Di tepi Sungai Brantas, perang besar pecah. Pasukan Mongol dan bala tentara Raden Wijaya menyerbu Kediri dengan dahsyat. Bendera Jayakatwang jatuh, dan istananya hancur menjadi abu. Setelah kemenangan itu, Raden Wijaya dengan cerdik memanfaatkan kelemahan pasukan Mongol yang lengah. Ia menyerang mereka dan memaksa mereka mundur dari tanah Jawa.
Setelah kemenangan tersebut, Raden Wijaya kembali ke hutan Tarik, tempat ia mempersiapkan fondasi sebuah kerajaan baru. Di sanalah ia menanam bibit pohon maja, simbol kebangkitan dan ketahanan. Dengan restu dari Arya Wiraraja, ia mendirikan sebuah kerajaan bernama Majapahit.
“Kerajaan ini,” ujar Raden Wijaya kepada para pengikutnya, “akan menjadi simbol dari kebangkitan dan kesetiaan kepada leluhur. Majapahit akan membawa kejayaan lebih besar daripada yang pernah ada sebelumnya.”
Di bawah bayangan pohon maja, Raden Wijaya berdiri tegak, memandang ke cakrawala. Ia tahu perjalanannya belum selesai. Namun, dengan keyakinan dan kecerdasan, ia telah membuktikan bahwa seorang ksatria sejati tidak hanya bertempur dengan pedang, tetapi juga dengan akal dan keberanian.
***
Penutup
Cerita ini mengingatkan kita bahwa kebangkitan sering kali dimulai dari kehancuran. Sebagaimana Raden Wijaya membangun Majapahit dari reruntuhan Singhasari, kita pun dapat bangkit dari segala keterpurukan dengan tekad, keberanian, dan kecerdasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H