Karakter Peter Parker digambarkan sebagai remaja biasa yang diberikan tanggung jawab luar biasa setelah memperoleh kekuatan super. Spider-Man menjadi salah satu film superhero pertama yang menonjolkan lebih dari sekadar aksi fisik, tetapi juga tema-tema yang lebih emosional dan psikologis, seperti tanggung jawab, kehilangan, dan perjuangan pribadi.
Film ini juga mengembangkan karakter Dr. Norman Osborn (Green Goblin), yang diperankan oleh Willem Dafoe. Dafoe menambahkan kedalaman pada karakter sebagai tokoh antagonis yang kompleks, yang tidak hanya memiliki ambisi besar tetapi juga masalah psikologis.
Penulis naskah, David Koepp, melakukan perubahan dari komik untuk membuat cerita lebih koheren dan mudah diikuti oleh audiens yang lebih luas. Beberapa elemen dari komik asli diubah agar lebih cocok dengan format film, tetapi esensi karakter tetap dipertahankan.
Setelah dirilis pada 3 Mei 2002, Spider-Man meraih kesuksesan besar, baik secara komersial maupun kritis. Film ini tidak hanya menjadi film terlaris di tahun 2002 tetapi juga meraih lebih dari $820 juta di box office dunia. Spider-Man menjadi film superhero pertama yang meraih lebih dari $100 juta pada akhir pekan pembukaannya, yang menjadi tonggak penting dalam industri film. Keberhasilan film ini membuka jalan bagi pembuatan sekuel-sekuelnya, serta memulai ledakan film superhero yang masih berlangsung hingga sekarang.
Spider-Man (2002) tidak hanya berdampak besar dalam dunia perfilman, tetapi juga dalam budaya pop. Film ini membantu menetapkan standar baru untuk film superhero, dengan keseimbangan antara aksi, efek visual, dan cerita karakter yang kuat. Selain itu, ia membantu meningkatkan popularitas karakter Spider-Man di kalangan generasi baru penonton.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H