Senin pagi. Anak-anak mulai masuk sekolah dan berangkat kuliah lagi. Seperti sebelumnya, aku adalah 'tukang ojek' langganan mereka. Tugas antar jemput rutin aku lakukan.
Selepas mengantar anak-anak praktis di rumah tinggal aku dan istriku. Rumah jadi terasa lengang. Saking sepinya aku sampai bilang ke istri, "Baru ditinggal anak-anak sekolah dan kuliah, rumah rasanya sepi banget. Gimana kalau mereka udah pada nikah?"
Hubungan aku dan dua putriku memang terbilang sangat dekat. Aku bisa menjadi sahabat tempat mereka bebas cerita dan curhat apa saja. Aku bisa menjadi guru tempat mereka bertanya banyak hal. Bahkan aku bisa menjadi pelawak yang selalu siap menghibur mereka kapan saja. Aku ingin menjadi versi terbaik untuk mereka!
Waktu berjalan begitu cepat. Rasanya baru kemarin mereka aku timang-timang. Sekarang sudah pada gadis, dan istriku sering mengingatkan, "Sebentar lagi anak kita dilamar orang." Kalau ingat itu kayaknya aku belum siap. Aku masih ingin menemani mereka lebih lama lagi sebelum ada pria serius yang datang melamar.
Aku akan menyerahkan dua putriku kepada pria terbaik yang akan menjadi pendamping mereka. Tapi sebelum itu, aku ingin menyampaikan pesan terlebih dulu. Tolong jaga putri-putri manisku sebagaimana aku menjaga mereka. Karena sebelum mereka jatuh cinta kepada kalian, akulah yang menjadi cinta pertamanya.
Tiba-tiba istriku memanggil. Rupanya dia sudah siap diantar ke klinik. Dia seorang dokter. Aku pun rapi-rapi sebentar dan siap berangkat.
Jakarta, 6 Januari 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI