Besarnya komitmen pemerintah terhadap kesepakatan MEA ternyata bertolak belakang dengan kesiapan dunia usaha. Dari hasil in-depth interview Core dengan para pengusaha ternyata para pelaku usaha bahkan banyak yang belum mengerti adanya kesepakatan MEA. salah satu strategi yang dipersiapkan pemerintah menjelang MEA adalah Indonesia harus menyusun strategi industri, perdagangan dan investasi secara terintegrasi karena dengan adanya implementasi MEA beban defisit neraca perdagangan akan semakin besar maka dari itu membuat strategi industri harus menjadi prioritas pemerintah.
Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo mengaku khawatir dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang segera diberlakukan pada akhir 2015. Politikus berlatar pengusaha ini menilai ekonomi dan masyarakat Indonesia belum siap menghadapi persaingan yang semakin terbuka dengan negara-negara tetangga.
Hary mengatakan persaingan bukan hanya soal tenaga kerja saja, melainkan juga industri barang dan jasa. Ia menilai perlu ada kajian ulang untuk membatasi MEA agar jangan sampai membuat ekonomi masyarakat saat ini justru semakin terpuruk.
Hal lainnya yang membuat pasar Indonesia kurang siap menghadapi MEA lantaran masih membanjirnya produk asing ke dalam negeri secara ilegal. Hal itu ditambah dengan tingginya minat masyarakat terhadap produk ilegal dibanding produk lokal.
Sejatinya, perdagangan bebas kawasan bak dua sisi mata pisau buat kita memang dapat menjadi peluang sekaligus tantangan. Akan tetapi, di satu sisi dapat membuka pasar bagi industri dalam negeri yang semakin meningkat. Namun, di sisi lain apabila Indonesia tidak menyiapkan diri dengan baik dapat menjadi pasar bagi gempuran produk asing yang dapat menghancurkan kemampuan produktif dalam negeri sendiri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H