Kekalahan Timnas 0 – 2 dari Bahrain masih menyisakan luka dan kontroversi. Pertandingan yang disaksikan langsung Presiden RI pada tanggal 6 September 2011 di Stadion Gelora Bung Karno berlangsung dalam suasana serba tak enak. Pertandingan sempat dihentikan sementara akibat banyaknya petasan dan kembang api yang membahana dari banyak sisi stadion. Meskipun Wim Risjbergen, pelatih Timnas, nampak santai-santai saja sepanjang pertandingan, namun komentarnya pasca pertandingan memantik kontroversi, api perdebatan semakin menyebar ketika Alfred Riedl, mantan pelatih Timnas sebelum Wim, mengungkapkan hasil pertemuannya dengan pemain Timnas. Masalah lain PSSI terancam sanksi akibat ulah penonton nakal yang bawa petasan.
[caption id="attachment_134535" align="aligncenter" width="576" caption="Love Garuda"][/caption]
Kalah atau Menang Petasan Itu Tetap Ada
Pada menit ke-75 wasit Min-Hu Lee asal Korea Selatan menghentikan pertandingan, pengawas pertandingan meminta para pemain Bahrain menuju ruang ganti, beberapa pemain dan official Bahrain berlari sambil merunduk dan menutup bagian kepalanya ketika berlari menuju ruang ganti. Presidenpun meninggalkan lapangan, sebagian penonton juga demikian. Beberapa menit kemudian pertandingan ternyata bisa dilanjutkan kembali dalam suasana yang tertib.
Penyebab dihentikannya pertandingan adalah petasan, kembang api dan lemparan botol ke arah lapangan. Sebenarnya petasan dan kembang api dimasukkan ke stadion bukan dimaksudkan untuk mengacaukan pertandingan, di banyak pertandingan di Indonesia petasan dan kembang api dinyalakan biasanya saat ada momen menggembirakan seperti sehabis merayakan gol dan setelah pertandingan dimenangkan tuan rumah. Hanya saja, sayang sekali di malam ketika banyak penonton, kemungkinan besar ABG, yang sudah membawa susah payah petasan dan kembang api, tak punya momen untuk meledakkannya, daripada dibawa pulang dan batal diledakkan, maka untuk membuat suasana riuh petasan tersebut dipantik. Saya tak terlalu yakin bahwa para penonton itu tahu kalau kembang api dan petasan dilarang di pertandingan bola, karena hampir setiap pertandingan bola di malam hari di Liga Indonesia diwarnai petasan dan kembang api. Tapi Setelah ini akan banyak orang yang sadar bahwa bawa petasan dan kembang api ke stadion itu tak boleh, bukan karena dilarang Polisi tapi karena bikin malu bangsa dan negara.
Soal pelemparan botol, tindakan ini memang tak bisa ditolerir. Pelemparan botol ke arah pemain atau official adalah wujud penonton bola yang sakit jiwa. Beberapa kali saya menonton bola, bahkan botol berisi air seni meluncur dari atas dan dilemparkan ke arah lapangan dan penonton di tribun bawah. Penonton semacam ini sebenarnya tak pantas menonton di stadion, lebih baik tinggal menonton di rumah, dan jikapun harus melempar botol, lemparlah televisi yang ada dirumah, itupun kalau tak keburu kena semprot dari istri atau emaknya.
Penampilan Timnas Memang Payah
Diluar kehebohan penghentian pertandingan, permainan Timnas memang kurang menggigit dan tak meyakinkan. Dari gennya, fisik memang sudah berbeda, maka pemain kepayahan dalam berebut bola dengan lawan, benturan hampir selalu dimenangkan oleh Bahrain. Pola serangan dengan mengandalkan umpan lambungpun tidak bisa efektif karena pemain Bahrain menjulang dan pasti kepalanya lebih dulu kena bola dibanding pemain kita. Nah meski demikian, yang paling dipermasalahkan adalah pemain tak sanggup bermain 90 menit, mereka kepayahan dan kelelahan ditanah dan dibawah cuaca dan suhu yang sama dengan yang mereka tinggali bertahun-tahun.
Wim Vs Riedl, PSSI Vs Pemain
Sebagaimana dikutip Goal.com, setelah kalah Wim Risjbergen berkomentar “Tim ini sudah ada sebelum saya ditunjuk sebagai pelatih. Saya tidak pernah dilibatkan dalam pembentukan tim ini. Ini bukan tim saya,”
Pernyataan Wim cukup menggelikan karena, justru dia megeluhkan sesuatu yang menjadi wewenangnya, memilih pemain adalah domainnya. Kalaupun harus mengeluh, keluhkan saja sesuatu yang berada di luar kendalinya, seperti wasit, rumput, stadion, cuaca, laser, petasan, kembang api, lemparan botol dan masih banyak lagi.
Riedl bisa jadi contoh yang lebih kreatif. Setelah kalah 0 – 3 dari Malaysia pada final pertama Piala AFF Riedl mengeluhkan sorotan media yang berlebihan saat Timnas berlatih
"Ya media terlalu banyak minta wawancara tim. Belakangan ini aktivitas dari federasi juga agak mengganggu kami. Kegiatan-kegiatanyang berlebihan dan tidak perlu".
Sikap Wim yang melempar tanggung jawab kepada pihak lain mendapat reaksi keras dari banyak pihak termasuk dari punggawa Timnas sendiri. Dalam wawancaranya dengan Goal.com terkait komentar Wim, Alfred Riedl memanaskan situasi
“Ketika Rijsbergen ditunjuk [sebagai pelatih timnas], saya bersikap netral terhadap pelatih baru. Tapi, saya mendengar dari berbagai saksi bahwa pelatih menghina pemain saat turun minum melawan Bahrain. Dia berteriak "f*ck you all, apabila kalian tidak bermain baik di babak kedua saya akan tendang kalian semua dari tim ini" [If you don't play better in the second half I will kick all of you out.] Bukan main tapi sungguh nyata! Daripada memberi semangat kepada para pemain usai tertinggal 1-0, dia malah menghina mereka. Di Eropa, [kalau seperti itu] Anda bisa langsung dipecat, atau pemain memukul Anda! Setelah itu saya tidak lagi berpihak pada Rijsbergen. Dia tidak layak menjadi pelatih timnas Indonesia! Sekitar tujuh pemain sudah mengumumkan mereka tidak akan lagi bermain di bawah pelatih ini. Masalah besar bagi PSSI”
Nah, pertemuan para pemain timnas dengan Alfred ini memunculkan kontroversi lanjutan, PSSI melalui Komisi Disiplin yang diketuai oleh Bernard Limbong akan melakukan investigasi kepada para pemain timnas yang menemui Riedl, menurut Limbong
“Kan ada penolakan atas Wim. Kabarnya ada sejumlah pemain yang menemui Riedl di pusat perbelanjaan di Senayan. Para pemain yang menemui Riedl akan kami panggil. Kami akan menginvestigasi pertemuan itu” .
Bambang Pamungkas dengan cukup gamblang dalam situs pribadinya www.bambangpamungkas20.com menuduh Wim-lah penyebab kekalahan ini,
"Sejujurnya hal yg membuat pemain sangat kecewa kepada Wim Rijsbergen adalah komentar beliau sesaat setelah pertandingan, yg terkesan melempar segala kesalahan kepada pemain. Saya yakin semua pemain kecewa dengan komentar tersebut, akan tetapi sejauh ini hanya 7 pemain yg menyampaikan keberatan untuk bermain di bawah asuhan Wim di tim nasional"
Bepe juga berharap agar curhatnya kepada Riedl tak perlu ditanggapi berlebihan, kalaupun harus dipanggil oleh PSSI Bepe berujar
“Yang harus Ketua Komisi Disiplin lakukan hanyalah menekan nomer tlp saya di ponsel nya dan meminta saya menghadap. Dan sesegera mungkin saya akan menghadap beliau di kantor PSSI”
Selanjutnya?
Masih ada beberapa pertandingan lagi yang akan dilakoni timnas. Kekisruhan setelah 2 kali kekalahan harus diakhiri. Baik pelatih maupun pemainnya harusnya lebih agresif di lapangan dan bukannya di Media. Agar pemain tak patah arang dan publik kehilangan semangat maka para official, pelatih dan pemain harus urung rembug mengatasi masalah ini. Kita ketahui timnas kita kelasnya masih di nomor 131 dunia, tapi diantara 230 juta rakyat Indonesia, paling tidak ada 11 orang yang bisa dibebani tanggungjawab membela panji merah putih dengan lebih semangat, lebih bertenaga, tak mudah menyerah dan berdisiplin.
Bagi saya, eranya Bambang Pamungkas memang sudah habis. Sebagai pemimpin kawan-kawannya di luar lapangan, Bambang Pamungkas memang tak perlu diragukan lagi. Komitmen dan profesionalitas serta teladannya bagi pemain lain bisa ditiru, hanya sayang kita juga butuh pemain dengan kemampuan teknis yang mumpuni. Secara mental Bambang cukup bagus tetapi secara teknis dia sudah tak mampu dibebani tanggung jawab mencetak gol, Riedlpun sudah mengetahui hal itu dengan lebih sering mencadangkan Bambang.
Masih ada waktu untuk bersiap, sebelum petaka berikutnya melawan Qatar datang menghadang, karena itu ada baiknya introspeksi dengan mencontoh sikap pelatih Atlectico Bilbao, Marcelo Bielsa, ketika timnya dikalahkan Espanyol semalam
"Saya melakukan sejumlah keputusan yang tidak memuaskan. Saya tidak menyadari semua potensi yang dimiliki para pemain, dan saya melakukan pemahaman yang salah."
"Dalam kasus ini, saya tidak melakukan langkah tepat. Kami harus bisa tampil lebih bagus lagi di pertandingan berikutnya."
Kalau semua berpikirnya kayak gitu, kan enak, iya nggak coy?.
Buat Penonton, jangan bikin kacau lagi boss, bawa petasan ke Stadion malah bikin malu, mending duitnya buat beli terompet, karena sekencang apapun terompet tak ada yang melarang.
Wassalam
Ahmad Amiruddin
Sumber:
www.Goal.com
www. FIFA.com
www.bambangpamungkas20.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H