Mohon tunggu...
Ahmad Arafat
Ahmad Arafat Mohon Tunggu... karyawan swasta -

A first-born child. A dreamer. A thinker and philosopher-wannabe. A junior-engineer. An ongoing-writer/author/traveler/enterpreneur. A wondering wanderer. And... also, a sincere-lover.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Be Positive (on What You're Aiming for)!

12 April 2010   07:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:50 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Obstacles are those frightful things you can see

when you take your eyes off your goal".

(Henry Ford)

~

"Halangan/rintangan adalah hal-hal yang menakutkan

yang hanya terlihat ketika engkau berpaling dari tujuanmu".

Karl Wallenda adalah seorang pendiri akrobat di atas kawat tinggi "Flying Wallendas". Dia adalah salah satu dari keluarga akrobat di atas kawat yang terbesar sepanjang sejarah, berjalan di atas kawat adalah kehidupannya.

Pada 22 Maret 1978, Walenda yang berumur 73 tahun dijadwalkan untuk melakukan serangkaian pertunjukan berjalan di atas kawat yang direntangkan di antara dua hotel di tepi pantai San Juan, Puerto Rico. Disaksikan ratusan orang, sang maestro ini berjalan berhati-hati pada kawat setinggi 120 kaki (= 36.6 meter) dari atas tanah, dengan keterampilan yang selalu dia tampilkan ribuan kali sebelumnya. Namun kali ini, di tengah-tengah perjalanannya, Karl Wallenda tiba-tiba kehilangan keseimbangannya, ia pun terjatuh ke tanah dan tewas seketika!

Mengherankan ketika melihat mengapa Wallenda bisa terjatuh padahal pertunjukannya itu telah dilakoninya selama bertahun-tahun. Informasi yang diperoleh dari isterinya menjelaskan bahwa "selama 3 bulan sebelum peristiwa tersebut Karl hanya memikirkan jatuh. Ini adalah pertama kalinya ia memikirkan hal itu (dalam pertunjukannya). Ia lebih mengerahkan semua energinya untuk tidak terjatuh daripada berjalan menyeberang di atas kawat". Hal tersebut sangat aneh sebab sebelumnya - selama karirnya - Karl tidak pernah menjadi sangat cemas. Menurut istrinya, sebelum pertunjukan nahas itu, Karl - untuk pertama kalinya - bermimpi melihat dirinya sendiri terjatuh dari kawat. Oleh sebab itu, Karl kemudian secara khusus mengawasi pemasangan kawat, penopang yang mengikat kawat rentangan di antara dua hotel, dan memeriksanya berkali-kali. Hal ini menurut istrinya "(sebelumnya) tidak pernah terpikirkan oleh Karl untuk melakukannya", dan Karl mengatakan bahwa berjalan di atas kawat saat itu menakutkan.

Pada berbagai pertunjukan sebelumnya, Karl selalu mendapati dirinya berhasil menyeberang di atas kawat. Ia selalu berfokus pada tujuannya, yaitu menyeberangi kawat dengan selamat. Ketika Karl menemui kematiannya saat melakukan pertunjukan, pada saat itu fokus tujuannya adalah agar tidak jatuh. Alhasil, Karl Wallenda tewas ketika ia menggeser fokus tujuannya, dari "berjalan ke seberang kawat" menjadi "menghindari untuk terjatuh".

Kisah tersebut di atas adalah contoh tragis bagaimana "fokus negatif" yang ingin kita hindari justeru menarik kita kepada hal tersebut. Ketika "fokus positif" mulai terabaikan dan teralihkan dari pandangan kita, maka disaat itu kita terarah pada "kegagalan". Berfokus pada "menghindari kegagalan" hanya akan membuat kita "menemui kegagalan".

Janganlah dirisaukan oleh kemungkinan kegagalan yang akan terjadi. Hal itu hanya akan membuat kita merugi. Perhatikanlah tujuan anda, fokus padanya, dan teruslah berorientasi pada tujuan-tujuan tersebut, apapun yang terjadi. Kegagalan memang sesuatu yang selalu terbentang di hadapan kita, tapi, apa yang kita peroleh jika kita selalu ‘menghadap' pada kegagalan itu? Maka tak heran ketika kita ‘hanya' melihat kepada kegagalan yang menghadang, seringkali di saat itulah kita benar-benar menjadi gagal, dan jauh dari tujuan yang seharusnya.

Dalam Neuro linguistic programming (NLP) disebutkan bahwa jika kita mengatakan "saya tidak bodoh", maka otak akan menyerap informasi berupa "saya bodoh". Jika kita meyakini bahwa "saya tidak boleh gagal", maka otak menganggap sebaliknya, "saya boleh gagal". Itulah mengapa kita melihat orang-orang barat selalu bersikap optimis. Ketika mereka gagal menyelesaikan sesuatu, mereka terus berbisik pada dirinya sendiri, "aku bisa.. aku pasti bisa..!". Sikap positif inilah yang akan membuat kita pantang menyerah dan dan tidak berfokus pada kegagalan, melainkan berfokus pada tujuan.

Singkirkan rasa was-was dan prasangka negatif yang senantiasa menghantui. Hilangkan kemungkinan menemui kegagalan dari benak anda, sebab -sekali lagi- itu sungguh tak ada gunanya bagi anda, bahkan bisa berbahaya. Kuatkan keinginan, bulatkan tekad, dan kokohkan kemauan menjelang tujuan. Be positive. Be positive. And be positive! (Ingat, saya tidak mengatakan "jangan berfikiran negatif", tetapi dengan ungkapan "jadilah positif"!).

Ahmad Arafat Aminullah

[Note : Kisah Karl Wallendas di atas disadur dari modul "Pelatihan Psikologi Kepemimpinan" - Oleh Dinas Psikologi Angkatan Darat, Bandung]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun