"Mungkin renung Teddy menyimpulkan, kesalahan hidupnya adalah mengejar laba uang ketimbang jual kerupuk"
- Pesan Astral Prodeo-
Hebohnya pemberitaan barter Sukhoi dengan kerupuk mengingatkan kembali pada polemik pengadaan Sukhoi di masa lalu. Kala itu, Indonesia berniat memboyong 10 unit pesawat tempur canggih asal Rusia yang memiliki kemampuan manuver Pugacchev Cobra. Polemik hadir ketika media santer memberitakan desas-desus adanya penggelembungan dana di balik pengadaan pesawat tempur canggih itu.
Sementara pada persoalan pengadaan Sukhoi, KPK dan ICW menganalisa pembelian Sukhoi seharga US$ 470 juta tidak dilakukan secara langsung antara Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dengan produsen Sukhoi, Rosoboron Export, melainkan melalui makelar (broker) . Keadaan itu menyebabkan harga Sukhoi melambung jauh dari harga sewajarnya. KPK mengindikasikan mark-up terjadi hingga mencapai US$50 juta. Meski aroma seperti markup Brigjen Teddy dan permainan makelar PT. MAS pada tiga matra TNI tercium, tapi sampai saat ini belum ada verifikasi lanjut terhadap dugaan mark-up yang terjadi pada pengadaan Sukhoi. KPK pun belum mengembangkan kasus tersebut lebih lanjut. Â
Sebagai warga negara nalar pengawasan kita mesti tetap tajam mengawasi berbagai polemik yang mencengkram pengadaan alutsista. Alutsista bukan perkara sederhana, salah mengambil langkah sama artinya dengan mempertaruhkan keamanan dan kedaulatan NKRI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H