Badiuzzaman Said Nursi adalah seorang tokoh intelektual dan spiritual dalam dunia Islam yang dikenal karena pemikirannya yang moderat dan relevan dengan zaman modern. Nursi memiliki kontribusi yang signifikan dalam mengembangkan pemikiran Islam modern, terutama dalam upayanya untuk menyatukan ilmu pengetahuan dan agama, serta mempromosikan toleransi dan perdamaian. Karya tulis Nursi yang luas dalam bidang tafsir, fikih, dan tasawuf mencerminkan pemikirannya yang holistik terhadap Islam.
Badiuzzaman Said Nursi lahir pada tahun 1877 di desa Nurs, Turki, dalam keluarga yang taat beragama. Pada masa kehidupannya, Turki sedang mengalami perubahan sosial dan politik yang signifikan, termasuk runtuhnya Kekaisaran Utsmaniyah dan berdirinya Republik Turki modern di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Atatrk. Faktor-faktor ini mempengaruhi pembentukan pemikiran Nursi, yang mencerminkan keinginannya untuk memahami peran Islam dalam konteks modern.
Pendidikan Nursi juga memainkan peran penting dalam pembentukan pemikirannya. Ia belajar di berbagai madrasah dan memperoleh pendidikan agama yang kuat, namun juga memiliki minat yang besar dalam ilmu pengetahuan dan filsafat. Pengalaman hidup Nursi, termasuk penahanan dan pengasingan politik, juga memengaruhi pemikirannya dan membuatnya semakin yakin akan pentingnya perdamaian, toleransi, dan pendidikan dalam masyarakat Islam.
 Biografi Badiuzzaman Said Nursi
       Said Nurs, atau lebih dikenal sebagai Bedizzaman Said Nurs, lahir pada tahun 1876 di Nurs, sebuah desa kecil di provinsi Bitlis di Turki timur. Sebagai anak tengah dari tujuh bersaudara, ia dibesarkan dalam keluarga petani Kurdi yang saleh dan sederhana. Nurs tumbuh dalam harmoni yang erat dengan alam, sadar dan ingin tahu tentang lingkungannya. Ia dianggap sebagai anak yang cerdas, dan dalam waktu singkat ia menghafal manual-manual ilmu pengetahuan klasik Islam. Prestasi akademisnya yang luar biasa membuatnya mendapat gelar "Bedizzaman," yang berarti "keajaiban zaman".
Nurs menerima pendidikan formal dasarnya dari para sarjana terkemuka di wilayahnya. Ia menjadi murid yang populer di kalangan guru-gurunya, berkat kecerdasannya yang tinggi dan kemampuan belajarnya yang besar. Ketika mencapai masa remaja, ia tetap menjadi seorang siswa yang antusias dan terus menunjukkan ingatannya yang tajam. Pada usia empat belas tahun, ia menyelesaikan pendidikan madrasah tradisional Turki. Pada usia enam belas tahun, ia sudah mampu berdebat dengan para sarjana terkemuka.
Setelah pendidikan madrasahnya, Nurs belajar ilmu-ilmu fisika, matematika, dan filsafat. Seiring dengan perkembangan ilmunya, ia sampai pada kesimpulan bahwa pendidikan madrasah tradisional Turki tidak memadai. Ia percaya bahwa dunia sedang memasuki zaman baru yang akan sangat menghargai ilmu pengetahuan dan logika, dan ia merasa bahwa kurikulum teologi klasik tidak cukup untuk menghilangkan keraguan yang mungkin dialami seseorang tentang Al-Quran dan Islam. Nurs selalu berusaha untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan teologi sepanjang hidupnya, melalui tulisannya dan ajarannya. Menurut pandangannya, ilmu pengetahuan fisik modern dan Al-Quran tidaklah bertentangan. Bahkan, ia merasa bahwa ilmu pengetahuan memudahkan orang untuk lebih memahami kebenaran yang terungkap dalam Al-Quran.
Berdasarkan pengetahuannya yang luas, Nurs mengembangkan kurikulum pendidikan Islam yang menggabungkan ajaran teologis dan ilmu pengetahuan modern, yang menurutnya seharusnya disediakan baik di sekolah agama maupun sekolah modern, karena hal ini akan secara bersamaan menghilangkan ketidakpercayaan di satu sisi, dan fanatisme di sisi lain. Ia bahkan mengembangkan rencana untuk mendirikan universitas, yang disebut Medrestu'z Zehra (Madrasah yang Bersinar), di mana kedua disiplin ini akan diajarkan. Pada tahun 1917, ia pergi ke Istanbul untuk mempromosikan rencana tersebut kepada Sultan Abdul Hamid. Selanjutnya, ia mendapatkan dana untuk pembangunan universitas tersebut. Namun, pembangunan hanya sampai pada pondasi bangunan. Pembangunan lebih lanjut dihentikan dengan pecahnya Perang Dunia I.
Pemikiran Badiuzzaman Said Nursi
           Dalam dunia pendidikan, Said Nursi mulai belajar di madrasah, dan terakhir dia sekolah di Bayazid dengan di bawah bimbingan Syaikh Muhammad Jalali. Di sinilah Said Nursi belajar Nahwu dan sharaf, dan berhasil membaca seluruh buku yang pada umumnya dipelajari di sekolah-sekolah agama. Dalam kesehariannya, dia selalu membaca duaratus halaman buku yang bahasanya sangat sulit dimengerti. Namun demikian, dia mampu memahaminya tanpa harus merujuk pada catatan kaki atau catatan pinggir, dan tanpa dibantu oleh syaikh.
Tidak lama kemudian, popularitas Said Nursi tersebar luas. Para ulama silih berganti melakukan berbagai dialog ilmiah dengannya dan berupaya untuk menyudutkannya dengan berbagai pertanyaan. Tetapi semua pertanyaan dan masalah yang dikemukakan terjawab dengan sangat argumentatif, sehingga oleh mereka digelari "Said Masyhur".
Di masa-masa akhir pemerintahan Usmani dan masa-masa pembentukan Republik Turki, Said Nursi berkelana dari kota ke kota hingga pelosok terjauh negerinya. Dari sekian daerah yang dikunjunginya, said Nursi melihat kekafiran modern berakar dari sains dan filsafat, bukan dari kebodohan sebagaimana dikemukakan orang-orang sebelum dia. Paradoksnya, ketidak tahuan umat Islam terhadap sains dan teknologi membuat mereka tertinggal dari Barat di bidang ekonomi dan militer. Tetapi sains dan teknologi yang telah mendatangkan kekuatan bagi Barat untuk mencapai superioritas ekonomi dan militer di dunia membuat orang-orang Barat kehilangan keimanan dan moral tradisional mereka, sehingga jatuh ke dalam psimisme yang berlebihan. Akibatnya, moralitas sekuler dan kepentingan diri sendiri menggusur nilai-nilai agama dan nilai-nilai tradisional lainnya.
Akhirnya, Said Nursi berpendapat bahwa alam adalah kumpulan tanda-tanda Ilahi dan karena itu sains dan agama bukanlah dua bidang yang berseberangan. Keduanya adalah ekspresi yang (tampak) berbeda dari satu kebenaran yang sama. Pikiran harus dicerahkan dengan sains, sedangkan hati harus diterangi dengan agama.
Dalam pemikirannya, untuk membuktikan keberadaan dan keesaan Ilahi, hari kebangkitan, kenabian, asal Ilahiah, al-Quran, alam gaib, dan para penghuninya atau dimensi-dimensi immaterial, perlunya ibadah, moralitas, karakter ontologis manusia dan lain-lain, Said Nursi semula mencoba mem-erkuat Islam dengan filsafat modern barat. Kemudian dia melihat bahwa cara tersebut sama halnya dengan merendahkan Islam dan bahwa pokok-pokok islami terlalu dalam untuk dijangkau dengan prinsip-prinsip filsafat manusia. Dia lalu beralih kepada al-Quran saja. Namun pada gilirannya, setelah mencermati berbagai ayat al-Quran, justru Said Nursi berpendapat bahwa filsafat adalah jalur menuju kemajuan dan pencerahan ruhani. Bahkan sempat perpendapat bahwa pola pikir filsafat Barat bisa digunakan untuk menegakkan dan memperkuat kebenaran Islam. Dari sini, maka dipahami pemikiran Said Nursi yang secara lahiriyah terlihat tetap menggunakan filsafat Barat, justru di sisi lain dengan pemikirannya itu ternyata dapat sangat erat dengan filsafat Islam. Ini berarti bahwa Said Nursi satu-satu pemikir modern yang telah menemukan konsep baru filsafat dalam bingkai yang islami.
Dalam The Oxford Encyclopedia of Islami word disebutkan bahwasejak kelahiran filsafat, maka Filsafat Islam merupakan salah satu tradisi intelektual besar di dalam dunia Islam, dan telah mempengaruhi serta dipengaruhi oleh banyak perspektif intelektual lain, termasuk teologi skolastik (kalm) dan sufisme doktrinal (al-ma'rifah al-irfn). Mungkin sebab pengaruh-pengaruh intelektual lain, sehingga Ibrahim Madkr menjelaskan bahwa kedudukan filsafat Islam sesungguhnya mengalami keraguan dalam suatu zaman. Sebagai akibatnya adalah di antara mereka yang mengingkari (menolak) kehadiran filsafat Islam itu, dan sebagian lainnya justru menerimanya, bahkan telah menyelamatkannya. Dengan penjelasan ini, maka dapat dipahami bahwa filsafat Islam dalam satu sisi tidak diterima oleh semua orang. Mungkin alasannya, karena ada anggapan bahwa filsafat Islam terasimilasi dari filsafat Yahudi (barat).
Meskipun diakui bahwa pemikiran-pemikiran filsofis di kalangan filosof-muslim yang pesat perkembangannya sejak dulu sampai kini pada umumnya berkisar pada filsafat Ketuhanan, dan sangat jarang yang mengkhususkan diri pada masalah alam semesta beserta isinya termasuk. Dengan kata lain, orientasi filsafat Islam selama ini bersifat vertikal dan jarang yang menghampiri persoalan-persoalan yang bersifat horizontal (masalah sosial dan alam semesta). Hal ini, sangat erat kaitannnya dengan situasi yang berkembang pada waktu itu, di mana masalah Ketuhanan menjadi topik yang selalu aktual diperbincangkan oleh kaum muslimin. Di lain pihak, kaum muslimin ingin mempertemukan antara berita-berita wahyu yang diyakini sebagai kebenaran dengan teori-teori filsafat yang bersumber dari ratio murni itu. Hal inilah yang dilakukan oleh Said Nursi yang dalam beberapa pernyataanya dipahami bahwa wahyu Allah yang diturunkan, menurut filsafat Islam adalah mutlak kebenarannya, sementara ratio yang juga merupakan alat pikir manusia yang diberikan oleh Allah, bilamana dipergunakan dengan sebaik-baiknya, juga akan mencapai kebenaran. Hanya saja, dalam konsep filsafat Islam adalah, ada manusia yang tidak mampu mencapai pada tarap kebenaran yang sempurna, sehingga ia bersifat nisbi (relatif). Bilamana kebenaran nisbi tersebut tidak bertentangan dengan wahyu, maka dapat diperpegangi
Relavansi Pemikiran Said Nursi dalam Konteks Modern
          Pemikiran Said Nursi tetap relevan dalam konteks dunia kontemporer di berbagai aspek, menekankan kontribusinya yang abadi terhadap pemikiran dan filsafat Islam.
Pendidikan dan Pengetahuan:
Di era informasi saat ini, di mana akses terhadap pengetahuan tidak terbatas, penekanan Nursi pada pentingnya pendidikan menjadi lebih signifikan. Kemampuan untuk mengevaluasi informasi secara kritis dan membedakan antara kebenaran dan kebohongan sangat penting, sejalan dengan ajaran Nursi tentang pentingnya mencari pengetahuan dan pemahaman.
Masyarakat dan Tanggung Jawab Sosial:
Ide Nursi mengenai masyarakat dan tanggung jawab sosial masih relevan di tengah lonjakan individualisme. Di dunia yang semakin terhubung global, seruan untuk bekerja sama demi kebaikan bersama menjadi krusial untuk mengatasi tantangan bersama.
Spiritualitas dan Keimanan:
Di tengah materialisme dan konsumerisme, penekanan Nursi pada spiritualitas dan iman memberikan keseimbangan. Perspektif ini menjadi relevan terutama saat masyarakat berhadapan dengan pertanyaan makna dan tujuan di luar keinginan materi.
Toleransi dan Keberagaman:
Penekanan Nursi pada toleransi dan menghormati keberagaman tetap relevan dalam dunia yang masih dilanda intoleransi dan prasangka. Ajarannya mendorong pendekatan yang penuh kasih dan inklusif, memupuk pemahaman dan harmoni di antara orang-orang dari berbagai latar belakang.
Pengelolaan Lingkungan:
Keprihatinan global terhadap kerusakan lingkungan dan perubahan iklim memperkuat seruan Nursi untuk mengelola lingkungan. Ajarannya menegaskan pentingnya menjaga lingkungan, memberikan landasan moral bagi praktik berkelanjutan di tengah tantangan ekologis kontemporer.
Tanggung Jawab Pribadi dan Akuntabilitas:
Ide Nursi tentang tanggung jawab pribadi dan akuntabilitas relevan dalam menghadapi masalah umum di dunia modern. Di era di mana sering terjadi saling lempar tanggung jawab, penekanannya untuk mengakui tindakan dan keputusan pribadi memberikan kerangka etika yang berharga.
Sebagai kesimpulan, pemikiran dan ajaran Said Nursi terus beresonansi dalam berbagai dimensi, memberikan wawasan yang tetap dapat diterapkan untuk menghadapi tantangan dunia modern. Baik dalam mencari pengetahuan, membangun komunitas, mengembangkan spiritualitas, mempromosikan toleransi, mengelola lingkungan, atau menjalankan tanggung jawab pribadi, ajaran Nursi memberikan panduan abadi untuk menjelajahi kompleksitas kehidupan kontemporer.
          Bediuzzaman Said Nursi adalah seorang pemikir dan cendekiawan Muslim dengan warisan intelektual yang luas. Salah satu kontribusi besarnya adalah penafsirannya yang mendalam terhadap konsep la'ilaha ila Allah, yang memengaruhi pemahaman kita tentang sebab akibat, materialisme, dan landasan ilmu pengetahuan modern.
Melalui karya-karyanya, Nursi menantang berbagai pandangan yang meragukan keberadaan Allah dan Wahdaniyat, serta gerakan ateis dan budaya Barat.Pemikiran Nursi juga mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, seperti aqida, iman, ibadah, akhlak, dan pendidikan Islam.Pemikiran Nursi sangat penting dalam konteks pemahaman agama, pendidikan, dan tantangan masa kini.
 Melalui karya-karyanya, Nursi  memberikan kontribusi  berharga bagi umat Islam di seluruh dunia, dan warisannya berlanjut melalui penyebaran dan penelitian ide-idenya.Salah satu nilai universal yang didapat dari pemikiran Nursi adalah pentingnya memahami Aqidah dan keimanan secara menyeluruh serta menyikapinya dengan hati terbuka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H