Mohon tunggu...
ahmad adef
ahmad adef Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasantri (Mahasiswa Santri) Ponorogo, di salah satu kampus pesantren di Ponorogo

Sebagai seorang mahasiswa, saya memiliki minat dalam observasi lingkungan sekitar dan senang beraktivitas fisik, terutama dalam bidang bela diri. Saya sedang menjelajahi berbagai hobi baru, dengan salah satunya adalah menulis artikel dan esai. Tujuan saya adalah untuk memberikan manfaat kepada banyak orang dengan karya-karya saya, sesuai dengan prinsip "Khoirunnas Anfauhum Linnas".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Penyesalan Masa Lalu

22 Maret 2024   00:23 Diperbarui: 22 Maret 2024   00:24 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasu penyesalan (ilustrasi by Pixagrib)

Di dalam lembaran penyesalan masa lalu,
Terukir dosa-dosa, lenyapnya bahagia.
Seperti angin yang membawa debu-dustanya,
Melanglang buana, merayap tanpa henti.

Langkahku melintasi jurang yang menusuk,
Menghantarkan aku pada kehampaan yang terasa.
Jejak-jejak kesalahan, memintal benang duka,
Menyisakan luka, menganga dalam sunyi.

Di tepian jalan, bayang-bayang kelam mengintai,
Menggelayuti langkah, membalut hati yang rapuh.
Kesalahan-kesalahan terangkum dalam senja,
Menyergap diri, menari dalam kekelaman.

Begitu dalam, seperti racun yang merayap,
Menggerogoti nurani, merusak keseimbangan jiwa.
Mengapa harus begini, tanya-tanya terdengar,
Saat rasa penyesalan menggelora dalam jiwa?

Namun di balik kelamnya malam yang merayap,
Terselip cahaya, rembulan yang memancar.
Cinta, seperti bintang, tetap bersinar di kejauhan,
Mengingatkan bahwa ada harapan di ufuk yang jauh.

Hari ini aku mengubur penyesalan yang terpahit,
Dengan harapan, esok akan terbit mentari.
Meski dosa-dosa merajalela, aku bersyukur,
Karena di dalamnya tersirat kesempatan yang abadi.

Masa lalu, kau telah menjadi guru yang tegas,
Menyisakan jejak yang membentuk karakter.
Namun aku takkan biarkanmu membelenggu langkah,
Karena di sini, di masa kini, aku menemukan kebenaran.

Sedihku membawa pelajaran yang mendalam,
Bahwa kekuatan sejati timbul dari pengampunan.
Masa lalu, kau telah mengajariku tentang diri,
Dan kini, aku siap melangkah dengan penuh keberanian.

Meski air mata mengalir dalam samar kesedihan,
Aku percaya, di ujung jalan ada kebahagiaan.
Masa lalu, meski kau pernah menguasai hati,
Kini, aku terima dan aku lepaskan dirimu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun