita dengan nada suara bergetar.
Pak Rafi menatapnya dengan tatapan sayu, namun ada kehangatan di matanya.Â
"Aku tahu, Dita. Tapi aku juga tidak bisa menyangkal perasaanku. Saat bersamamu, aku merasa hidup kembali... aku menemukan sesuatu yang selama ini hilang dalam hidupku."