Tulisan ini saya rangkum setelah saya selesai membaca buku karangan buya hamka dengan judul Pribadi Hebat, jadi kurang lebih tulisan ini didominasi oleh pemikiran buya hamka.
Kita pasti tau terhadap nama-nama besar di bangsa ini seperti soekarno dan hatta, Syahrir, Tan Malaka, Sultan Hamengku Buwono, Agus Salim, M. Natsir, M. Yamin, Roem, dan yang lainnya nama-nama yang memenuhi catatan sejarah kemerdekaan.
Pertanyaannya apakah kelebihan dirinya terhadap orang lain sehingga dapat berdiri ditengah-tengah orang banyak, sementara mereka juga merasakan lapar dan haus, sedih dan gembira.
Mereka adalah Orang-orang yang membentuk sejarah hebat dan besar karena berani bertanggung jawab dan menetapkan suatu jalan yang ditempuh. Hanya beberapa orang, namun bernilai.
Ini hanya segelintir contoh yang saya tampilkan, banyak manusia yang bernilai lainnya, yang berhasil dalam bidangnya masing-masing, maupun mereka terkenal ataupun tidak.
Ali bin abi thalib pernah menyairkan, "Manusia dipandang dari segi tubuh sama, Ayahnya Adam dan Ibunya Hawa, jika membanggakan keturunan, Keturunannya pun sama, tanah dan air".
Pada dasarnya manusia adalah ciptaan yang paling sempurna. Setiap manusia sudah mempunyai potensi kebaikan dalam dirinya untuk menjadi pribadi yang hebat dan luar biasa, begitupun sebaliknya setiap manusia juga memiliki potensi keburukan dan kejahatan.
Maka potensi-potensi kebaikan tersebut yang harus tetap dibina dan ditumbuhkan dalam setiap diri manusia. Buya Hamka mengatakan nilai seseorang adalah pribadinya, dua puluh ekor kerbau yang sama gemuk, sama kuat, dan sama pula kepandaiannya menarik pedati, tentu harganya tidak jauh berbeda.
Akan tetapi dua puluh manusia yang sama tinggi dan kuat, belum tentu sama harganya. Sebab kerbau tubuhnya saja yang berharga. Bagi manusia adalah Pribadinya.
Kumpulan Dari Budi, Akhlak, Akal, Pergaulan, Kesehatan, Kebijaksanaan dan pengetahuan, hadir menjadi satu pada satu orang. Kumpulan itulah yang membentuk menjadi sebuah Kepribadian.
Dengan budi yang tinggi, kesopanan, ilmu pengetahuan yang luas, dengan kecerdasan, dan kepandaian menjaga perasaan orang. Sifat dan kelebihan ini yang akan menimbulkan daya tarik terhadap seseorang, yang menjadikan manusia bernilai.
Hal itu dapat dipelajari dengan pergaulan yang luas dan ada juga yang diwarisi. Pendidikan ibu, bapak, sekolah, teman sejawat, dan lingkungan masyarakat, semuanya itu adalah guru yang membentuk daya penarik kuat atau lemahnya.
Orang yang hanya tinggi ilmunya saja dan ahli dalam suatu bidang tertentu belum berharga dan belum bernilai selama pribadinya yang lain tidak lengkap dan tidak kuat, terutama budi dan akhlak.
Kemudian hikmat kebijaksanaan adalah tiang yang kukuh bagi pertumbuhan pribadi. Tumbuhnya kebijaksanaan adalah karena ilmu, ketetapan hati, dan karena meletakkan sesuatu pada tempatnya, serta menilik sesuatu berdasarkan nilainya.
Orang yang bijaksana tepat pendapatnya, jauh pandangannya, dan baik tafsirnya. Dia dapat memilih mana yang benar dan mana yang salah. Mana yang patut dikerjakan dan yang patut ditinggalkan.
Menurut buya hamka bijaksana adalah kehidupan yang utama dalam menegakkan pribadi yang bermutu tinggi. Dari sanalah tumbuh akhlak sebagai sendi keutamaan hidup. Jika kebijaksanaan tidak ada, pendirian akan goyah dan pandangan tumpul, lalu hilanglah nilai pribadi.
Muaranya tetap pada kemantapan dan keteguhan hati. Kelemahan hati hanya akan menyebabkan kekecewaan. Maka ada sebuah hadits yang mengatakan "Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasad. Ketauhilah bahwa ia adalah hati"
Keteguhan hati akan memunculkan kehalusan perasaan dan kehalusan perasaan adalah hasil pribadi yang kuat, dia dapat menghargai orang lain dalam pendiriannya, dan juga menghargai perasaan orang lain.
Tinggi rendahnya pribadi seseorang adalah karena usaha hidupnya, caranya berpikir, jauhnya memandang, dan kuatnya semangat diri sendiri. Meneropong suatu pribadi tidak boleh terpengaruh oleh rasa sayang dan benci. Seringkali terjadi, baru saja kita bertemu dengan seseorang, lantas kita menyayanginya atau kebalikannya.
Kepribadian bukanlah hal yang tampak wujudnya, tetapi hanya dapat ditunjukkan bekasnya, dan merasakannya. Pribadi seseorang dapat diketahui setelah melihat perjalanan hidupnya dan rekam jejak usahanya.
Oleh sebab itu sifat-sifat seperti kejujuran, keberanian, timbang rasa, daya tarik, serta kesempurnaan pribadi, tanggung jawab, kesabaran, keuletan, keikhlasan, kekuatan kemauan, akan tetap menjadi modal pertumbuhan pribadi yang tidak akan pernah habis dan tidak basi selamanya yang akan menghantarkan menjadi Manusia yang Bernilai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H