Mohon tunggu...
Ahmad Arpan Arpa
Ahmad Arpan Arpa Mohon Tunggu... Freelancer - Filsuf

Alumnus Unindra-Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Writer Enthusias, a ghost writer.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cahaya

22 Desember 2023   13:20 Diperbarui: 22 Desember 2023   14:10 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Setiap hari mentari tak pernah telat
Menitipkan cahaya
di dapur
di kamar mandi
di ruang tamu
di kamar tidur
Demi menerangi remangnya ruang

Cahaya yang gemar sekali menata ulang gelas dan piring
Menyelimuti bintang-bintang ketika terang
Menguapkan benda-benda tiada guna

Mentari selalu melihatnya sepanjang hari
Dari waktu ke waktu
Dari musim ke musim
Dari tempat ke tempat
Cahaya itu ada dimana saja

Baca juga: Pada Suatu Saat

Ketika Ibu sedang di kamar
Di situ ada cahaya
Ketika Ibu sedang di dapur
Di situ ada cahaya
Ketika Ibu sedang di teras
Di sana pun ada cahaya
Ketika ibu pergi ke pasar
Cahaya selalu setia menemaninya

Ibu tak terlihat lemah di depan cahaya
Namun, ketika hari mulai meremang
dan cahaya perlahan hilang
Sesekali Ibu menarik nafas panjang
dan menghembuskan nafas
Teringat kecemasannya
kekhawatirannya
penyesalannya
harapannya
Menutup hari lewat istighfar

Semua boleh pergi
Kecuali Ibu
Kalau Ibu pergi
Dunia berhenti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun