Generasi alfa sendiri menjadi warna baru diabad 21. Kehadiran generasi yang lahirnya dimulai pada tahun 2010 ini merupakan suatu kemestian yang tidak dapat ditawar.
Bumi terasa berputar kian cepat dengan kehadiran generasi ini. Perubahan yang kian pesat serta revolusi disegala sektor akan melahirkan suatu tatanan peradaban baru. Tentunya hal itu merupakan suatu dilematis, apakah hal tersebut termasuk tantangan atau ancaman.
Jika kita berkaca pada status quo, salah satu bidang yang paling harus beradaptasi ialah pendidikan. Proses memanusiakan manusia dan mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana amanat UUD 1945 merupakan suatu dinamika baru. Akankah hal ini bersifat paradoks atau sekedar hegemoni saja.Â
Tentu tidak Semua harus adaptif terhadap perubahan zaman, utama disektor tenaga pendidik alias guru. Momentum Hari Guru 25 November menjadi kilas balik sekaligus meramal masa depan guru.
Kehadiran generasi alfa adalah anasir baru yang harus menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi guru. Sejumlah studi menyebutkan bahwa generasi alfa akan menjadi generasi paling terdidik abad ini, paling akrab dengan teknologi dan akan menjadi generasi paling sejahtera dalam ukuran taraf hidup. Hal itu tentu membahagiakan semuanya. Namun dimanakah posisi guru dengan kondisi yang demikian itu?
Zaman ini dirasa cukup dramatis. Bagaimana tidak, segalanya sudah serba teknologi. Â Era literasi yang berubah menjadi literasi gaya baru yakni literasi digital, menjadi hal yang harus diaplikasi oleh semua guru dengan cepat. Keterampilan bahasa, komputasi menjadi hal yang lumrah untuk menjadi kompetensi yang harus dimiliki.Â
Pekerjaan manusia kini menjadi lebih mudah dengan lahirnya teknologi di era digital ini. Misalnya saja, dalam pengumpulan berkas-berkas tertentu. Era digital dengan berbagai teknologinya, kini lebih memfasilitasi pekerjaan manusia. Guru tentunya menjadi agen yang harus menjawab dengan lugas tantangan tersebut.
Meski tidak dapat dipungkiri, Guru sebagai manusia biasa tentu mempunyai kekurangan dan kelebihan. Apalagi dari segi usia yang memang agak sedikit ketinggalan dengan generasi alfa yang notabenenya lebih awal akrab dengan teknologi.Â
Guru cenderung gaptek dalam hal perubahan yang kian pesat dan tentunya hal tersebut sedikit banyaknya berdampak pada sektor profesinya sebagai tenaga pendidik dimasa sekarang ini, era teknologi itu dapat merubah pola pikir manusia, termasuk peserta didik
Sebagai jawaban untuk kedepannya, profesi tanpa tanda jasa ini harus melangkah lebih proaktif untuk menjawab tantangan dunia pendidikan. Mendikbud Nadiem Makarim dalam pidatonya menyebutkan bahwa pendidik harus membawa perubahan meski kecil, jika setiap guru melaksanakannya secara serentak, kapal besar bernama Indonesia ini pasti akan bergerak.Â
Karena sejatinya perubahan tidak dimulai dari atas, semua berawal dan berakhir dari guru. Demikian penggalan pidato Mendikbud Nadiem Makarim.Â