Dalam definisi manusia banyak pakar yang mencoba untuk menerjemahkan apa itu manusia. Baik dari segi Rohani, Biologis, dan antropologi Kebudayaan.Manusia berasal dari kata insan dalam bahasa arab, yang berasal dari kata nasiya yang berarti lupa dan kata dasar al-uns yang berarti jinak (Musa Asy'ari, Filsafat Islam, 1999). Kata insan di pakai untuk menyebut manusia karena sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya.Â
Manusia berbeda dengan hewan, perbedaan di temukan dari kemampuan berpikir milik manusia. Manusia diberikan kemampuan berpikir untuk dapat menemukan hakekat apa itu manusia sendiri. Manusia dapat menciptakan peradaban dengan proses berpikir yang dimilikinya.Â
Menurut Dr. Leakey (1964) tentang Teori Evolusi, Manusia itu Homo Sapiens makhkul arif yang memiliki akal budi emosional. Sedang menurut Aristoteles menyebutkan pula bahwa Manusia itu Zoon Politicon, Makhkul Sosial.
Manusia di bagi berdasarkan kelas sosial masing masing, ada yang melakukan pembagian berdasarkan pekerjaan, sosial, usia, dll. Pelajar adalah bagian kecil dari kelas sosial Manusia. Sebutan bagi Manusia yang melakukan proses belajar dan berpendidikan, tidak memandang usia, suku, agama maupun jenis kelamin. Namun realitanya ada yang membatasi Pelajar dari usia dan aktivitasnya. Maksudnya Pelajar dalam hal ini merupakan orang yang sedang menempuh pendidikan di sekolah dan dengan batas usia tertentu. Jelas ini mengurangi hakekat arti dari pelajar dan manusia itu sendiri. Padahal kalau kita menilik dari sejarah, kebangkitan pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia di mulai oleh kaum kaum terpelajar.Â
Dari Budi Oetomo menggerakan semangat kepemudaan, Tjokro dengan semangat Sosial nya, dan KH Ahmad Dahlan dengan Keagamaan Kemasyarakatanya. Mungkin kita akan masih terjajah hingga saat ini tanpa adanya kaum kaum terpelajar pada saat itu. Kaum terpelajar saat itu memiliki wawasan kedepan yang visioner.Â
Mereka menanamkan dalam diri mereka itu sendiri bahwa tugas Pelajar bukan hanya belajar duduk manis di bangku sekolah, tapi harus bermanfaat kepada orang lain. Rasa kemanusiaan mereka muncul dari proses mereka berpikir dan mengaplikasikan apa yang merkeka dapat di sekitar.
Kondisi Bangsa Indonesia saat ini bisa tercermin dari bagaimana kondisi pelajar saat ini. Generasi Post Milineal saat ini sudah menduduki posisi strategis masa terbanyak untuk Bangsa Indonesia. Kemajuan teknologi juga mempengaruhi proses berpikir para Pelajar. Seperti pisau bermata dua, bisa bernilai positif atau negatif. Ada sebagian pelajar yang menggunakan teknologi untuk menciptakan peradaban, ada juga yang hanya pose di kamera dengan gaya tik tok nya.
Pelajar Indonesia
Pelajar Indonesia mempunyai kewajiban untuk merawat Peradaban yang telah di bangun oleh pendahulunya. Dari proses berfikir pelajar hingga terwujudnya agenda praksis yang bisa di lakukan. Muhammadiyah lewat IPM ( Ikatan Pelajar Muhammadiyah ) adalah bagian kecil dari ikhtiar merawat peradaban. IPM yang memiliki visi keislaman, keilmuan, kekaderan dan kemanusian.Â
Dengan hal ini IPM bisa dikatakan sebuah hembusan nafas segar bagi generasi post milineal Indonesia saat ini. Organisasi yang terdiri dari perkumpulan para Pelajar yang memiliki cita ikatan sama untuk mewujudkan masyarakat islam yang sebenar benarnya ini memiki sebuah gagasan besar yaitu Gerakan Pelajar Berkemajuan (GPB).Â
Gerakan yang di bentuk oleh kaum terpelajar muda melalui proses berfikir yang rasional dan berkeadaban. GPB memiliki 3 manifesto basis gerakan yaitu Pencerdasan, Pemberdayaan dan Pembebasan. Sebuah Gerakan yang jelas bisa di andalkan oleh Indonesia untuk membangun peradaban Manusia Post Milineal.
Ikatan Pelajar Muhammadiyah dengan semangat Al Qolam ayat 1 mencoba menerjemahkan  dengan epistem dan aksio yang releven sehingga munculah GPB dengan dasar konsep idea (ilmu). Pencerdasan adalah bagian awal yang dilakukan IPM untuk menetralisir, menyadarkan dan berfikir pelajar. IPM paham bahwa membangun Manusia mustahil tanpa adanya proses Pencerdasan.Â
Basis Pemberdayaan dilakukan untuk memberikan daya progressifitas atau aksi nyata yang dilakukan pelajar. Sikap Partisipatoris untuk membantu mendorong keterlibatan perubahan kondisi yang lebih baik sangat berperan dalam bagian ini. Pembebasan merupakan proses untuk berdikari dan merdeka. Berdikari dalam berpikir, bergerak dan berpendapat adalah kunci dari titik akhir.
Advokasi Pelajar
Dari ketiga karakteristik ini sendiri IPM sangat mampu untuk peduli akan masa depan peradaban Manusia. IPM membuktikan bahwa Pelajar yang merupakan bagian kecil strata sosial Manusia mampu menjadi Subjek untuk melakukan perubahan.
 Ada bebebera agenda praksis yang bisa di lakukan untuk mengaktuallisasikan idea IPM salah satunya adalah Advokasi. Mansour Faqih (1997) mendefinisikan advokasi sebagai usaha sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan publik secara bertahap-maju (incremental).Â
Julie Stirling mendefinisikan advokasi sebagai serangkaian tindakan yang berproses atau kampanye yang terencana/terarah untuk mempengaruhi orang lain yang hasil akhirnya adalah untuk merubah kebijakan publik. Sedangkan menurut Sheila Espine-Villaluz, advokasi diartikan sebagai aksi strategis dan terpadu yang dilakukan perorangan dan kelompok untuk memasukkan suatu masalah (isu) kedalam agenda kebijakan, mendorong para pembuat kebijakan untuk menyelesaikan masalah tersebut, dan membangun basis dukungan atas kebijakan publik yang diambil untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Advokasi bagi pelajar tidak harus dengan agenda agenda yang berkaitan dengan urusan hukum dan meja hijau. Hal hal simple dapat dilakukan oleh pelajar dalam proses advokasi menuju peradaban Manusia untuk Pembelaan Teman Sebaya. P
elajar dapat mengimplementasikannya misal dengan cara penyadaran bahaya laten Koruspi, HIV/AIDS - Narkoba, Bullying - Kekerasan, serta Pencerdasan tentang Pelajar Tangguh Bencana - Ekologi. Dengan hal ini dapat di simpulkan bahwa IPM memiliki identitas yang kuat sebagai Pelajar bagian Manusia, yang peduli akan nasib peradaban Manusia kedepan.
 IPM menjadikan Pelajar sebagai Subjek aktif untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Tidak hanya Keislaman dan Keilmuan yang di miliki namun juga rasa Kemanusiaan yang tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H