Hari Minggu, 10 Maret 2024, suasana kehangatan merayapi Desa Pagerukir ketika Mahasiswa KKN Tematik 35 Unida Gontor Kelompok 29 menyampaikan gagasan mereka kepada Mbah Lurah. Mereka ingin memasang banner menyambut bulan suci Ramadhan pada 12 Maret. Namun, takdir menulis kisah lain pada Senin, 11 Maret. Hujan badai deras menghampiri desa, memporak-porandakan rencana tersebut. Sungai meluap, pohon tumbang, dan baliho untuk pemasangan banner roboh.
Pada saat kembali dari mengajar TPA, para mahasiswa terkejut melihat pemandangan yang menyedihkan itu. Mereka tidak tinggal diam. Dengan cepat, mereka melaporkan kejadian tersebut kepada Mbah Lurah. Beliau langsung merespons dengan mengajak seluruh warga desa untuk gotong royong memperbaiki baliho yang rusak. Meskipun terhambat oleh kurangnya tenaga ahli, gotong royong dimulai pada Selasa, 12 Maret.
Ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad SAW juga menggaris bawahi pentingnya gotong royong dalam Islam. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Maidah (5:2), "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat siksaan-Nya." Begitu juga, dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Barangsiapa membantu saudaranya, Allah akan membantu dirinya."
Dalam gotong royong ini, tidak hanya pemuda yang turut serta, tetapi juga bapak-bapak, anak-anak, bahkan Pak Kepala Desa pun ikut membantu. Kegiatan ini tidak sekadar memperbaiki baliho, tetapi juga memperkuat ikatan sosial di antara warga desa. Solidaritas, kebersamaan, dan kedamaian selalu terasa di Desa Pagerukir, menjadi bukti nyata bahwa gotong royong adalah penguat utama ukhuwah Islamiyah di desa ini.
Selain memperbaiki baliho, gotong royong ini juga menjadi momentum bagi warga desa untuk saling berinteraksi. Mereka saling bertukar cerita, tertawa, dan saling menguatkan satu sama lain. Semangat kebersamaan yang terpancar dari gotong royong ini tidak hanya terasa di saat-saat sulit, tetapi juga menjadikan desa ini sebagai tempat yang nyaman dan hangat bagi setiap warganya. Gotong royong tidak hanya sebatas aktivitas fisik, tetapi juga mempererat hubungan antarwarga, menciptakan atmosfer harmoni dan kekeluargaan yang tiada tara.
Ketika baliho akhirnya berhasil didirikan kembali, rasa bangga dan kebersamaan terpancar di wajah setiap warga desa. Mereka merasa bahwa tantangan yang dihadapi bersama telah menguatkan ikatan ukhuwah Islamiyah di antara mereka. Semangat gotong royong ini tidak hanya berakhir di situ, tetapi menjadi pijakan untuk mengatasi segala rintangan yang mungkin muncul di masa depan dan Semangat ini juga menjadi motivasi kami untuk selalu saling membantu terhadap sesama karena gotong royong itu membuat kita menjadi kuat. Desa Pagerukir terus menjadi teladan bagi kebersamaan dan solidaritas yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H