Perjanjian tersebut adalah kesepakatan sementara, sebelum Adanya KTT untuk membuat perjanjian perdamaian. Akan tetapi KTT yang diselenggarakan oleh AS pada tahun 2000 tersebut gagal. pada saat tersebut warga pelestina juga merasa bahwa bangsa Israel ingin menguasai wilayah palestina seutuhnya dengan adanya kunjungan Ariel Sharon yang saat itu akan menjadi Perdana Menteri Israel ke Kuil Mount di Yerusalem Timur.Â
Masyarakat palestina merasa bahwa bangsa Israel menghianati hasil perjanjian tersebut dan bangsa palestina melakukan pemberontakan dengan kekerasan. Pada tahun 2000-2005 korban jiwa berjatuhan, sekitar 3.000 korban jiwa dari warga Palestina dan 1.000 korban jiwa dari bangsa Israel. Korban jiwa yang tewas dari bangsa Israel kebanyakan karena aksi bom bunuh diri.
Penulis berpendapat bahwa konflik yang terjadi antara Israel dan palestina tidak hanya sebatas konflik perebutan wilayah lebih dari itu, konflik yang terjadi tersebut adalah konflik antar etnis. Bangsa yahudi tidak ingin menguasi seutuhnya wilayah palestina dan mengusir warga palestina dari wilayah aslinya, bangsa yahudi masih mengganggap bahwa bangsa mereka adalah bangsa yang harus di hormati di dunia dan bangsa yang paling baik. Bangsa lain harus mengikuti apa yang bangsa yahudi inginkan.
Lebih dari itu, perdamaian antara bangsa yahudi dan Israel tidak akan terjadi perdamaian jika tidak adanya saling kepercayaan antara kedua bangsa dan saling menganggap bahwa ada yang harus menjadi raja dan ada juga yang harus menjadi pembantu. Seharusnya sesama manusi dan bangsa yang pada awalnya di berikan tempat tinggal oleh bangsa palestina menyadari bahwa mereka hidup dari balas kasihan bangsa palestina.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI