Mohon tunggu...
ahmad azzam dhiaulhaq
ahmad azzam dhiaulhaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan santri

Pengetahuan jangan cuma dipendam dalam kepala. jangan hanya jadikan ia sebagai koleksi-koleksi yang sia-sia. tulislah. tulislah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Siapa Menanam, Akan Mengetam: Tetap Berkarya di Padatnya Kesibukan

3 Juli 2023   17:15 Diperbarui: 3 Juli 2023   17:47 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sayyidah Ilma Nisa ketika mendapatkan penghargaan sebagai Mahasiswa Berprestasi di UMY, 2023

            Hal yang membuat saya terkagum-kagum adalah ketika Hilma mengatakan "Istafti Qalbak" yang dalam bahasa indonesia bermakna "mintalah fatwa pada hatimu". Inilah yang seringkali menjadi hambatan bagi manusia dalam melakukan sesuatu, yaitu tidak bertanya kepada hati apakah perkerjaan ini baik untuk dirinya dan baik menurut Allah. Sangat manis kalimatnya.

Yang mahal dari sebuah perjalanan adalah proses.

            "Masalah menang, kalah, sukses, gagal, jatuh bangun, dan lain sebagainya itu hanya poin plus, tapi lagi-lagi saya tekankan yang mahal dari sebuah perjalanan adalah PROSES. Karena semua di dunia ini tidak ada yang instan, setingkat mie saja yang orang awam biasa sebutnya mie instan, untuk dapat dikonsumsi masih perlu di buka bungkusnya, di masak terlebih dahulu, lalu di beri bumbu."

            Hilma menjelaskan bahwa proses yang baik akan menghasilkan seuatu yang baik. Di awali dengan niat yang baik, kemudian tekad yang kuat dan ikhtiar yang penuh, insha allah, segala hal yang kita rencanakan akan dibalas oleh Allah dengan sebaik-baik balasan.

Selalu libatkan Allah di setiap hal.

            Saya berkali-kali dibuat kagum oleh Hilma. Sedari awal mewawancarainya, ia mengatakan "Hadza Min Fadli Rabbi (Ini dari karunia tuhanku)", bahkan sampai akhir sesi wawancara, kata-kata tasbih dan tahmid tetap tertutur di setiap kalimat yang diucapkan. Hilma menjelaskan bahwa kita bukan siapa tanpa Allah. Allah yang memberi kita kekuatan. Allah yang memberi kita daya. Allah telah mengatur semuanya, hanya tinggal bagaimana kita bisa memanifestasikan karuniaNya dengan benar.

            Libatkan Allah dalam segala hal, inilah yang menjadi prinsip utama seorah Hilma. Meniatkan diri sendiri dan mengingatkan diri sendiri bahwa apa yang kita jalani itu bertujuan untuk berdakwah di jalan Allah. Hanya Allah.

           Akhir sesi, saya meminta Hilma untuk memberi motivasi penutup, Hilma menyampaikan "Kita ibarat anak panah di tangah Allah. Sewaktu-waktu bisa jadi kita di tarik sejauh mungkin  untuk dapat melesat lebih jauh tepat sesuai sasaran. Sama dengan hidup ini, tidak semua kita bisa langsung dapatkan dengan mudah. Bisa jadi kita dimundurkan sejenak untuk dilesatkan lebih jauh. Pun kita diundurkan karena Allah menguji how patient we are, how string we are, dan lain sebagainya. Jadi maknanya ikhlas dan totalitaskan, serahkan semua urusanmu kepada Allah (QS. Ghafir: 44)."

Sukses terus, untuk anak-anak bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun