Tim pengabdian dari Universitas Negeri Malang yang terdiri dari dosen dan mahasiswa fisika melakukan pengabdian kepada masyarakat di Dilem Wilis yang terletak di Desa Dompyong, Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek.
Dilem wilis merupakan destinasi wisata yang dijadikan Taman Teknologi Pertanian (TPP) oleh Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek. Salah satu potensi alam yang sangat menarik di Dillem Wilis berupa perkebunan yang indah dan masih alami dengan banyak bukit yang tinggi.
Akan tetapi dengan kawasan yang berlereng cukup curam dan masih banyak lahan yang masih kosong serta akses jalan Dilem Wilis yang masih terlihat berbatuan dan berlumpur membuat wilayah Dilem Wilis ini rawan terjadi tanah longsor.
Oleh karena itu, Tim pengabdian bertindak untuk menanggulangi bencana tanah longsor di Dilem Wilis dengan mengimplementasikan Soil Bioengineering. Pada pengabdian ini terfokus pada penanaman tanaman konservasi untuk menutupi lahan kosong terutama pada lereng-lereng dengan vegetasi.
Tim pengabdian ini diketuai oleh Dr. Nasikhudin, S.Pd., M.Sc. dengan anggota Prof. Dr. Markus Diantoro, M.Si, Prof. Dr. Sri Rahayu Lestari, M.Si dan dibantu oleh mahasiswa Fisika Ahmadani Darul Fikri dan Candra Putri Febriani.
Pada tanggal 27 April 2024, Tim pengabdian melakukan observasi dan berdiskusi dengan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek. “Tanaman yang kami butuhkan tidak hanya dapat menangkal longsor saja, tetapi juga memiliki nilai ekonomis tinggi, dan dapat meningkatkan debit air” ujar Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek. Menurut Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek tanaman bambu dipercaya mempunyai semua aspek yang dibutuhkan. “Rebung dari bambu ini nanti bisa diolah dan dikembangkan, inilah salah satu alasan bambu memiliki nilai ekonomis yang tinggi” sambungnya.
26 Juni 2024, Tim pengabdian melakukan kegiatan penanaman bibit bambu. Kegiatan ini tim pengabdian dibantu oleh mahasiswa KKN Universitas Negeri Malang. Dalam melakukan penanaman bibit tim pengabdian dipandu oleh Bapak Mastok Setyanto selaku ahli bambu dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek.
Akar wangi juga ditanam di lereng Dillem Wilis pada tanggal 09 November 2024. “akar wangi ini merupakan komponen penting untuk mencegah tanah longsor, karena akarnya yang kuat dan panjang berfungsi seperti besi kolom yang mengikat tanah” kata Dr. Nasikhudin, S.Pd., M.Sc ketua Tim pengabdian.
Dengan kegiatan pengabdian ini diharapkan wilayah Dillem Wilis menjadi aman dari bencana tanah longsor, debit air sungai meningkat, dan dapat membantu masyarakat sekitar di bidang ekonomi.
Penulis: Ahmadani darul Fikri, Mahasiswa Universitas Negeri Malang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H