Mohon tunggu...
Ahmad Ali Firmansyah
Ahmad Ali Firmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mencari pekerjaan

Hobi mancing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah Penuh Tekanan

7 Mei 2024   11:38 Diperbarui: 7 Mei 2024   11:56 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumah Penuh Tekanan

Setiap kali Rina membuka pintu rumah, ia disambut oleh suasana yang semakin mencekam. Rumah yang seharusnya menjadi tempat berlindung dan bersantai kini berubah menjadi arena pertempuran batin yang tiada henti.

Ayah dan ibu Rina kerap kali bertengkar hebat, saling melempar kata-kata kasar dan menyakitkan. Rina hanya bisa terdiam di sudut ruangan, meringkuk ketakutan mendengar suara bentakan dan barang-barang yang bertubrukan. Ia ingin sekali menghentikan pertengkaran itu, tetapi ia tak kuasa. Rina hanya anak kecil yang tak berdaya.

Suatu hari, pertengkaran itu berujung pada perceraian. Rina harus menerima kenyataan bahwa keluarganya telah hancur. Ia merasa dunianya runtuh, tak ada lagi tempat yang bisa ia sebut rumah. Rina merasa sendirian, kehilangan sosok ayah dan ibu yang seharusnya melindungi dan menyayanginya.

Rina tumbuh dalam bayang-bayang tekanan dan trauma. Ia sulit untuk percaya pada orang lain dan membangun hubungan yang sehat. Setiap kali ada konflik, Rina langsung teringat akan pertengkaran orang tuanya yang tak pernah terselesaikan.

Namun, Rina bertekad untuk tidak terjebak dalam lingkaran kekerasan dan ketidakbahagiaan itu. Ia ingin memutus rantai trauma yang telah meracuni hidupnya. Perlahan-lahan, Rina belajar untuk memaafkan, membuka diri, dan membangun rumah baru yang penuh dengan cinta dan kedamaian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun