Mohon tunggu...
Ahmad Budi Prasetyo
Ahmad Budi Prasetyo Mohon Tunggu... -

Blogger, Suami & Ayah, Pemerhati Sosial Keislaman, Silakan kunjungi blog saya lukmanabdillah.com atau Invite BBM saya \r\n7e7d7f6f

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Catatan Politik Tentang ISIS

24 Maret 2015   00:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:11 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Isu ISIS kembali mencuat beberapa pekan terakhir ini, setelah beberapa Media menghiasi Halaman depannya berturut-turut membahas mengenai berita sejumlah 16 WNI  yang "diduga" bergabung bersama ISIS. kehebohan berita ISIS semakin menguatkan "kecurigaan" sebagian masyarakat yang menengarai bahwa penggiringan Opini media Massa terhadap berita ISIS ini hanyalah pengalihan Isu dan seterusnya.

Terlepas dari berbagai macam Isu yang berkembang saat ini, perlu kiranya kita menilik lebih dalam terkait siapa sebenarnya ISIS yang beberapa tahun ini namanya menuat ke permukaan. Tulisan ini sekedar memberikan catatan-catatan politik tentang sepak terjang ISIS selama ini dalam konstelasi politik Dunia.


  • Secara dejure, sebenarnya ISIS sudah bubar, mereka kemudian menamakan diri IS (Islamic State) atau Daulah Islam atau Khilafah. Hal itu mereka deklarasikan pada 1 Ramadhan tahun lalu.


  • ISIS boleh dikatakan sebagai adik kandungnya al-Qaidah. Bedanya, kalau al-Qaidah melakukan sistem waralaba secara sporadis, ISIS tampak lebih sistematis dan punya fokus penguasaan wilayah. ISIS juga mengobarkan konflik sektarian Sunni-Syiah sehingga petinggi al-Qaidah, Ayman al-Zawahiri-pun keberatan dengan langkah-langkah yang ditempuh ISIS dan cikal-bakalnya, al-Qaidah di Irak (AQI) yang dipimpin Abu Musab al-Zarqawi.


  • Hari ini IS versi ISIS sudah menjadi sebuah kekuatan politik yang cukup diperhitungkan. Sampai hari ini (20/3) mereka telah menguasai teritorial yang lebih panjang dan lebih lebar dari Inggris Raya, atau kurang lebih separuh Irak ditambah sepertiga Suriah. Jumlah penduduk yang bermukin/terkepung di wilayah-wilayahyang dikuasai IS saat ini tak kurang dari 6 juta jiwa, bahkan BBC menaksirnya sekitar 8 juta jiwa. Mereka pun mengklaim telah mempunyai struktur pemerintahan yang bahkan dipimpin oleh seorang Khalifah. Bahkan dianggap sebagai organisasi militan terkaya di dunia saat ini. Penguasaan mereka atas kilang-kilang dan tempat penyulingan minyak dan gas di Raqqa maupun Deir Ezzour di sebelah timur Suriah, setidaknya telah memberi pemasukan tak kurang dari 2 juta dolar Amerika per hari. Lewat penaklukan atas kota Mosul dan penguasaan Bank Sentral Irak, mereka berhasil membawa sekitar setengah miliar dolar Amerika. Ini belum lagi pendapatan dari harta pampasan perang, bisnis keamaanan, dll. Dari sisi persenjataan, IS berhasil mengambil-alih penampungan senjata tentara Irak, terutama tatkala menguasai Mosul. Aksi simbolis mereka dalam menghancurkan garis batas negara bangsa yang tertuang dalam Kesepakatan Sykes-Picot (1913) pada Juni 2014 lalu menunjukkan bahwa mereka punya tekad untuk mengubah peta Timur Tengah. Aksi membakar pilot Yordania hidup-hidup yang disiarkan pada awal Februari 2015 lalu dapat juga dibaca sebagai upaya mereka untuk memprovokasi Yordania agar terlibat dalam kancah peperangan.

  • ISIS buatan siapa? Saya ragu kalau ISIS adalah buatan tangan Amerika atau Israel. Tidak ada bukti kuat ke arah sana. Adanya pemberitaan bahwa mereka buatan AS dan Zionis, bagi saya terlalu vulgar. Politik yg cantik itu tidak sevulgar itu. Awal mulanya adalah konflik sektarian. Yang lebih mendekati adalah mereka lahir dan tumbuh karena adanya "tanah subur", "benih yang disemai", dan "pupuk organik" yg menumbuhkan, lalu AS -termasuk Israel- dan Barat mengikuti irama permainan itu dan mengelolanya secara apik. Siapa yang diuntungkan? AS dan Barat. Siapa yang dirugikan? Jelas negara-negara di Timteng. Istilah saya ISIS telah menjadi serve of purpose (pelayanan kepentingan) bagi AS dan Barat. Fenomena ISIS merupakan adonan dari banyak faktor. Secara ringkas, ISIS adalah aktor yang terbuat dari banyak bahan-bahan:


  1. Kekacauan pasca invasi Amerika di Irak (2003-2011),
  2. Kegagalan negara bangsa,
  3. Arus balik Musim Semi Arab,
  4. “Perang Dingin” aktor-aktor penting di kawasan Timur Tengah.

Deskripsinya, blunder-blunder kebijakan Amerika maupun pemerintahan Irak berdampak jauh sampai ke eksistensi Irak sendiri sebagai sebuah negara. Kebijakan de-Baathifikasi birokrasi dan pembubaran tentara Irak dalam jumlah yang massif telah membuat Irak pasca-Saddam kehilangan kemampuan untuk menjalankan fungsi pemerintahan dan mengembalikan stabilitas. Hal itulah yg membuat perlawanan dari Jamaat Tauhid wal Jihad (di bawah pimpinan Abu Mus’ab al-Zarqawi yang nantinya akan menjelma sebagai pemimpin al-Qaidah di Irak) maupun milisi Syiah seperti Tentara al-Mahdi (dibawah pimpinan Muqtada al-Sadr, 2003). Kelompok-kelompok ini berkembang dan tak mampu dikontrol Pemerintahan Pusat. Disinilah titik empuk penetrasi intelijen asing bermain dengan ciamik. Adapun rahasia kenapa ISIS begitu kuat dan tampak cakap sekali menjalankan taktik dan strategi perang, karena mereka bukan hanya terdiri dari kaum pejuang mancanegara (foreign fighters), tapi juga meliputi banyak unsur: salafi-jihadi lokal maupun mancanegara, pasukan sakit hati eks-rezim Baats dan Sunni, serta kepala-kepala suku lokal yang gampang berganti patron kepada pihak yang terkuat.


  • Perkembangan ISIS juga tak bisa dilepaskan dari Musim Semi Arab, terutama di Suriah. Penguasaan mujahidin di Suriah untuk menggulingkan Bashar Assad dan menegakkan khilafah, menuntut adanya pemain baru yg ikut bermain. AS tidak ingin apa yang ada di Suriah di luar kontrolnya. Bukti campur tangan AS adalah Mesir kembali ke sistem otoriter, Yaman dan Libya tak jua kunjung stabil, dan Suriah menjadi kancah perang tak langsung antara semua aktor-aktor penting kawasan. Arab spring di Timur Tengah tampaknya sedang menenggak racun mematikan dalam bentuk ancaman sektarianisme. Timteng benar-benar menjadi medan pertempuran kelompok kepentingan. Elclasico Saudi vs Iran, adalah perang dingin yg terus dikelola oleh Barat. Tak ketinggalan juga Turki di dalamnya.


  • Opini tentang mendekatnya perang akhir zaman (armageddon) juga ikut meramaikan konstelasi Timteng. Hadis tentang ini sangat populer, diriwayatkan oleh Abi Hurairah. Ia menyatakan bahwa “kiamat tak akan terjadi sampai tentara Romawi singgah di Amaq atau Dabiq. Mereka lalu diserbu oleh bala tentara dari Madinah yang merupakan penduduk dunia terbaik di kala itu.”


  • Dari sekian banyak keganjilan IS ini adalah keberhasilan IS tatkala 1.300 orang pasukan mereka membuat 60.000 pasukan Irak di Mosul membalik badan dan melarikan diri ke daerah-daerah Kurdi seperti Erbil. Banyak indikasi bahwa memang faktanya tidak terjadi perang, tetapi ada titah dari sang maestro agar pasukan Irak balik badan. Beberapa langkah IS sangat menguntungkan bagi Barat terutama dilihat dari 3 langkah operasinya. Pertama adalah fase nikayah wal inhak. Fase ini adalah periode di mana mereka terus-terus mengganggu, membuat jengkel (nikayah), dan menguras energi musuh-musuh mereka (inhak). Fase kedua adalah fase idarat tawahhusy (Menggoreng atau Mengelola Kebiadaban). Di fase ini, IS menunjukkan segala cara dan sumber daya untuk menghancurkan musuh-musuhnya, terutama tatkala moral merekasedang lemah. Fase menegakkah khilafah yang jinak bagi Barat. Tiga fase kritis perjuangan IS ini mirip dengan 3 fase perang gerilya dari buku klasik Mao Zedong, On Guerrilla Warfare. Kedepannya, sangat mungkin akan dibuat ISIS-ISIS baru utk kepentingan mereka pemilik "tangan ghaib", jika ISIS yg ada sekarang tidak efektif. Jadi memang faktanya ini politik pecah belah Timteng oleh Barat dgn pemicu utamanya adalah konflik sektarian untuk kasus Irak


  • Opini tentang IS dikelola agar tetap menjadi monster yang kuat. Eskalasinya bahkan terus membesar hingga ke mancanegara. Untuk konteks Indonesia, efeknya sangat terasa. Pihak yang mencoba memancing di air keruh mulai bersemangat untuk memberikan stigma yg buruk terhadap ide khilafah, umpan untuk proyek war on teror, dan AS tetap sebagai polisi dunia serta sebagai hakim garis yg memutuskan siapa yg off side dan harus dihukum. Umpan dalam perang melawan teror yg dimaksud adalah ikhtiar untuk memasukan orang dalam jerat terorisme (infiltrasi, radikalisasi, aksi dan stigmatisasi). Kapan "dipanennya"? Tentu saja tergantung order para donatur. Di dalam negeri, isu ini terus dikelola selain untuk mencitraburukan Islam dan Khilafah juga untuk pengalihan isu. Pengalihan isu itu penting dalam manajemen opini publik guna konsolidasi ke dalam, konsolidasi pemerintahan yang sudah rapuh. Media pelacur mulai dimainkan tentu dengan dukungan dana yang tidak sedikit. Opini gabungnya WNI ke ISIS hanya satu dari sekian banyak racikan bumbu yang disiapkan. Langkah-langkah dan pendekatan TW terhadap forum pemred patut dicurigai.


Tindakan politik itu bukan apa yang mereka katakan tetapi apa yang mereka lakukan. Itu kaidah yang sudah mu'tabar.

Wallahu A'lam Bis-Shawaab []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun