Mohon tunggu...
Ahmad Benny
Ahmad Benny Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru dan Pujangga bebas

Single, pujangga bebas, penikmat kopi, dan penggemar sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki yang Menerka Bisik

11 April 2018   14:42 Diperbarui: 11 April 2018   23:50 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku harus menikah, bisikan umur yang semakin menua mahasiswa semester tua. Dengan petilasan sederhana terpajang di dalam kamar. Seorang lelaki muda dalam sebuah lamunan di pojok kamar sembari menatap foto yang telah usang. 

Terpampang  sebuah foto keluarga sederhana yang tercerai-berai oleh suasana dan berada di tempat yang berbeda. Kau sungguh paham maksudku, bisikan yang terdengar seolah nyata. 

Coba kau tengok saja keluar, sungguh kau hanya meratap tanpa alasan yang jelas. Tengoklah keindahan bunga-bunga yang bermekaran di luaran sana, sadarkah kau?. Sebuah makna yang kau cari tapi kau hanya mampu meratap namun enggan berusaha. Inikah tujuan mu, memenuhi nafsu bahwa kau harus menikah?

Tak terbersitkah oleh mu, ketika beriringan bisikan yang entah darimana kau terima adalah naungan nafsu mu saja? Yang sekedar kau lihat adalah ketika sekitarmu mulai meninggalkanmu hanya itu saja. Menikah saja yang kau pikirkan, bisikan umurmu yang seolah menjadi patokan dan harus terlaksana. Kau hanya memikirkan dirimu saja dan menikah adalah kata kuncinya.

Setan-setan berwarna memuja keindahan sang manusia lalai, dan bagaimana kau mengharap bahwa meratap adalah jalan keluar? Butuh usaha untuk sekedar memu

ja, bangunlah dari tidur yang berkepanjangan bahwa kau adalah salah.

Bukankah kau percaya bahwa revolusi terbaik dimulai saat kau baru bangun dari mimpi panjangmu, dan rejeki terbaik adalah ketika kau mampu untuk mengendalikan nafsu binatangmu. Kalimat yang entah darimana kau dapatkan tapi sangat kau yakini seolah sirna dalam derai bisikan umurmu.

Tok.tok.tok... pintu kamar itu diketuk, ternyata oleh si empunya kos yang hendak menagih iuran bulanan. Sejenak pikirannya tentang menikah buyar sudah bak air dalam gelas yang tumpah ruah bececer bermuncratan ke segala arah. 

Mas, sudah waktunya bayar kos... iya bu, jawab lelaki muda itu seadanya sambil merogoh isi dompet. Ini bu uangnya, saya tak terlambat bukan? Sahutnya kepada si empunya kos. Sungguh tidak mas, sergahnya dengan senyuman dan lalu pergi meninggalkan pria muda tersebut dengan catatan kwitansi pembayaran kos.

Jam sudah menunjukan pukul 12 siang, rupanya ketukan pintu dari si empunya kos, telah menggugah selera berpikir lelaki tersebut. Jalan keluar menuju pikiran terbuka kini terhampar luas. Lelaki muda itu  pun bergegas mandi dan melakukan Sholat dzuhur.

Byur.byur, byur,... begitulah terdengar dari balik kamar mandi suara gemuruh air yang ditumpahkan oleh lelaki muda tersebut,. Sembari menyanyi dan bergumam hmmmm..... menyanyi seolah itu adalah kamar audisi untuk Indonesian Idol.

Syhadu sekali rasanya, angin semilir menghantam badan yang basah. Lelaki muda yang kemudian berwudhu mengambil air membasuh muka hingga kaki untuk lekas menunaikan ibadah kepada Sang Pencipta.  Lega sekali menghadap Sang Pencipta, ujarnya dalam hati. Keluh kesah bisikan birahi yang Kau niscayakan kepada ku adalah cara bagaimana aku untuk selalu dekat kepada-Mu Tuhan.

Baru saja pemuda tersebut selesai menunaikan ibadahnya, seorang teman wanita menelponnya. Lelaki muda itu sebetulnya enggan sekali untuk mengangkat telepon dari teman kampusnya tersebut. Tapi sudahlah angkat saja, toh mungkin ada sesuatu yang penting, gumamnya kali ini. Kriiiing...kriiiing...kriiing, akhirnya lelaki tersebut mengangkat telepon tersebut seraya mengucap salam kepada teman wanitanya.

Lelaki muda : halo, assalamualaikum....

Wanita : ya waalaikumsalam...

Lelaki muda : ada apa nih, tumben sekali menelponku (sembari melihat kearah kaca yang sudah terkoyak oleh usia)

Wanita : oh, iya... By the way, aku langsung ke poinnya aja ya....

Lelaki muda : (kenapa sih bertele-tele, gumamnya dalam hati...) iya,... tumben banget nih

Wanita : aku mau curhat sama kamu,... boleh enggak?

Duaaarrrr, bagai disambar petir di siang bolong, celaka bagi lelaki muda tersebut,dan ia kemudian hanya terdiam.. Celaka batinnya berkata, ia belum pernah sedetail itu memikirkan atau berdekatan dengan wanita manapun bahkan untuk sekedar nongkrong bareng pun ia tak pernah, yang ia lakukan hanya bertegur sapa selayang pandang seperti tak ada apa-apa.

Wanita itu pun kembali menyahut dalam teleponnya, "halo,... kok jadi hening begini?, ada yang salah ya?"

Lelaki muda itu pun menjawab dengan tenang sambil menghembusakan nafas seraya berkata "hmmm... baiklah, namun ada apa gerangan dirimu ingin curhat kepada ku,? Aku kan orang yang biasa-biasa saja, dan jika kita bertemu hanya sebatas tegur sapa layaknya menjalin hubungan pertemanan biasa,."

"Ah, dasar memang kamu lelaki cupu", celetuknya lagi kepada lelaki tersebut. 

"Lah, kenapa jadi aku yang disalahkan olehmu?" jawab lelaki muda tersebut dengan nada penuh keheranan.

"ah, sudahlah aku sepertinya tak jadi untuk bercerita kepada mu, belum juga aku bercerita kau sudah banyak bertanya" jawab wanita itu dengan nada sedikit kesal.

Aaaarrrgh, dasar lelaki tak mempunyai kepekaan, gumamnya dalam hati,  seraya mengumpat dengan kesal.

"Yasudah sampai berjumpa dikampus esok hari, ,akan ku jelaskan apa maksud ku, wassalamualaikum...". sembari menutup teleponnya kepada lelaki muda tersebut. Lelaki muda tersebut merasa aneh, batinnya berkata ada apa dengan si wanita, apakah setiap wanita seperti ini sifatnya? Seperti jelangkung saja gumamnya.

Semula, hanya menikah saja yang ada di pikiran utamanya, tak perduli apakah akan berakhir bahagia atau tidak. Namun sejak saat itu ia sedikit merubah apa yang ada dalam pikiran utamanya, tidak lagi hanya sekedar menikah. 

Lelaki muda dengan religiuitas yang terlampau melekat pada dirinya, dan mencerminkan bahwa menikah muda adalah sebagai jalan pembuka kedamaian batin. Entah mengapa sejak saat itu, ia selalu memikirkan makna tersirat yang dikatakan oleh temannya tersebut.

Keesokan harinya di salah satu kampus tersohor di Yogyakarta tempat lelaki muda itu menimba ilmu di tanah perantauan. Lelaki muda tersebut pergi ke kantin sebagaimana lazimnya mahasiswa menunggu jam kuliah.

"Bu, pesan kopi hitamnya satu, dan jangan terlalu manis.." ujarnya kepada ibu penjaga kantin

Lelaki muda tersebut duduk di pojok kantin dengan kesendiriannya di temani oleh novel karangan Paulo Coelho. Novel yang baru saja ia beli dengan harga miring khas seorang mahasiswa.

Belum sempat ia membaca novel yang baru saja di belinya, lelaki tersebut dikejutkan oleh teman wanita yang menelponnya kemarin. "hei,.. sendirian aja, dasar cupu,..." celetuknya lagi kepada lelaki tersebut.

Masih saja dalam hatinya ia berkata, "ada apa, memangnya salah aku duduk sendiri dan haruskah aku terstigma cupu?, dasar wanita aneh." Gumamnya.

Tak lama kemudian suasana kantin mulai ramai oleh mahasiswa yang mungkin hanya sekedar nongkrong atau sambil menunggu jam kuliah.

Sampai suatu ketika, bisikan yang dahulu menghantui kembali meneror. Entah hampir di setiap saat dimanapun berada. "Menikahlah, maka kau akan bahagia" begitulah bisiknya. Lamunan demi lamunan di setiap sudut keheningan mata seorang lelaki muda yang perjaka. Sepertinya di hantui oeh bisik-bisik umur senja yang meradang- menerkam.

Berminggu-minggu kemudian lelaki muda itu lulus kuliah dengan predikat yang memuaskan, tapi bagaimana dengan wanita yang menelponnya kala itu?. Apakah wanita muda yang menelponnya sebenernya hanya ingin mengatakan hal yang lama dipendam atau hanya karena kepekaan wanita dan pria yang enggan menyatu layaknya kutub magnet yang saling bertolak. 

Lelaki muda itu pun bergumam "ada apa ini, bukan lagi bisikan tentang menikah yang kurasa, dan aku tak mengerti apa maksudnya. Apakah benar aku adalah cupu, seperti yang pernah dilontarkan oleh teman wanitanya?  Hmm... baiklah kali ini biar saja waktu yang mengungkapkannya, senja kala cerita masa muda yang masih harus ku lalui"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun