Mohon tunggu...
Ahmad Efendi
Ahmad Efendi Mohon Tunggu... Pekerja -

Selamatkan ceritamu dalam tulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Andaikata Markup Kerupuk, Hidup Teddy Tak Dijeruji Sukhoi

7 September 2017   15:56 Diperbarui: 7 September 2017   17:37 1302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mungkin renung Teddy menyimpulkan, kesalahan hidupnya adalah mengejar laba uang ketimbang jual kerupuk"

- Pesan Astral Prodeo-

Hebohnya pemberitaan barter Sukhoi dengan kerupuk mengingatkan kembali pada polemik pengadaan Sukhoi di masa lalu. Kala itu, Indonesia berniat memboyong 10 unit pesawat tempur canggih asal Rusia yang memiliki kemampuan manuver Pugacchev Cobra. Polemik hadir ketika media santer memberitakan desas-desus adanya penggelembungan dana di balik pengadaan pesawat tempur canggih itu.

http://asitimes.blogspot.co.id
http://asitimes.blogspot.co.id
Pengadaan alutsista terutama pesawat tempur memang lahan basah untuk melakukan  penggelembungan dana. Pada akhir tahun 2016 Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta menjatuhkan vonis penjara seumur hidup pada Brigadir Jenderal Teddy Hernayedi. Brigjen Teddy terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi sebesar 12 juta US$  pada pengadaan pesawat Fokker 16 (F-16). Satu hal yang menarik dari kasus ini adalah Brigjen Teddy berhasil mengorganisir dengan baik korupsinya dan menciptakan makelar alutsista di lingkungan TNI melalui PT. MAS milik Dedi Hidayat. 

Sementara pada persoalan pengadaan Sukhoi, KPK dan ICW menganalisa pembelian Sukhoi seharga US$ 470 juta tidak dilakukan secara langsung antara Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dengan produsen Sukhoi, Rosoboron Export, melainkan melalui makelar (broker) . Keadaan itu menyebabkan harga Sukhoi melambung jauh dari harga sewajarnya. KPK mengindikasikan mark-up terjadi hingga mencapai US$50 juta. Meski aroma seperti markup Brigjen Teddy dan permainan makelar PT. MAS pada tiga matra TNI tercium, tapi sampai saat ini belum ada verifikasi lanjut terhadap dugaan mark-up yang terjadi pada pengadaan Sukhoi. KPK pun belum mengembangkan kasus tersebut lebih lanjut.  

russiandefpolicy.blog
russiandefpolicy.blog
Pada sisi lain pengadaan Sukhoi adalah kebutuhan mendesak untuk menggantikan pesawat tempur yang sudah uzur milik prajurit TNI-AU. Pesawat tempur Sukhoi digadang-gadang akan menggantikan F-5E Tiger II, dan itu akan menambah kekuatan tempur TNI-AU dalam mempertahankan kedaulatan wilayah NKRI.

BBC.com
BBC.com
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, awalnya pihak Rusia menawarkan harga 150 juta dollar AS untuk satu pesawat Sukhoi, setelah proses tawar menawar disepakati harga 90 juta dollar AS per pesawat. Jelas hal itu justru menguntungkan Indonesia, ditambah lagi dengan kerjasama imbal-dagang yang mengharuskan Rusia membeli komoditas Indonesia yang artinya menambah nilai ekspor Indonesia.

Sebagai warga negara nalar pengawasan kita mesti tetap tajam mengawasi berbagai polemik yang mencengkram pengadaan alutsista. Alutsista bukan perkara sederhana, salah mengambil langkah sama artinya dengan mempertaruhkan keamanan dan kedaulatan NKRI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun